Suara.com - Kasus keracunan di berbagai daerah akibat program makan bergizi gratis (MBG) tidak bisa dianggap sepele, kendati angka kejadiannya kecil. Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menilai kasus keracunan itu akibat dari buruknya manajemen di tahap perencanaan.
Menurut Founder dan CEO CISDI, Diah S. Saminarsih, pemerintah sebenarnya tidak siap, terlihat dari berbagai kasus, mulai dari makanan basi hingga kotak makan yang tidak bersih. Ia menegaskan, kasus keracunan akibat MBG bukan kejadian terisolasi, melainkan puncak gunung es dari persoalan struktural.
"Yang disoroti di kajian kami adalah banyak menyoroti hulu. Kita berusaha me-manage variasi lapangan karena kita sudah sadar bahwa itu akan membuat banyak hal menjadi complicated pada saat operasional ini berjalan. Nah sekarang terbukti dengan adanya bakteri dan lain sebagainya," kata Diah saat diskusi virtual bersama KBR, Rabu (30/4/2025).
Menurut Diah, insiden keracunan makanan yang diikuti temuan bakteri pada makanan merupakan ekses dari variasi kondisi lapangan yang tidak dikelola dengan baik.
Ia mencontohkan persoalan teknis seperti penggunaan kotak makanan yang tidak dicuci tepat waktu, atau bahan makanan yang tidak dibersihkan secara benar karena jarak distribusi dari dapur ke sekolah memakan waktu lebih dari satu jam.
"Kalau dihitung macet atau dihitung jauh, dihitung kondisi jalan dan segala macam. Sehingga dia harus matang misalnya paling lambat jam 9. Makanan yang panas-panas kemudian ditutup atau tidak dicuci bahan makanannya. Dan cara masak yang buru-buru, tidak 100 persen matang dan lain sebagainya, itu yang membuat makanan menjadi basi," tuturnya.
Ia menolak anggapan bahwa kasus-kasus keracunan ini bersifat insidental atau terisolasi. CISDI, kata Diah, mendorong agar evaluasi dilakukan secara menyeluruh dan berbasis standar yang adil.
"Ini adalah puncak bunung es. Kalau satu ketahuan, ada berapa tempat lain kita bisa kalkulasi, ini kira-kira ada di berapa tempat lain, kemudian penanganannya jadi untuk semua, untuk terstandar semua bukan hanya untuk menyelesaikan satu tempat," ujarnya memberi saran.
Lebih jauh, Diah menegaskan pentingnya pelibatan aktor-aktor lokal sejak awal perencanaan program, seperti pemerintah tingkat kecamatan, kota, atau kabupaten, agar variasi kondisi di tiap daerah bisa dimitigasi secara spesifik.
Baca Juga: ICW Kritik TNI Ikut Sibuk Urusi MBG: Tidak Sesuai Tugas dan Fungsinya
“Masukan dari masyarakat atau pemerintah daerah itu penting agar kita lebih paham konteks lokal, sehingga bisa mengelola variasi dengan lebih baik,” ujarnya.
Kemenkeu Minta BGN Percepat Belanja MBG
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara meminta Badan Gizi Nasional (BGN) mengakselerasi belanja program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru terealisasi sebesar Rp2,3 triliun per 29 April 2025.
"Kami harap ada percepatan belanja dari BGN untuk MBG," kata Suahasil dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi April 2025 di Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Wamenkeu menjelaskan realisasi belanja MBG per Februari tercatat sebesar Rp300 miliar. Artinya, penyaluran belanja MBG pada Maret dan April mencapai Rp2 triliun atau masing-masing sebesar Rp1 triliun per bulan.
"Ini tentunya akan terus meningkat," ujarnya sebagaimana dilansir Antara.
Berita Terkait
-
ICW Kritik TNI Ikut Sibuk Urusi MBG: Tidak Sesuai Tugas dan Fungsinya
-
Bukan Dibubarkan karena Muncul Masalah, Analis Ungkap Alasan MBG Perlu Dilanjutkan dan Dibenahi
-
CEK FAKTA: Prabowo Batalkan MBG, Ganti Program Pendidikan Gratis
-
Sebut Anggaran Fantastis MBG Irasional, Ekonom Ferry Latuhihin: Kok Maksa Banget, Ini Proyek Siapa?
-
Dicap Koplak, Ekonom Ferry Latuhihin Skakmat Kepala Bappenas soal MBG: Ini Sekolahnya di Mana?
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
-
Menkeu Purbaya Klaim Gugatan Tutut Seoharto Sudah Dicabut, Tapi Perkara Masih Aktif
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
Terkini
-
Warning Wamenkum! Semua Tahanan di Indonesia Bisa Bebas Jika Aturan Ini Tak Segera Disahkan DPR
-
Kejagung Sita Sederet Tanah Zarof Ricar di Riau Senilai Rp35 Miliar, Aset Atas Nama Anak-anaknya!
-
Benteng Terakhir PDIP Runtuh! Prabowo Copot Hendrar Prihadi, Sinyal 'Sapu Bersih' Kabinet?
-
Jadi Menpora, Erick Thohir Wajib Mundur dari PSSI? Pakar: Sah, Asal Penuhi 1 Syarat Ini
-
Di Balik Papan 'Bensin Habis' Ada Kabar Getir Pegawai SPBU Swasta yang Takut Dirumahkan
-
2 Kasus Baru Keracunan Massal MBG Tak Masuk KLB, Publik Murka ke Pemerintah: Tunggu Mati Dulu?
-
Usut Korupsi RSUD Kolaka Timur, KPK Periksa Kasi Pidsus Kejari Kolaka
-
Bantah Kesejahteraan Jadi Pemicu, TNI AD Duga Prajurit Kopassus Terlibat Penculikan Karena Ini
-
Rismon Bongkar Lagi Keganjilan Ijazah Jokowi, Foto Satu-satunya Berkacamata di Indonesia
-
Misteri Keracunan MBG di Garut: Ayam Woku atau Lalapan Mentah Biang Kerok? 194 Pelajar Terkapar