Suara.com - Pengamat Rocky Gerung mengungkap ederet faktor 'karpet merah' yang memudahkan Presiden ke-7 RI, Jokowi untuk menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Selain kini dinakhkodai oleh putra bungsunya, Kaesang Pangerap, Rocky menganggap jika Jokowi merupakan orang di 'balik layar' dari berdirinya PSI.
Pernyataan itu disampaikan Rocky Gerung menyikapi langkah Jokowi yang memilih bergabung dengan PSI ketimbang maju menjadi calon ketum umum (Caketum) PPP setelah namanya masuk radar partai berlambang Kakbah itu.
"Dari segi potensi Pak Jokowi memimpin partai (PSI) itu yang mudah sekali kan. dengan cara apa pun dia akan ada di dalam partai itu karena anaknya adalah ketua partai. Anggota-anggota PSI itu adalah pendukung die hard (garis keras) Jokowi. Semua hal yang memungkinkan PSI itu dapat dukungan finansial itu karena Jokowi," beber Rocky dalam siniar yang tayang di akun Youtube-nya dilihat Suara.com pada Rabu (11/6/2025).
Dalam siniar itu, Rocky juga menganggap sangat masuk akal jika Jokowi lebih memilih berlabuh ke PSI ketimbang PPP karena ongkos politiknya dianggap lebih mahal. Dari sederet alasan itu, lanjut Rocky, sudah betul jika Jokowi menjadikan PSI sebagai kendaraan politiknya.
"Jadi dengan mudah sebetulnya Jokowi memilih bahwa daripada harus keluar uang masuk PPP, PPP tiketnya kan mahal juga. Lebih baik memperbesar animal farm-nya itu peternakan politiknya yang sudah jadi. Sekali lagi masuk akal bila Jokowi akhirnya memilih untuk terlibat dalam politik melalui PSI," ungkap Rocky Gerung.
Menanggapi langkah politik Jokowi setelah lengser dari jabatan presiden, Rocky Gerung juga mengaku mengenal betul asal-usul PSI saat menjadi partai politik. Dia pun mengakui jika partai yang dulunya berisi anak-anak muda melek politik kekinian berubah menjadi partai oligarki karena hanya dijadikan alat dinastik politik Jokowi.
"Jadi sekali lagi saya kenal asal-usul atau intensi dari partai itu, tapi kemudian partai itu berubah menjadi partai oligarki. Kan itu yang bukan kita sesalkan ya memang begitu nasibnya. Sebetulnya karena dari awal saya juga menduga bahwa itu partai yang disiapkan untuk kalangan pendukung Jokowi itu. Jadi kalau partai itu kemudian jadi tunggangan Jokowi hari ini ya makin masuk akal tuh," ungkap Rocky Gerung.
"Mungkin Pak Jokowi jadi semacam ketua dewan pembina. Saudara Kaesang tetap sebagai ketuanya. Pak Gibran akan ada di situ untuk melengkapi sejarah kedinastian. Kita boleh sebutkan itu karena dari awal memang sifat partai itu adalah eksklusif. Sebetulnya dia mau inklusif memasukkan semua tetapi arah kepemimpinan selalu eksklusif dan basis finansialnya tentu dari oligarki itu," lanjut Rocky.
Lebih lanjut, Rocky menganggap PSI hanya menjadi kendaraan baru untuk Jokowi demi bisa kembali bermanuver di Pemilu 2029 mendatang.
Baca Juga: Gesture Melotot Letkol Teddy ke Bahlil soal Tambang Raja Ampat Bikin Salfok! Netizen Penuh Curiga
"Jadi masuk PSI itu artinya membuat percikan. Membuat percikan maksudnya kejutan itu atau semacam menstarter kembali politiknya kan. Jadi dengan harapan bahwa partai itu bisa ikut pemilu tentu di 2029. Jadi dari awal kita dukung aja Pak Jokowi ikut di dalam partai yang memang disediakan oleh dari dan untuk dia itu dengan alasan apa pun," ujar Rocky.
Pilih Gabung PSI Ketimbang PPP
Diberitakan sebelumnya, Jokowi secara blak-blakan memilih bergabung dengan PSI. Pernyataan itu disampaikan Jokowi setelah namanya sempat masuk dalam bursa Calon Ketua Umum PPP. Namun Jokowi tidak tertarik untuk menjadi ketua umum partai berlambang kabah tersebut.
"Ndak lah, yang di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik yang punya kapasitas, kapasitas, punya kompetensi. Banyak calon yang sudah beredar kan banyak. Banyak sekali," beber Jokowi saat ditemui wartawan pada Jumat, 6 Juni 2025.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut lebih tertarik menjadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Saya di PSI aja lah," katanya.
Berita Terkait
-
Gesture Melotot Letkol Teddy ke Bahlil soal Tambang Raja Ampat Bikin Salfok! Netizen Penuh Curiga
-
Rocky Gerung Bongkar Motif Jokowi Pilih PSI: Politisi yang Sudah Ketagihan Kekuasaan
-
Murka, Feri Amsari Kuliti Borok Bahlil soal IUP Nikel Raja Ampat: Dia Mau Lari dari Tanggung Jawab!
-
Seret Nama Jokowi, Rocky Gerung soal Pemakzulan Gibran: Bukan Proses Berbahaya
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam
-
Pakar UIKA Dukung Anies Desak Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera
-
BNI Raih Apresiasi Kementerian UMKM Dorong Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
-
BNI Dorong Digitalisasi dan Transparansi Rantai Pasok FMCG
-
Komisi III Kritik Usulan Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa DPR: Absennya Pemaknaan Negara Hukum
-
Kritik Keras Perkap 10/2025, Mahfud MD Sebut Tidak Ada Dasar Hukum dan Konstitusionalnya