Suara.com - Tentara Israel telah menarik diri dari desa-desa di Lebanon selatan tetapi tetap mempertahankan posisinya di lima titik strategis, meskipun batas waktu penarikan pasukan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah telah berakhir pada Selasa (18/2).
Gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Hizbullah, yang didukung Iran, telah berlaku sejak 27 November setelah lebih dari setahun permusuhan. Selama dua bulan perang habis-habisan, Israel melancarkan operasi darat yang menyebabkan kerusakan luas di wilayah Lebanon selatan.
Menjelang batas waktu penarikan, Israel mengumumkan akan tetap mempertahankan keberadaan militernya di lima titik perbatasan. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa pasukan akan terus ditempatkan di lokasi tersebut untuk menghadapi potensi "pelanggaran" dari Hizbullah.
Seorang sumber keamanan Lebanon mengonfirmasi bahwa pasukan Israel telah keluar dari semua desa perbatasan, kecuali lima titik yang masih ditempati. Tentara Lebanon telah mulai dikerahkan di wilayah yang ditinggalkan pasukan Israel, termasuk di desa-desa Mais al-Jabal, Blida, Yaroun, Maroun, dan Mahbib.
Selama konflik, benteng Hizbullah di Lebanon selatan, timur, dan Beirut mengalami kerusakan besar akibat serangan Israel. Hizbullah sendiri melancarkan serangan untuk mendukung Hamas, yang berperang dengan Israel di Jalur Gaza sejak serangan kelompok militan Palestina itu pada 7 Oktober 2023.
Konflik Israel-Hizbullah telah menyebabkan ribuan korban jiwa di Lebanon dan puluhan lainnya di Israel. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi, sementara biaya rekonstruksi di Lebanon diperkirakan mencapai lebih dari $10 miliar. Menurut PBB, lebih dari 100.000 warga masih mengungsi akibat dampak perang.
Meskipun mengalami kehancuran, banyak warga yang ingin kembali ke rumah mereka. Fatima Shukeir, seorang perempuan berusia 60-an, mengungkapkan kerinduannya untuk kembali ke desanya setelah lebih dari satu setengah tahun mengungsi.
"Saya rindu duduk di depan rumah saya, menikmati secangkir kopi pagi di dekat bunga mawar saya," kata Shukeir.
Namun, beberapa kota di perbatasan, termasuk Mais al-Jabal, meminta warga untuk menunggu hingga tentara Lebanon sepenuhnya dikerahkan demi memastikan kepulangan mereka berlangsung aman.
Baca Juga: Israel Mulai Negosiasi Tidak Langsung dengan Hamas, Tuntut Bersihkan Gaza dari Militer
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh AS dan Prancis, militer Lebanon akan ditempatkan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB saat Israel menarik diri dalam jangka waktu 60 hari, yang berakhir pada 18 Februari.
Dalam kesepakatan tersebut, Hizbullah juga diwajibkan mundur ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan, serta membongkar infrastruktur militernya di sana.
Meski demikian, otoritas Lebanon menolak perpanjangan batas waktu penarikan dan meminta pihak penengah untuk menekan Israel agar segera menarik seluruh pasukannya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa negaranya akan melakukan segala upaya untuk "menegakkan" gencatan senjata.
"Hizbullah harus dilucuti," tegas Netanyahu.
Namun, tantangan terbesar adalah pemulihan wilayah yang hancur. Menurut Human Rights Watch, banyak rumah dan infrastruktur sipil di Lebanon yang hancur akibat serangan Israel, membuat kepulangan warga semakin sulit.
Berita Terkait
-
Israel Mulai Negosiasi Tidak Langsung dengan Hamas, Tuntut Bersihkan Gaza dari Militer
-
Drama Bandara Beirut: Hizbullah dan Israel Tegang, Penerbangan Iran Ditangguhkan
-
Israel Perpanjang Pendudukan di Lebanon Selatan, Picu Ketegangan Baru
-
Uni Eropa Desak Israel Pastikan Kepulangan Warga Gaza, Tolak Rencana "Riviera" Trump
-
Ketegangan Timur Tengah Memuncak: Hizbullah Ancam Israel Jelang Tenggat Waktu Penarikan Mundur Pasukan
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
-
Pelatih Persija Kasihan dengan Gerald Vanenburg, Soroti Situasi Timnas Indonesia U-23
-
Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Jadi Rp 2.042.000 per Gram
-
Video Lawas Nadiem Makarim Viral Lagi, Ngaku Lahir di Keluarga Anti Korupsi!
Terkini
-
Dilema KPK: Sita Mercy Antik Habibie dari Ridwan Kamil, tapi Pembayarannya Ternyata Belum Lunas
-
Bantah Tegas Kabar Darurat Militer, TNI: Tidak Ada Niat, Rencana Memberlakukan
-
Didesak Bebaskan Seluruh Demonstran yang Ditahan, Polri Klaim Tidak Antikritik
-
Zetro Staf KBRI Diduga Tewas di Tangan Pembunuh Bayaran, Presiden Peru Surati Prabowo
-
Kapuspen TNI Jawab Tuntutan 17+8 'Kembali ke Barak': Kami Hormati Supremasi Sipil
-
Tunjangan Rumah Setop, DPR Pastikan Pensiun Tetap Ada: Ini Rincian Gaji Anggota Dewan
-
DPR Setop Kunjungan Kerja ke Luar Negeri, Dasco Janji Buka-bukaan
-
Pemprov DKI Genjot Pengerjaan SJUT, Jakarta Lebih Rapi dan Modern
-
Apa Itu Tobat Nasional? Seruan Kardinal Ignatius Suharyo
-
Nadiem Tersangka Kasus Pengadaan Chromebook, Pukat UGM Soroti Buruknya Tata Kelola Sektor Pendidikan