Suara.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa hak-hak Ukraina serta keamanan Eropa harus diperhitungkan dalam setiap kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Pernyataan tersebut disampaikan Macron pada Rabu setelah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin dari 19 negara, yang sebagian besar dari Eropa, melalui konferensi video.
"Posisi Prancis dan sekutunya jelas dan bersatu. Kami menginginkan perdamaian abadi di Ukraina," ujar Macron dalam unggahan di platform X.
Reaksi Eropa terhadap Perubahan Kebijakan AS
Pernyataan Macron ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengejutkan Uni Eropa dengan menyatakan kesiapannya untuk kembali berdiplomasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sikap ini membingungkan banyak negara Eropa dan juga Ukraina, yang telah berjuang selama tiga tahun menghadapi invasi Rusia.
Macron menggelar pertemuan tersebut sebagai respons terhadap apa yang ia sebut sebagai "ancaman eksistensial" dari Rusia terhadap Eropa, terutama setelah perubahan kebijakan AS yang mendadak. Dalam konferensi video tersebut, para pemimpin Eropa menekankan bahwa Ukraina harus diikutsertakan dalam setiap proses perdamaian dan hak-haknya harus dihormati.
"Kami mendukung Ukraina dan akan melaksanakan semua tanggung jawab kami untuk memastikan perdamaian dan keamanan di Eropa," tambah Macron.
Macron dijadwalkan bertemu dengan Presiden Trump di Washington pada awal minggu depan, kemungkinan besar pada Senin. Gedung Putih mengonfirmasi pertemuan tersebut tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dijadwalkan bertemu dengan utusan AS Keith Kellogg pada Kamis. Hal ini terjadi setelah Trump menyebut Zelensky sebagai "diktator" dan menuduh Kyiv telah "memulai" perang, yang mendapat reaksi keras bahkan dari beberapa anggota Partai Republik di AS.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Prancis menjadi salah satu pendukung utama Kyiv di Barat. Macron sebelumnya telah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin utama Eropa, termasuk dari Jerman, Inggris, Italia, Polandia, dan Belanda, untuk membahas strategi bersama.
Namun, beberapa negara Eropa seperti Rumania dan Republik Ceko dilaporkan terkejut karena tidak diundang dalam pertemuan awal tersebut. Untuk mengakomodasi lebih banyak pihak, Macron kemudian mengundang pemimpin dari berbagai negara termasuk Lithuania, Siprus, Finlandia, Belgia, Kanada, dan lainnya untuk bergabung dalam konferensi video pada Rabu.
Baca Juga: Tegas! PM Grenada Tuntut Ganti Rugi Perbudakan dari Eropa di Depan Presiden Komisi Eropa
Di sisi lain, beberapa negara seperti Hongaria dan Slowakia, yang pemimpinnya dikenal dekat dengan Putin, serta Turki yang berupaya menjadi mediator, tidak masuk dalam daftar peserta pertemuan.
Macron menegaskan bahwa Rusia merupakan ancaman nyata bagi Eropa dan menekankan pentingnya peningkatan kapasitas pertahanan serta keamanan di benua tersebut.
"Jangan berpikir bahwa hal yang tidak terpikirkan tidak akan terjadi, termasuk yang terburuk," ujarnya dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan pada Selasa.
Macron juga membuka kemungkinan untuk mengirim pasukan ke Ukraina, meskipun hanya dalam jumlah terbatas dan di luar zona konflik. Bersama Inggris, Prancis sedang mempertimbangkan pengiriman ahli atau pasukan dalam kapasitas tertentu guna mendukung Ukraina.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menegaskan bahwa Rusia telah menjadikan Eropa sebagai musuh dan menyatakan bahwa tindakan harus segera diambil untuk melindungi diri dari ancaman yang semakin dekat dengan perbatasan.
Sebagai bagian dari tekanan terhadap Moskow, negara-negara Uni Eropa pada Rabu juga menyepakati putaran baru sanksi terhadap Rusia. Keputusan ini diharapkan dapat mempersempit ruang gerak Kremlin dalam melanjutkan agresinya di Ukraina.
Berita Terkait
-
Tegas! PM Grenada Tuntut Ganti Rugi Perbudakan dari Eropa di Depan Presiden Komisi Eropa
-
Yunani Desak Eropa Bangun Pertahanan Mandiri, Lepas dari AS!
-
Trump Bela Rusia, Sebut Punya Posisi Kuat Akhiri Perang Ukraina
-
Zelenskyy Bertemu Utusan AS di Tengah Serangan Kritik dari Trump
-
Macron Pimpin Pertemuan Koordinasi Eropa Terkait Ancaman Rusia di Tengah Perubahan Kebijakan AS
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Konflik Lahan di Lebak Memanas, DPR Panggil Perusahaan dan KLHK
-
Di Hadapan Buruh, Aher Usul Kontrak Kerja Cukup Setahun dan Outsourcing Dibatasi
-
Aher Terima Curhat Buruh: RUU Ketenagakerjaan Jadi Sorotan, PHK Sepihak Jadi Ancaman
-
Tips Akhir Tahun Ga Bikin Boncos: Maksimalkan Aplikasi ShopeePay 11.11 Serba Hemat
-
Deolipa Tegaskan Adam Damiri Tidak Perkaya Diri Sendiri dalam Kasus Korupsi Asabri
-
Tak Hadir Lagi di Sidang Sengketa Tambang Nikel Haltim, Dirut PT WKS Pura-pura Sakit?
-
Hasto: PDIP Dorong Rote Ndao Jadi Pusat Riset Komoditas Rakyat, Kagum pada Tradisi Kuda Hus
-
Gubernur Pramono Lanjutkan Uji Coba RDF Rorotan Meski Diprotes: Tidak Kapasitas Maksimum
-
Di Rote Ndao, Hasto PDIP Soroti Potensi Wilayah Terluar RI
-
Belajar Asuransi Jadi Seru! Chubb Life Luncurkan Komik Edukasi Polistory