Suara.com - Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump sempat menunda pengiriman bantuan militer dan intelijen untuk Ukraina setelah terjadi ketegangan dalam pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Insiden ini menimbulkan spekulasi tentang hubungan kedua negara di tengah upaya perlawanan Ukraina terhadap agresi Rusia.
Dalam pertemuan di Ruang Oval pada 28 Februari 2025, Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance dikabarkan memarahi Zelenskyy karena dianggap tidak cukup menghargai bantuan Amerika Serikat yang telah diberikan selama bertahun-tahun.
"Kami telah memberikan bantuan miliaran dolar kepada Ukraina, dan apa yang kami dapatkan sebagai imbalannya?" ujar Trump dengan nada tegas, seperti dilaporkan oleh seorang pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya.
Ketegangan tersebut berlanjut dengan pembatalan kesepakatan terkait pengembangan deposit mineral kritis Ukraina yang semestinya ditandatangani hari itu.
Padahal, sebelumnya telah disepakati bahwa bantuan militer AS kepada Ukraina akan terus berlanjut selama kesepakatan itu tercapai.
Menurut Gedung Putih, bantuan tersebut akhirnya dilanjutkan setelah Kiev menerima usulan gencatan senjata 30 hari yang diusulkan oleh AS.
Namun, momen tersebut sempat mengganggu hubungan diplomatik antara kedua negara, terutama ketika Trump mengeluarkan perintah penghentian bantuan sementara.
"Penghentian sementara ini adalah langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai kesepakatan," ujar Steve Witkoff, utusan khusus Trump, dilansir dari Antara, 13 Maret 2025.
Baca Juga: Trump Kembali Kirim Senjata ke Ukraina Setelah Gencatan Senjata! Apa yang Berubah?
Bantuan senjata dikirim kembali
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan kepada CNN bahwa senjata yang sempat tertahan di Polandia sudah mulai dikirimkan kembali ke Ukraina.
Menteri Pertahanan Polandia Pawe Zalewski mengonfirmasi bahwa persenjataan yang disimpan di Rzeszow, dekat perbatasan Ukraina, mulai mengalir kembali setelah negosiasi antara AS dan Ukraina di Arab Saudi pada 12 Maret 2025.
Selain bantuan militer, AS tetap menyediakan aliran intelijen untuk tujuan pertahanan Ukraina.
Steve Witkoff menekankan bahwa "aliran intelijen tidak pernah sepenuhnya dihentikan meskipun terjadi ketegangan politik. Namun, sejumlah pihak mengkritik tindakan Trump yang dianggap terlalu keras terhadap Ukraina di tengah perjuangan negara tersebut melawan invasi Rusia. Tindakan ini memperlihatkan lemahnya koordinasi dan dapat memperlemah upaya kolektif menghadapi ancaman Rusia," ujar seorang analis politik dari Washington.
Dukungan semakin kuat dari 15 negara
Berita Terkait
-
Trump Kembali Kirim Senjata ke Ukraina Setelah Gencatan Senjata! Apa yang Berubah?
-
Rupiah Jeblok Tembus Rp16.300, Sri Mulyani Ungkap Biang Keroknya
-
AS Desak PBB Kecam Aktivitas Nuklir Iran, Sebut Sebagai Bentuk Perilaku Kurang Ajar
-
Trump Ancam Putin, Konsekuensi Mengerikan Jika Gencatan Senjata Ukraina Ditolak!
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Tak Mau Renovasi! Ahmad Sahroni Pilih Robohkan Rumah Usai Dijarah Massa, Kenapa?
-
Borobudur Marathon 2025 Diikuti Peserta dari 38 Negara, Perputaran Ekonomi Diprediksi Di Atas Rp73 M
-
Langsung Ditangkap Polisi! Ini Tampang Pelaku yang Diduga Siksa dan Jadikan Pacar Komplotan Kriminal
-
Transfer Pusat Dipangkas, Pemkab Jember Andalkan PAD Untuk Kemandirian Fiskal
-
Pelaku Bom SMAN 72 Jakarta Dipindah Kamar, Polisi Segera Periksa Begitu Kondisi Pulih
-
Robohkan Rumah yang Dijarah hingga Rata Dengan Tanah, Ahmad Sahroni Sempat Ungkap Alasannya
-
Jelang Musda, Rizki Faisal Didukung Kader Hingga Ormas Pimpin Golkar Kepri
-
Hakim PN Palembang Raden Zaenal Arief Meninggal di Indekos, Kenapa?
-
Guru Besar UEU Kupas Tuntas Putusan MK 114/2025: Tidak Ada Larangan Polisi Menjabat di Luar Polri
-
MUI Tegaskan Domino Halal Selama Tanpa Unsur Perjudian