Suara.com - Ketegangan antara Iran dengan Israel yang kian memanas memunculkan skenario kritis: Apa yang terjadi jika Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, tewas dalam konflik?
Pertanyaan itu menggelisahkan banyak pihak, mengingat Ali Khamenei telah memimpin Iran selama 35 tahun dan tidak memiliki pengganti resmi.
Proses Suksesi Pemimpin Tertinggi Iran
Menurut Konstitusi Iran, pengganti Pemimpin Tertinggi dipilih oleh Dewan Pakar, sebuah badan yang terdiri dari 88 ulama senior. Namun, proses ini bisa memicu konflik internal, terutama jika terjadi dalam situasi darurat perang.
"Jika Khamenei meninggal atau tidak mampu menjalankan tugas, Dewan Pakar harus memilih penggantinya dalam waktu singkat, tetapi fraksi konservatif dan reformis akan bersaing ketat," jelas Dr. Mohammad Ali Shabani, analis politik Iran sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
3 Calon Utama Pengganti Khamenei
1. Ayatollah Ebrahim Raisi (Presiden Iran Saat Ini)
Keunggulan: Didukung Garda Revolusi (IRGC) dan sayap konservatif.
Kelemahan: Terlibat dalam represi politik, termasuk pembunuhan massal 1988.
Baca Juga: PBB Prihatin Serangan AS ke Reaktor Nuklir Iran: Ancaman Perdamaian Dunia
"Raisi adalah favorit militer, tetapi popularitasnya rendah di kalangan muda Iran," lapor BBC Persia.
2. Ayatollah Mojtaba Khamenei (Putra Ali Khamenei)
Keunggulan: Dianggap sebagai "pangeran terselubung" yang dekat dengan ayahnya.
Kelemahan: Tidak memiliki basis dukungan kuat di Dewan Pakar.
"Jika Mojtaba dipaksakan, bisa memicu protes seperti yang terjadi setelah kematian Mahsa Amini," tulis The Washington Post.
3. Ayatollah Alireza Arafi (Anggota Dewan Pakar)
Keunggulan: Tokoh kompromi antara konservatif dan moderat.
Kelemahan: Kurang pengalaman politik tingkat tinggi.
"Arafi mungkin jadi pilihan jika Dewan Pakar ingin menghindari polarisasi," menurut Iran International.
Dampak Jika Khamenei Tewas
Perebutan pengaruh antara IRGC, Dewan Pakar, dan kelompok reformis.
"Kekosongan kepemimpinan bisa memicu perang saudara kecil di Iran," peringatkan Dr. Ali Ansari, profesor sejarah Iran di University of St Andrews, dikutip dari Financial Times (19 Juni 2024).
Eskalasi dengan Israel
Pengganti Khamenei mungkin akan lebih keras untuk membuktikan diri.
"Jika seorang ultra-konservatif seperti Raisi naik, serangan balasan ke Israel akan lebih brutal," kata Jason Brodsky, analis dari United Against Nuclear Iran dikutip dari CNN.
Protes Massa di Dalam Negeri
Masyarakat Iran yang lelah dengan perang mungkin menuntut perubahan.
"Kematian Khamenei bisa menjadi pemicu revolusi kedua," tulis The New York Times.
Skenario Terburuk: Intervensi Militer
Jika kekacauan terjadi, Garda Revolusi mungkin mengambil alih sementara sebelum suksesi resmi. Beberapa sumber menyebutkan skenario darurat di mana Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran mengambil kendali.
"IRGC tidak akan membiarkan Iran jatuh ke tangan reformis atau pecah akibat perebutan kekuasaan," tegas Nader Uskowi, mantan penasihat Pentagon untuk urusan Iran, dalam Politico baru-baru ini.
Apa yang Akan Dilakukan AS dan Israel?
Israel mungkin memanfaatkan kekacauan untuk melumpuhkan program nuklir Iran. AS bisa mendukung kelompok oposisi jika ada peluang demokratisasi.
"Setiap perubahan kepemimpinan di Tehran akan jadi momen kritis bagi strategi Barat," ungkap Suzanne Maloney, direktur Brookings Institution, dalam Foreign Affairs.
Berita Terkait
-
PBB Prihatin Serangan AS ke Reaktor Nuklir Iran: Ancaman Perdamaian Dunia
-
Bukti Cak Nun Sudah Prediksi Iran Diserang Israel dan Amerika Sejak 2012
-
Bombardir Iran Tanpa Restu Kongres AS, Trump Terancam Dimakzulkan
-
Mengenal B2 Spirit, Pesawat Bomber Siluman Milik AS Diduga Targetkan Situs Nuklir Iran
-
Di Balik Perang Iran-Israel: Retaknya Solidaritas Islam Akibat Api Sektarianisme Syiah-Sunni
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- Jelajah Rasa! Ini Daftar Kota di Jawa Tengah yang Jadi Surganya Pecinta Kuliner
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Dibakar Suami Cemburu, Siti Akhirnya Meninggal Dunia Usai Dirawat Intensif
-
Kaget Dipanggil Polisi Soal Demo Ricuh, Iqbal Ramadhan: Saya Advokat, Bukan Penghasut!
-
Urusan Pesantren 'Naik Kelas', Kemenag Siapkan Eselon I Khusus di Momen Hari Santri 2025
-
Posyandu Miliki Peran Sebagai Mesin Sosial di Lingkup Masyarakat, Mendagri Berikan Apresiasi
-
CFD Tetap Asyik! HUT TNI ke-80 Jamin Tak Ganggu Car Free Day Jakarta, Ini Rutenya
-
Pengendara Lawan Arah Pukul Pegawai Zaskia Mecca, Teriak 'Saya Anggota' Lalu Kabur
-
Syarat IPK untuk PAPK TNI: Ini Ketentuannya untuk Berbagai Jurusan
-
Warga Ogah Beri Jalan ke Strobo Pejabat, Pengamat: Akibat Penyalahgunaan dan Rasa Ketidakadilan
-
Gara-gara Foto Bareng Siswi, Pelajar SMK Dikeroyok Senior hingga Rahang Patah
-
Istana 'Spill' Arti Sebenarnya IKN Ibu Kota Politik: Bukan Dipisah dari Ibu Kota Ekonomi!