Persekutuan ini menjadikan Sultan Idris sebagai bagian dari perlawanan besar terhadap penjajahan di perairan Nusantara.
Dalam pertempuran-pertempuran sengit, ia dan pasukannya memberikan perlawanan yang tidak bisa dianggap remeh oleh VOC.
Akhir Tragis Sang Sultan
Namun, kisah heroik Sultan Idris harus berakhir tragis. Ia gugur akibat luka parah saat berperang dan dimakamkan di Wajo. Ada beberapa versi mengenai penyebab kematiannya.
Versi pertama menyebutkan bahwa ia terkena serangan dari serdadu VOC. Versi lain mengatakan bahwa ia terperosok ke dalam lubang jebakan yang dibuat oleh pihak tertentu.
Bahkan, ada rumor bahwa saudaranya sendiri, Aji Kidok, yang mendalangi jebakan tersebut.
Namun, Aji Bambang Imbran, kerabat Kesultanan Kutai dan pemerhati sejarah Kutai, menolak anggapan bahwa Aji Kidok adalah dalang dari kematian Sultan Idris.
Ia menegaskan bahwa Aji Kidok justru bertugas sebagai pemangku sultan saat Aji Imbut, putra Sultan Idris, masih belum cukup dewasa untuk memerintah.
Perjuangan Mengakui Sultan Idris sebagai Pahlawan Nasional
Baca Juga: Belajar dari Skandal Minyakita, Bagaimana Hukum Mengurangi Takaran Dalam Islam?
Meski Sultan Aji Muhammad Idris gugur dalam pertempuran, perjuangannya tidak dilupakan begitu saja.
Sejak tahun 1999, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mulai mewacanakan pengajuan gelar kepahlawanan untuknya.
Dorongan ini semakin kuat setelah Sultan Wajo, La Maddukelleng, yang merupakan sekutunya, diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Setelah melewati proses panjang dan penelitian yang mendalam, akhirnya pada 10 November 2021, Presiden RI Joko Widodo secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Aji Muhammad Idris.
Pengakuan ini menjadi bukti bahwa perjuangannya dalam melawan penjajah tidak sia-sia dan tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah besar Nusantara.
Dari Kutai hingga Wajo, nama Sultan Aji Muhammad Idris kini dikenang sebagai pejuang yang tidak hanya mempertahankan kehormatan kerajaannya, tetapi juga ikut serta dalam perlawanan besar melawan VOC.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Tinjau Langsung Ponpes Al Khoziny yang Ambruk, Begini Pesan Menag Nasaruddin Umar
-
Marak Kasus Keracunan, Komnas PA Tolak Guru Jadi Bahan Uji Coba Sampel MBG
-
Gelar Aksi di Monas, Ibu-Ibu Kritik MBG: 8.649 Anak Keracunan Bukan Sekadar Angka Statistik!
-
Respons Krisis MBG, Menkes 'Potong Birokrasi', Gandeng Mendagri untuk Fast-Track Sertifikat Higienis
-
Takjub Adab Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir, Amien Rais Terenyuh: Buat Saya Artinya Dalam
-
Suara Ibu Peduli Makan Bergizi Gratis: Jangan Tunggu Ada yang Meninggal!
-
Sejarah Lambang Kakbah di Logo PPP, Muncul Wacana Mau Diganti
-
Krisis Keracunan MBG, Ahli Gizi Ungkap 'Cacat Fatal' di Dalam Struktur BGN
-
5 Kejanggalan Bangunan Musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Roboh Timpa 100 Santri yang Sedang Salat
-
Bumerang buat Prabowo? Legislator NasDem Usul Diksi 'Gratis' dalam MBG Dihapus: Konotasinya Negatif!