Suara.com - Rusia melancarkan serangan pesawat tak berawak terbesar ke kota pelabuhan Odesa di Laut Hitam Ukraina pada Kamis malam (21/3/2025).
Serangan tersebut melukai tiga remaja dan memicu kebakaran besar di berbagai lokasi.
Serangan ini terjadi saat Presiden Ceko, Petr Pavel, tengah berkunjung ke kota tersebut untuk bertemu dengan pejabat daerah.
“Yang penting, selama pertemuan kami, musuh sekali lagi menyerang wilayah Odesa secara besar-besaran,” ujar Gubernur Odesa, Oleh Kiper, melalui aplikasi Telegram.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina melaporkan bahwa drone jarak jauh Rusia menghantam kota dalam beberapa gelombang, menyebabkan kerusakan pada infrastruktur, rumah tinggal, serta bangunan komersial.
Kebakaran besar pun terjadi di beberapa titik, termasuk sebuah bengkel mobil tempat sekitar 25 kendaraan terbakar habis.
“Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami hanya berdiri dan menyaksikan semua barang terbakar. Saya benar-benar terkejut,” ungkap seorang pemilik toko bernama Inna.
Menurut analis militer Oleksandr Kovalenko, Rusia menggunakan taktik baru dalam serangan kali ini dengan menurunkan pesawat tak berawaknya dari ketinggian yang lebih tinggi dan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya.
Hal ini membuat pertahanan udara Ukraina semakin sulit untuk menanggulangi serangan tersebut.
Baca Juga: Utusan AS Klaim Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Mungkin Tercapai dalam Hitungan Minggu!
“Ini adalah salah satu serangan terbesar di Odesa sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Ini adalah bentuk intimidasi dan teror terhadap penduduk sipil,” ujar Kovalenko.
Sementara itu, serangan Rusia terhadap Ukraina tidak hanya terjadi di Odesa.
Pada Jumat (22/3/2025), Rusia dan Ukraina saling menuduh melakukan serangan terhadap stasiun pemompaan dan pengukuran gas utama di wilayah Kursk yang baru-baru ini direbut kembali oleh pasukan Moskow.
Rusia menuding Ukraina melakukan aksi terorisme dengan meledakkan fasilitas itu, sementara Kyiv membantah keterlibatan dan menyatakan bahwa pasukan Rusia sendiri yang menembaki fasilitas tersebut sebagai provokasi.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah upaya Amerika Serikat untuk menengahi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
Washington berharap bisa mencapai gencatan senjata sebagian yang akan menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi oleh kedua belah pihak.
Berita Terkait
-
Utusan AS Klaim Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Mungkin Tercapai dalam Hitungan Minggu!
-
Gencatan Senjata Rusak? Rusia Tuding Ukraina Sabotase Kesepakatan Putin-Trump!
-
Pertemuan Rahasia Trump-Putin Ungkap Titik Temu untuk Ukraina? Zelensky Bakal Bertemu di Arab Saudi
-
Gencatan Senjata di Ujung Tanduk: Rusia dan Ukraina Saling Serang Usai Kesepakatan Awal!
-
Viral 59 Titik Ladang Ganja di Gunung Bromo, Netizen Kaitkan dengan Larangan Penerbangan Drone
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Menteri Haji Umumkan Tambahan 2 Kloter untuk Antrean Haji NTB Daftar Tunggu Jadi 26 Tahun
-
Bulan Madu Maut di Glamping Ilegal, Lakeside Alahan Panjang Ternyata Tak Kantongi Izin
-
Geger Ziarah Roy Suryo Cs di Makam Keluarga Jokowi: 7 Fakta di Balik Misi "Pencari Fakta"
-
Kronologi Bulan Madu Maut di Danau Diateh: Istri Tewas, Suami Kritis di Kamar Mandi Vila
-
FSGI: Pelibatan Santri dalam Pembangunan Musala Ponpes Al Khoziny Langgar UU Perlindungan Anak
-
Dugaan Korupsi Chromebook: Petinggi Perusahaan Teknologi Dipanggil Jaksa, Ternyata Ini Alasannya
-
FSGI Kecam Rencana Perbaikan Ponpes Al Khoziny Pakai Dana APBN: Lukai Rasa Keadilan Korban!
-
Krisis Politik di Madagaskar Memanas, Presiden Rajoelina Sebut Ada Upaya Kudeta Bersenjata
-
Kasus Korupsi Digitalisasi Pendidikan: Para Petinggi BUMN Ini Mulai Diselidiki Kejagung
-
18 Profesor Hukum Bela Hasto, Minta MK Rombak Pasal Kunci Pemberantasan Korupsi