Suara.com - Program safari wukuf bagi jemaah lanjut usia (lansia) dan berisiko tinggi dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025, yang merupakan salah satu program unggulan pemerintah, ditegaskan sepenuhnya gratis dan bebas dari pungutan liar (pungli). Penegasan ini disampaikan oleh Tony Hartanto, salah satu dokter yang bertugas dalam safari wukuf, serta diperkuat oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Tony Hartanto, yang merupakan bagian dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan petugas safari wukuf, mengungkapkan keprihatinannya atas beredarnya isu pungli.
"Layanan safari wukuf itu gratis, tidak menarik iuran dari jamaah sama sekali," kata Tony seperti dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (14/6/2025).
Ia menambahkan bahwa dirinya bersama rekan-rekan petugas safari wukuf merasa sedih dan prihatin, karena isu pungli ini secara tidak langsung menyinggung dedikasi para petugas yang melayani jemaah lansia.
Komitmen Petugas Safari Wukuf dan Bantahan Menteri Agama
Petugas safari wukuf memiliki peran sentral dalam menyukseskan program ini. Sebanyak 120 petugas safari wukuf didedikasikan untuk melayani dan membersamai 477 jemaah lansia, penyandang disabilitas, dan jemaah berisiko tinggi. Para petugas ini terbagi dalam 10 tim, dengan setiap tim terdiri atas satu dokter, satu perawat, dan sisanya merupakan gabungan dari petugas layanan lansia serta pembimbing ibadah. Satuan tugas ini bertugas melayani dan merawat jemaah selama 10 hari, terhitung pada 1–10 Juni 2025, yang ditempatkan di hotel transit khusus safari wukuf.
Sebelumnya, Menteri Agama Nasaruddin Umar telah secara tegas menepis adanya isu pungutan liar dalam safari wukuf jemaah lansia dan berisiko tinggi. Menag memastikan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi internal. "Jadi, isu bahwa ada pungutan dari jamaah oleh petugas itu sama sekali tidak benar. Itjen Kemenag sudah kami turunkan. Kami sudah klarifikasi semua dan kami panggil orangnya juga," ujar Menag di Makkah, Rabu (11/6).
Perbedaan Safari Wukuf Gratis dan Biaya Badal Haji
Menteri Agama menjelaskan bahwa isu pungutan yang beredar bukan berkaitan dengan layanan safari wukuf gratis, melainkan kemungkinan besar terkait dengan badal haji dan aktivitas kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). Beliau menegaskan bahwa hal ini sama sekali tidak terkait dengan petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) yang resmi.
Baca Juga: Ketua Timwas: Pembentukan Pansus Haji Masih Dikaji, Tunggu Bukti Dugaan Pelanggaran UU
Menag merinci bahwa badal haji memang memiliki paket biaya tersendiri. Paket ini mencakup berbagai rangkaian ibadah, mulai dari umrah wajib, pelaksanaan wukuf di Arafah, mabit (bermalam) di Muzdalifah dan Mina, melempar jumrah, hingga tawaf ifadah. "Jadi, ada biaya yang harus dikeluarkan jamaah jika ingin badal haji dan itu mereka komunikasikan dengan KBIH," ujar Menag. Ini berarti, biaya yang mungkin dibayarkan oleh jemaah adalah untuk layanan badal haji, yang merupakan jasa penggantian pelaksanaan ibadah haji oleh orang lain, bukan untuk fasilitas safari wukuf yang disediakan pemerintah.
Layanan safari wukuf lansia merupakan fasilitas khusus yang disediakan secara gratis oleh pemerintah. Program ini dirancang untuk memungkinkan jemaah yang karena kondisi fisik tidak mampu melaksanakan rukun haji secara mandiri, khususnya wukuf di Arafah, tetap dapat menunaikannya dengan difasilitasi menggunakan armada bus. Ini adalah bentuk komitmen pemerintah dalam memastikan seluruh jemaah haji Indonesia, khususnya yang rentan, dapat menuntaskan ibadah haji mereka dengan layak. Dengan demikian, masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya dan selalu merujuk pada keterangan resmi dari PPIH atau Kementerian Agama terkait biaya dan layanan haji.
Berita Terkait
- 
            
              Tanggapi Kritik Saudi soal Jemaah Haji Renta Penyakit, Timwas DPR Minta Seleksi Diperketat
- 
            
              Timwas DPR Desak Evaluasi Layanan Kesehatan Haji, Dorong Pendirian RS Indonesia di Makkah
- 
            
              Mengunjungi Gua Hira, Tempat Nabi Muhammad Menerima Wahyu Allah
- 
            
              Ribuan Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Indonesia
- 
            
              Tawaf Wada dan Tawaf Ifadah, Jemaah Haji Menunaikan Rangkaian Ibadah Terakhir
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
- 
            
              Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
- 
            
              Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
Terkini
- 
            
              Marak Narkoba Jenis Baru, Prabowo Disebut Bakal Perkuat Regulasi
- 
            
              Dasco Beberkan Alasan MKD DPR Tolak Mundurnya Rahayu Saraswati
- 
            
              Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
- 
            
              Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
- 
            
              Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
- 
            
              Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
- 
            
              Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
- 
            
              Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
- 
            
              Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
- 
            
              Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah