Suara.com - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, menjelaskan maksud di balik pernyataan "dimasak saja" saat memberi tanggapan atas teror kepala babi kepada jurnalis Tempo, Francisca Chirsty Rosana atau Cica.
Hasan menyebut pernyatannya tersebut merujuk sikap Cica di media sosial atas teror kepala babi yang dialamatkan kepada dirinya.
"Justru, ya, respons yang benar itu menurut saya adalah respons seperti yang disampaikan oleh si Francisca itu di cuitan X-nya dia. Justru, respons yang benar itu adalah respons seperti si Francisca itu dengan mengecilkan si peneror," kata Hasan kepada wartawan, dikutip Minggu (23/3/2025).
Menurut Hasan respons yang diberikan Cica terhadap teror justru sudah benar. Menurutnya dengan respons tersebut, tujuan pelaku untuk melakukan teror jadi tidak tersampaikan.
"Jadi kalau dia mengecilkan seperti itu artinya KPI si peneror nggak kesampaian. Bisa stres tuh si peneror kalau direspons dengan cara seperti itu. Nah, KPI nggak kesampaian kan? Saya itu kemarin hanya menyempurnakan responsnya Si Cica itu aja," ujar Hasan.
Hasan menegaskan pernyataannya soal "dimasak aja" bukan bermaksud melecehkan. Ia mengaku hanya meneruskan apa yang menjadi respons Cica terhadap aksi teror kepala babi.
"Jadi bukan pelecehan itu. Coba kamu lihat deh X-nya si Cica, menurut saya itu respons yang benar kayak gitu, jadi kan saya meneruskan itu, kan itu saya sampaikan kemarin. Lho, buktinya dia menanggapinya bercanda aja gitu. Jadi sekarang itu si peneror itu pasti KPI-nya menebar ketakutan. Terus kita besar-besarkan ketakutannya, ya tercapai dong target dia kalau kita besar-besarkan ketakutannya," tutur Hasan.
Hasan berpandangan respons Cica terhadap aksi teror sudah tepat. Sebab, menurutnya aksi teror tersebut memang tidak perlu dibesarkan agar tujuan pelaku untuk menebar teror atau ketakutan tidak tercapai.
"Saya menyempurnakan respons itu ya, sekalian aja kan? Kalau orang kirim itu sebagai teror, ternyata bahan makanan dia dimasak aja lah, peneror kan pasti stres kalau bahan kiriman dia dimasak kan gitu, kira-kira begitu. Jadi saya bingung kenapa marah-marah, tetapi kirim aja lah namanya orang kan," kata Hasan.
Baca Juga: Tak Gentar Kantor Diteror Kepala Babi hingga Bangkai Tikus, Tempo: Ini Tindakan Pengecut!
"Jadi jangan sampai kita justru ikut membesar-besarkan ketakutan karena itu targetnya si peneror. Kita harus mengecilkan dia. Menurut saya cara yang paling tepat untuk mengecilkan peneror itu ya dimasak aja lah kirimannya dia kan gitu. Dimasak terus dimakan kan gitu," sambung Hasan.
Pemerintah Dukung Kebebasan Pers
Hasan menegaskan komitmen pemerintah atas dukungan terhadap kebebasan pers tidak perlu diragukan. Ia menyampaikan menyoal kebebasan pers, pemerintah sudah memberikan bukti, bukan lagi teori.
"Ya kan kalau pemerintah soal kebebasan pers itu pemerintah nggak pakai teori lagi tapi kan sudah pembuktian. Nggak ada yang dilarang bikin berita, iya kan? Nggak ada yang dilarang bikin podcast, iya kan? Nggak ada yang diperkarakan sampai sekarang kan nggak ada satupun media atau wartawan yang diperkarakan atau dilaporkan," tutur Hasan.
Hasan menegaskan pemerintah juga tidak melakukan pelarangan peliputan terhadap awak pers karena sikap kritis terhadap pemerintah.
"Nggak ada yang dilarang masuk istana gara-gara kritis. Nggak ada. Nggak ada yang dilarang liputan misalnya di kantor-kantor pemerintahan gara-gara kritis. Nggak ada," kata Hasan.
Berita Terkait
-
Kapolri Perintahkan Kabareskrim Tangkap Pelaku Teror Kepala Babi dan Tikus ke Kantor Redaksi Tempo
-
5 Rencana Sekolah Rakyat Prabowo: Punya Misi Putus Rantai Kemiskinan
-
Iwakum Kecam Rentetan Teror ke Redaksi Tempo: Indonesia Darurat Kebebasan Pers!
-
Sebut Jubir Prabowo Konyol, TB Hasanuddin Kecam Guyonan Hasan Nasbi: Siapa Mau Makan Daging Busuk?
-
Rahasia Prabowo Genjot Lapangan Kerja: Industri Padat Karya Jadi Andalan Utama
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Bawaslu Ungkap Upaya Digitalisasi Pengawasan Pemilu di Tengah Keterbatasan Anggaran
-
Mafindo Ungkap Potensi Tantangan Pemilu 2029, dari AI hingga Isu SARA
-
Bilateral di Istana Merdeka, Prabowo dan Raja Abdullah II Kenang Masa Persahabatan di Yordania
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker
-
20 Warga Masih Hilang, Pemprov Jateng Fokuskan Pencarian Korban Longsor Cilacap
-
Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing di COP30 Brasil