Suara.com - Kematian tragis pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani kini memasuki babak baru yang menegangkan. Polres Lombok Timur secara resmi membuka penyelidikan untuk memburu kemungkinan adanya unsur pidana di balik insiden maut tersebut.
Sejumlah saksi kunci telah dipanggil dan diperiksa secara intensif.
"Ada beberapa saksi telah kami mintai keterangan terkait kasus tersebut," kata Kasat Reskrim Lombok Timur AKP I Made Dharma Yulia Putra di Lombok Timur, dilansir Antara, Senin (30/6/2025).
Mereka yang diperiksa termasuk pengusaha tracking organizer (TO), pemandu, porter, hingga petugas Polisi Kehutanan yang terlibat dalam pendakian nahas itu.
Penyelidikan tidak berhenti di situ. Polisi juga telah berkoordinasi dengan tim ahli dari Kedutaan Besar Brasil yang terus memantau kasus ini.
Saat ditanya mengenai kemungkinan adanya tersangka, Dharma memberikan sinyal kuat bahwa semua kemungkinan masih terbuka.
"Untuk tersangka, tergantung nanti dari proses penyelidikan yang tengah berjalan," katanya.
Insiden ini memaksa Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) untuk introspeksi. Kepala SPTN Wilayah II TNGR, Lidya Tesa Vitasari Saputro, mengakui akan ada evaluasi total terhadap standar operasional prosedur (SOP) pendakian.
"Tentu kami akan lakukan evaluasi SOP yang ada. Mungkin terjadi kebocoran dari kami, atau dari teman-teman pelaku jasa (TO) ini," katanya.
Baca Juga: Hasil Autopsi Ungkap Kengerian di Rinjani, Kenapa Jenazah Juliana Marins Masih di Bali?
Juliana Marins (27) ditemukan meninggal dunia pada Selasa (24/6) setelah dilaporkan jatuh ke jurang sedalam 600 meter dari jalur pendakian puncak Rinjani.
"Setelah pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan pada korban," kata Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi. Jenazahnya kini telah dipulangkan ke Brasil setelah proses autopsi selesai.
Berita Terkait
-
Hasil Autopsi Ungkap Kengerian di Rinjani, Kenapa Jenazah Juliana Marins Masih di Bali?
-
Geger Donasi Rp 1,5 M: Platform Brasil Batalkan Bantuan untuk Agam Rinjani, Ngaku Diancam
-
Ini Dia 5 Gunung di Indonesia yang Siap Menguji Adrenalin dan Memanjakan Mata Anda
-
Warga Brasil Beri Rating Satu Buat Gunung Rinjani, Netizen Indonesia Balas Serbu Ulasan Hutan Amazon
-
Pengakuan Agam Rinjani Soal Evakuasi Juliana Marins dari Gunung Rinjani: Ini Paling Sulit
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
Jejak Karier Mentereng Mayjen Agustinus Purboyo, Kini Pimpin 'Pabrik' Jenderal TNI AD Seskoad
-
Apa Ketentuan Pengangkatan Honorer PPPK Paruh Waktu 2025? Ini Aturan KemenpanRB
-
Pramono Ungkap Fakta Baru Buntut Ledakan SMAN 72: Banyak Siswa Ingin Pindah Sekolah
-
Aksi Heroik 10 Anjing Pelacak K9, Endus Jejak Korban Longsor Maut di Cilacap
-
Finish 10K BorMar 2025 dalam 81 Menit, Hasto Kristiyanto Lampaui Capaian Pribadi: Merdeka!
-
Sriwijaya Ranau Gran Fondo 2025 Tegaskan Seruan Gubernur Herman Deru: Jaga Alam Demi Pariwisata
-
Masih Tunggu Persetujuan Orang Tua, SMAN 72 Belum Bisa Belajar Tatap Muka Senin Besok
-
International Parade Marching Carnival Sukses Digelar, Jember Siap Menjadi Pusat Event Besar
-
Hasto Kristiyanto Ikut Start 10K BorMar 2025: Mencari Daya Juang di Bawah Keagungan Borobudur
-
Daftar 11 Nama Korban Longsor Cilacap yang Berhasil Diidentifikasi, dari Balita Hingga Lansia