Suara.com - Profil tiga terdakwa korupsi alat pelindung diri (APD) di lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat pandemi Covid – 19 menuai sorotan lantaran merugikan negara hingga Rp319 miliar di saat krisis kesehatan. Ketiga terdakwa adalah eks pejabat pembuat komitmen (PPK) pada Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Budi Sylvana, Direktur Utama PT Energi Kita Indonesia (EKI) Satrio Wibowo dan Direktur Utama PT Permana Putra Mandiri (PPM) Ahmad Taufik.
Kronologi dugaan kasus korupsi APD dimulai ketika pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan APD saat krisis Covid-19. Saat itu, pengambilan APD juga melibatkan TNI dan Polri. Namun, dokumen pengambilan saat itu tidak lengkap. Awalnya, PPM perusahaan milik Ahmad Taufik ditunjuk sebagai distributor utama oleh para pemasok APD. APD tersebut kemudian diambil oleh TNI – Polri untuk didistribusikan ke sepuluh provinsi namun tanpa kelengkapan dokumen. Saat itu, pemerintah membeli 1o.ooo set APD dari PPM dengan harga hanya Rp379.500 per set.
Masalah muncul setelah PT EKI ikut menjadi authorized seller dari produsen APD, PT Yoon Shin Jaya. Kontraknya melonjak menjadi 500.000 set APD dengan harga fluktuatif tergantung nilai tukar rupiah terhadap dolar. Akibatnya harga APD melonjak menjadi hampir Rp1 juta per set. Apalagi PPM dan EKI memutuskan untuk menandatangani kontrak kerja sama distribusi. PPM memperoleh margin keuntungan 18,5 persen.
PPM juga menagih 170.000 set APD gelombang pertama yang telah didistribusikan TNI dengan harga Rp700.000 per set.
Pada Maret 2020 EKI dan Yoon Shin Jaya merealisasikan kontrak pemesanan 500.000 set APD dengan penyerahan giro senilai Rp113 miliar. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan dokumen kepabeanan PPM karena EKI tidak memiliki izin penyaluran alat kesehatan, gudang serta bukan perusahaan kena pajak (PKP). Sementara itu, KPK mencatat dua kali pembayaran dari negara ke PPM yakni senilai Rp10 miliar saat belum ada surat pesanan serta Rp109 miliar yang diserahkan Pusat Krisis Kesehatan. Setelah transaksi tersebut, Budi Sylvana ditunjuk sebagai PPK Kemenkes.
Tak berselang lama, Kemenkes juga menerbitkan surat pemesanan lima juta set APD seharga USD 48, 4 per set. Surat ditandatangani oleh ketiga terdakwa yakni Budi, Taufik, dan Satrio.
Hukuman Ringan
Taufik divonis hukuman pidana penjara selama 11 tahun sementara Satrio dijatuhi vonis 11 tahun enam bulan penjara. Keduanya dinyatakan terbukti bersalah dalam kasus korupsi pada pengadaan alat pelindung diri (APD) saat pandemi Covid-19.
"Menyatakan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sehingga melanggar Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP sebagaimana dakwaan alternatif pertama,” kata Ketua Majelis Hakim Syofia Marlianti di Pengadilan Tipikor Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis 5 Juni 2025.
Baca Juga: Korupsi Payment Gateway, Polisi Bisa Keluarkan DPO Denny Indrayana
Selain divonis 11 tahun penjara, Taufik juga dijatuhi hukuman berupa pidana denda sebesar Rp1 miliar subsider 4 bulan kurungan penjara dan uang pengganti sebanyak Rp 224,18 miliar subsider 4 tahun penjara.
Adapun hal memberatkan yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap Taufik dan Satrio, yakni keduanya dinilai tidak mendukung upaya pemerintah dalam memberantas tindak pidana korupsi dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Kementerian Kesehatan.
Budi Sylvana dijatuhi hukuman pidana 3 tahun penjara dan denda Rp100 juta. Majelis hakim menilai Budi terbukti bersalah dalam kasus korupsi pada pengadaan alat pelindung diri (APD) saat pandemi Covid-19.
"Menyatakan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sehingga melanggar Pasal 3 juncto Pasal 16 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, sebagaimana dakwaan alternatif kedua," kata Ketua Majelis Hakim Syofia Marlianti di Pengadilan Tipikor Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Kejagung Cekal Iwan Lukmanto, Buntut Dugaan Korupsi Fasilitas Kredit Sritex
-
Breakingnews! Pemain Keturunan Brasil Positif COVID-19
-
Sudah 2 Lebaran, Idulfitri dan Iduladha, KPK Tak Kunjung Periksa Ridwan Kamil
-
Koperasi Desa 'Merah Putih': Dana Triliunan, Bau Korupsi, dan Intervensi Politik?
-
Terungkap! Skandal Chromebook Rp 9,9 Triliun Kemendikbud Ristek Libatkan 5 Vendor
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Mengapa Myanmar dan Kamboja Bukan Negara Tujuan Kerja yang Aman? Ini Penjelasan Pemerintah
-
Misteri Grup WA Terjawab: Kejagung Bantah Najelaa Terlibat Skandal Chromebook
-
DPD RI Gelar DPD Award Perdana, Apresiasi Pahlawan Lokal Penggerak Kemajuan Daerah
-
Program Learning for Life, Upaya Kemenpar Perkuat Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata
-
Ada 4,8 Juta Kelahiran Setahun, Menkes Budi Dorong Perbanyak Fasilitas Kesehatan Berkualitas
-
Menkes Budi: Populasi Lansia di Jakarta Meningkat, Layanan Kesehatan Harus Beradaptasi
-
Berkas Lengkap! Aktivis Delpedro Cs akan Dilimpahkan ke Kejati DKI Rabu Besok
-
Sudah Vonis Final, Kenapa Eksekusi Harvey Moeis Molor? Kejagung Beri Jawaban
-
Sinergi Polri dan Akademi Kader Bangsa: Bangun Sekolah Unggul Menuju Indonesia Emas 2045
-
Blueprint Keberlanjutan Ride-Hailing Indonesia: Motor Penggerak UMKM dan PDB Nasional