Suara.com - Pemadaman listrik atau blackout yang terjadi di seluruh Bali pada Jumat (2/5/2025) menjadi perhatian banyak pihak.
Terlebih pulau Bali yang merupakan jantung pariwisata di Indonesia ini kacau beberapa jam karena tak ada pasokan listrik.
Beberapa layanan publik, seperti bandara, tol, lalu lintas dan lain sebagainya yang mengandalkan listrik otomatis lumpuh.
Hal ini pun menjadi perhatian banyak pihak, karena diduga gangguan listrik di Bali bersumber dari Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV di Jawa Timur.
Gangguan ini berdampak langsung pada sistem kabel laut yang menghubungkan Jawa dan Bali.
Dengan kata lain, ketika aliran listrik dari Jawa terganggu maka Bali yang akan terkena imbasnya.
Pemadaman listrik di Bali ini pun bukan kali pertama terjadi, berdasarkan catatan dari 350 Indonesia, ini adalah kali keempat terjadi di sistem kelistrikan Jawa-Bali.
“Jika kita mengandalkan pembangkit terpusat apalagi berbasis energi fossil, kejadian blackout ini akan berulang. Ini bukan kali pertama, berdasarkan catatan media ini adalah kasus keempat di sistem kelistrikan Jawa-Bali, ” Ujar Finance Champaigner 350 Indonesia, Suriadi Darmoko.
Menurutnya saat ini, Bali masih bergantung pada jaringan dari pembangkit listrik energi fosil dan jaringan listrik antar pulau.
Baca Juga: Bali Blackout, Update Terkini Listrik di Pulau Dewata Padam
Kasus blackout ini menunjukkan bahwa sistem ketenagalistrikan di Bali rapuh.
“Sistem kelistrikan terpusat yang bertumpu pada energi fossil ini harus ditinggalkan” tambahnya.
Menurutnya cita-cita Bali mandiri energi dari energi terbarukan bisa dilakukan untuk mengantisipasi kelumpuhan yang terjadi seperti kemarin.
Menurutnya Bali sangat mungkin lepas dari ketergantungan energi fosil dengan model pembangkitan listrik yang terpusat.
Center For Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana bersama Greenpeace Indonesia menemukan potensi energi surya di Provinsi Bali memiliki yang paling tinggi, yaitu sekitar 98% dari total potensi energi terbarukan yang terdapat di Bali.
Potensi energi matahari di pusat kabupaten/Kota di Bali berkisar antara 4,01-6,13 kWh/m²/hari dengan rata-rata 4,89 kWh/m²/hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO