Suara.com - Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengingatkan Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan tujuan rencana evakuasi seribu warga Gaza ke Indonesia atas permintaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Yon menekankan, jangan sampai Prabowo salah mengomunikasikan ke publik karena berisiko menimbulkan anggapan kalau rencana evakuasi itu karena propaganda Israel dan Amerika Serikat agar tanah Gaza kosong dari rakyat Palestina.
"Kalau dunia internasional melalui PBB menyatakan bahwa perlu ada warga Palestina yang harus dievakuasi karena emergensi, saya kira itu bisa dilakukan. Jadi memang tetap payungnya adalah itu dari permintaan dunia internasional, bukan secara sepihak mungkin tawaran dari Amerika atau bahkan kemudian Israel," kata Yon kepada Suara.com, dihubungi Kamis (10/4/2025).
Yon menambahkan, yang dikhawatirkan sebenarnya evakuasi warga Palestina dari Gaza karena propaganda Israel dan Amerika Serikat, sehingga ketika wilayah itu kosong bisa langsung direbut oleh Zionis.
Kemudian, warga Palestina yang telah dievakuasi pada akhirnya tidak bisa kembali ke Gaza sebagai tanah airnya.
"Saya kira pemerintah harus menyampaikan secara jelas rencana itu ke publik bahwa evakuasi itu bukan berdasarkan pada propaganda Israel yang menginginkan rakyat Palestina untuk dipindahkan, tetapi memang kebutuhan dunia internasional yang meminta peran Indonesia di dalam hal berkontribusi terhadap korban perang yang memang harus diselamatkan," tuturnya.
Oleh karena itu, rencana evakuasi juga harus didasari dengan kondisi darurat. Artinya, warga yang dibawa keluar dari Gaza sebaiknya hanya kelompok rentan yang butuh pengobatan medis segera lebih lengkap dan aman.
"Saya kira harus selektif, memang emergensi, harus ada perawatan khusus, dan itu tidak bisa dilakukan di Gaza, maka Indonesia diminta keterlibatan untuk menyelamatkan," pungkasnya.
Tuai Pro-Kontra
Baca Juga: Tak Perlu Keluarkan Warga Gaza, Indonesia Bisa Salurkan Bantuan Kemanusiaan dari Perbatasan
Rencana Presiden Prabowo untuk mengevakuasi warga Gaza korban genosida Zionis Israel ke Indonesia menuai pro-kontra. Ada yang mendukung langkah Prabowo dan juga ada yang memprotes.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebelumnya mempertanyakan sikap Presiden Prabowo Subianto yang berencana mengevakuasi 1.000 warga Gaza Palestina ke Indonesia.
Rencana evakuasi itu nampak serius lantaran Prabowo langsung berangkat ke beberapa negara Timur Tengah, di antaranya Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar dan Yordania pada Rabu (9/4) dini hari.
"Pertanyaannya untuk apa Indonesia ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika tersebut? Bukankah Israel dan Donald Trump sudah menyampaikan keinginannya untuk mengosongkan Gaza?" kata Wakil Ketua Umum MUI, Buya Anwar Abbas dalam keterangannya, dikutip Suara.com pada Kamis.
Rencana pengosongan Gaza, dengan tujuan relokasi, diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai proposal perdamaian di Timur Tengah. Tetapi rencana tersebut ditentang sejumlah pihak sebagai bagian dari tipu muslihat pendudukan Israel di Gaza.
Menurut Buya Anwar, jika rencana tersebut diwujudkan, Israel bisa lebih leluasa menduduki dan menguasai wilayah Gaza. Mereka leluasa menempatkan warga negaranya ke daerah yang mereka duduki sehingga dalam waktu tertentu Gaza akan menjadi bagian dari negara Israel Raya yang mereka cita-citakan.
Berita Terkait
-
Sudah Lakukan Pertemuan, Prabowo Ajak Megawati Jadi Dewan Pengarah Danantara?
-
Presiden Prabowo Tolak Hukuman Mati Bagi Koruptor, Komisi XIII DPR Dukung
-
Usai Ditemui Prabowo, PSI Berharap Megawati Bisa Bertemu dengan Jokowi dan SBY
-
Tak Perlu Keluarkan Warga Gaza, Indonesia Bisa Salurkan Bantuan Kemanusiaan dari Perbatasan
-
Gelombang PHK Mengintai: Tarif Trump Hantam Buruh Indonesia!
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Keterlibatan Ustaz Khalid Basalamah di Kasus Kuota Haji Mulai Terlihat, Kini Ngaku Sebagai Korban
-
Alat Perekam Getaran Gempa di Gunung Kelud Rp1,5 Miliar Dicuri, Malingnya Gak Ngotak!
-
Nasib Bripda Abi Usai Lempar Helm ke Pelajar Hingga Kritis, Dihukum Demosi 5 Tahun!
-
Anggota Komisi I DPR Desak TNI Jelaskan Terkait Ferry Irwandi yang Dinilai Ancam Pertahanan Siber
-
Tak Sudi Disanksi Kasus Rantis Lindas Ojol, Kompol Cosmas dan Bripka Rohmad Kompak Banding
-
Tragis! Detik-detik Menkeu Nepal Ditelanjangi, Dipukuli, Dikejar Pendemo Sampai Masuk Sungai
-
Klaim Transjabodetabek Berhasil Urai Macet, Pramono: Kecuali di TB Simatupang
-
Prabowo Dinilai Kian Objektif Pilih Menteri, Efek Kritik Publik dan Gejolak Demo
-
Maling Nekat Gondol Alat Pemantau Gunung Kelud Senilai Rp1,5 Miliar, Papan Peringatan Tak Mempan
-
Nadiem Makarim di Mata Mahfud MD: Bersih Tapi Tak Paham Birokrasi, Rektor Se-Indonesia Sampai Curhat