News / Nasional
Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:57 WIB
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Rohmahurmuziy alias Rommy, beberapa waktu lalu. (Suara.com/Yasir)

Suara.com - Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP, M Romahurmuziy alias Rommy, membantah dirinya ingin menjual PPP dengan mendorong pihak eksternal jadi kandidat calon ketua umum PPP.

Ia mengatakan, niatnya getol mendorong pihak eksternal partai untuk jadi caketum PPP hanya karena ingin PPP jaya kembali

"Menurut saya nggak ada yah urusannya dengan apa namanya menjual partai," kata Rommy kepada Suara.com, Sabtu (31/5/2025).

Ia menegaskan, jika apa yang dilakukannya tersebut layaknya organisasi sepak bola Indonesia di bawah kepemimpinan Erick Thohir membuka diri melakukan banyak naturalisasi.

"Tapi yang dibutuhkan PPP hari ini adalah menbuka diri, seperti PSSI membuka diri naturalisasi dampaknya positif kan? Nggak ada cerita PSSI bisa sehebat hari ini kalau tak ada naturalisasi, dan itu sudah berjalan puluhan tahun," ujarnya.

"Andai pak Erick Thohir sebagai ketua umum tidak membuka diri dengan naturalisasi ya pssi sudah puluhan tahun jalan di tempat saja," sambungnya.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. (soha.vn)

Ia mengatakan, jika PPP pernah berada di tiga besar pada tahun 99, namun kekinian semakin merosot.

"Mau butuh kenyataan apalagi kalau tidak kita pada orang luar?," tegasnya.

Untuk itu, kata dia, satu-satunya cara yang belum dilakukan PPP adalah membuka diri dengan orang luar atau pihak eksternal.

Baca Juga: Didesak Taubat DPC Partai Gegara Jual PPP, Rommy : Maklum Kader Tingkat Cabang Pengetahuannya Minim

"Karena satu satunya yg belum dilakukan PPP adalah membuka diri terhadap orang-orang yang sudah berkarya di tempat lain kemudian kita naturalisasi menjadi kader partai," pungkasnya.

Dituding Jual Partai

Sebelumnya, Kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mulai gerah dengan manuver Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy (Rommy) menjelang Muktamar X 2025 mendatang.

Sejak podcast salah satu media yang mengungkap skenario Romy, Jokowi, dan Haji Isam yang memaksa Amran Sulaiman mengambil alih PPP, mulai muncul beragam tanggapan dari masyarakat, khususnya kader PPP.

Salah satu kegerahan terhadap Rommy disampaikan oleh Ketua DPC Jakarta Timur.

Ia mengaku malu dengan ulah Rommy yang dianggapnya telah menjadikan PPP sebagai barang dagangan.

"Malu rasanya mendengar PPP didagangin Rommy. Seolah-olah Partai Ulama ini hanya jadi komoditas jualan yang diobral kemana-mana" kata Rifa'i kepada wartawan, Kamis (29/5/2025).

Rifa'i mengenang Pemilu 2019 di saat kader PPP Jakarta Timur sibuk berjuang mendulang suara, tiba-tiba muncul berita bahwa Rommy yang saat itu menjabat Ketua Umum PPP dicokok KPK karena terima suap untuk jual beli jabatan.

"Bagai petir di siang bolong, dunia kontan terasa gelap. Perjuangan kami berbulan-bulan untuk mempertahankan 4 kursi DPRD dan 1 kursi DPR RI di Jakarta Timur langsung runtuh saat itu juga" ungkapnya.

"Apalagi Rommy tinggalnya di Jakarta Timur, habis sudah suara kami tahun 2019. Kursi DPRD hilang 3 kursi, DPR RI hancur lebur hilang kursi sama sekali," sambungnya.

Menurutnya, atas kejadian tersebut, hasil Pemilu PPP 2019 benar-benar hancur dan menjadi awal keterpurukan PPP. Dimana, dari 10 kursi di 2014 hanya tinggal 1 kursi. Dan DPR RI dari 3 kursi menjadi 0 kursi, hilang semuanya.

Ia mengatakan, setelah bebas dari penjara, Rommy bukannya taubat malah kembali bikin ulah.

"Sesak kami belum hilang, eh malah hari ini muncul lagi bukan untuk pengakuan dosa tetapi malah dagangin PPP" ujarnya.

"Mestinya Rommy taubat nasuha agar tidak lagi menjadi azab bagi PPP. Jangan ganggu PPP lagi kalau tidak ingin kualat dengan warisan para Ulama. Biarkan kader bekerja untuk kembalikan kejayaan PPP," imbuhnya.

Load More