Suara.com - Konsep retret dalam persiapan program Sekolah Rakyat dinilai bermanfaat, kendati tuai kritik publik karena terkesan mengandung unsur militerisasi. Retret Kepala Sekolah Rakyat itu diketahui dilakukan selama lima hari.
Retret tersebut kemudian dibagi, selama tiga hari pertama para kepala sekolah itu ditempatkan di Balai Diklat Kementerian Sosial di Margaguna, Jakarta Selatan.
Kemudian pada Rabu 18 Juni 2025 malam, mereka dipindahkan ke barak militer Komplek Resimen Arhanud I, Faletehan, Kodam Jaya, Jakarta.
Seorang Kepala Sekolah Rakyat dari Sentra Pangurangi di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), M Jufrianto, mengungkapkan bahwa salah satu materi retret memang disampaikan oleh purnawirawan TNI.
Namun, dia memastikan bahwa tidak ada unsur militerisasi selama kegiatan retret.
"Highlight-nya itu adalah tentang pengabdian, di sini betul-betul kita rasakan. Karena yang dihadirkan adalah purnawirawan mayjen, saya lupa namanya, bapak yang betul-betul umur sudah 77 tahun, tetapi bagaimana pengabdiannya untuk mengajarkan tentang nilai-nilai juang 1945," cerita Jufrianto ditemui usai acara retret, Jumat 20 Juni 2025.
Tercatat sejumlah 42 Kepala Sekolah Rakyat menjalani retret selama dua hari di lingkungan barak TNI dengan fasilitas sederhana.
Jufrianto bercerita, bersama puluhan kepala sekolah dari berbagai daerah lainnya juga merasakan tidur dengan alas seadanya ala prajurit TNI.
"Jadi kita betul-betul beralaskan kayak TNI, itu tidur di situ," ungkapnya.
Baca Juga: Sekolah Rakyat Beroperasi 24 Jam, Fokus Bangun Karakter Anak dari Keluarga Miskin
Menurut Jufrianto, pengalaman itu bermanfaat pula untuk lebih memiliki empati terhadap masyarakat dari kalangan bawah.
"Memang nggak seperti orang-orang miskin, tetapi kan kita betul-betul bagaimana survive di sini. Antre juga, karena kan sekolah rakyat ini prinsipnya boarding, jadi mereka (siswa) juga akan antre makanan, itu kita rasakan di sini."
"Paling tidak gambaran sedikit mengenai yang begitu-begituan kita sudah rasakan. Ketika kita sudah merasakan, saya yakin kita tidak akan serta-merta men-judge," tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo juga telah menegaskan bahwa retret ini bukan bentuk militerisasi pendidikan.
Meski dilaksanakan di barak TNI, tujuannya adalah memperkuat karakter para pendidik, bukan mengubah mereka jadi tentara.
"Ini bukan pendidikan militerisasi ya, saya klarifikasi. Ini pendidikan karakter, pendidikan kedisiplinan. Memang yang punya kesatuan, yang punya kedisiplinan, kebetulan tentara, ya sudah kita berkolaborasi," kata Agus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Pimpin Ziarah Nasional di TMPNU Kalibata, Prabowo: Jangan Sekali-sekali Lupakan Jasa Pahlawan
-
Ketua DPD Raih Dua Rekor MURI Berkat Inisiasi Gerakan Hijau Nasional
-
Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini, Senin 10 November 2025
-
Kondisi Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Jakarta Membaik Usai Operasi, Polisi Fokus Pemulihan
-
Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru