Suara.com - Ibu Kota Jakarta, yang dulu selalu menjadi tujuan utama para perantau dari berbagai pelosok negeri, kini perlahan kehilangan pesonanya. Bahkan, kini Jakarta tak lagi jadi kota impian.
Data terbaru menunjukkan penurunan signifikan jumlah pendatang yang masuk ke Ibu Kota pasca-Lebaran, mengindikasikan bahwa Jakarta tidak lagi menjadi tempat idaman untuk mencari peruntungan seperti masa lalu.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna, menyoroti pergeseran ini sebagai sinyal kuat bahwa kondisi sosial ekonomi di Jakarta semakin tidak bersahabat, bahkan untuk penduduk lama.
Menurutnya, bukan hanya angka pendatang yang menurun, tetapi jumlah warga Jakarta yang memilih hengkang ke daerah lain justru mengalami peningkatan drastis.
"Kalau kita bandingkan antara yang datang dan yang keluar dari Jakarta, angkanya menunjukkan ada hampir 321.000 orang yang pindah keluar Jakarta di tahun 2024. Ini bukan angka kecil, dan menunjukkan ada sesuatu yang berubah dalam cara masyarakat memandang Jakarta," ujar Yayat dikutip dari ANTARA Jakarta, Senin (7/4/2025).
Yayat menilai bahwa bagi sebagian besar masyarakat, terutama kelas menengah ke atas, Jakarta sudah tidak lagi nyaman.
Kepadatan yang semakin ekstrem, kemacetan yang seolah tak ada solusi, serta kualitas udara yang kian buruk menjadi alasan utama mengapa banyak orang memilih menetap di kawasan penyangga seperti Bogor, Depok, atau bahkan pulang kampung ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang biasa hidup di Kota Besar, kini kembali ke kampung halaman untuk menikmati hidup yang lebih nyaman dan murah.
"Banyak yang merasa Jakarta makin padat, makin macet, makin polusi. Kalau biaya hidup mahal tapi kualitas hidup rendah, wajar kalau orang mulai berpikir ulang untuk tetap bertahan di sini," jelasnya.
Baca Juga: Hasil BRI Liga 1: Kalahkan Persija, Madura United Keluar dari Zona Degradasi
Tak hanya itu, faktor ekonomi menjadi pertimbangan utama. Biaya hidup di Jakarta yang tinggi, mulai dari sewa tempat tinggal hingga kebutuhan pokok, membuat banyak orang yang sebelumnya bercita-cita sukses di Ibu Kota justru mundur perlahan.
Kini, banyak warga daerah lebih memilih membangun usaha kecil atau bekerja di kota asal mereka yang biaya hidupnya jauh lebih terjangkau.
Yayat mengingatkan bahwa bagi mereka yang tetap berkeinginan merantau ke Jakarta, harus benar-benar memiliki rencana dan strategi yang matang. Datang tanpa bekal keterampilan atau tanpa persiapan hanya akan memperbesar risiko kegagalan.
"Kalau mereka lulusan di bawah SLTA atau SLTA, mereka harus bersaing dengan 300.000 sampai 400.000 pencari kerja lain. Jadi, harus ada skill yang mereka bawa dari daerah. Jangan sampai datang tanpa rencana, akhirnya hanya menambah jumlah pengangguran di kota," katanya.
Lebih dari itu, Yayat juga menyoroti pentingnya memahami budaya perkotaan. Ia menegaskan bahwa menjadi warga kota bukan hanya soal pindah tempat tinggal, tetapi juga soal membawa sikap dan perilaku yang tertib dan disiplin.
"Kalau mau masuk Jakarta, dia juga harus memahami budaya berkota. Jangan dari kampung sudah buang sampah sembarangan, lalu di Jakarta malah tambah parah. Ini bukan hanya soal pindah lokasi, tapi juga kesiapan menjadi warga kota yang baik," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Menkeu Purbaya Jawab Kritik, Sebut Gaya 'Koboi' Perintah Langsung dari Presiden Prabowo
-
KPK Ungkap Alasan Penghentian Kasus Lahan RS Sumber Waras
-
Praperadilan Delpedro Ditolak, Pendukung Beri Kartu Merah ke Hakim: Bebaskan Kawan Kami!
-
Tangis Histeris Ibunda Pecah di Pengadilan Usai Praperadilan Delpedro Ditolak
-
Geger Grup WA 'Mas Menteri', Pengacara Nadiem Bantah Atur Proyek Chromebook
-
Sudah Diizinkan Hakim untuk Pindah, Jaksa Agung Ngotot Minta Anak Riza Chalid 'Dikembalikan'!
-
Jakarta Punya 111 Stasiun Aktif Jaga Lingkungan, Warga Akui Pentingnya Data Valid Kualitas Udara
-
Sambangi KPK, Pelapor Ketua Bawaslu Serahkan Bukti Dugaan Korupsi Proyek Renovasi Gedung
-
Prabowo Wacanakan Bahasa Portugis Masuk Kurikulum, DPR Langsung 'Todong' Syarat: Uji Coba di NTT
-
Bikin Merinding, Video Viral Penyelamatan Pria yang Celananya Dimasuki Ular Kobra