"Hari pertama naik 1.500 meter, hari kedua 1.200 meter. Itu sangat menantang. Tanpa latihan berbulan-bulan atau kondisi prima, jelas sangat berisiko," sambungnya.
Ada pula komentar yang membela tim SAR Indonesia, merasa mereka sudah menjalankan tugas dengan benar.
"Kalian pikir kami senang ada orang meninggal di Rinjani? Tentu saja tidak! Operasi penyelamatan itu rumit, banyak faktor yang saling memengaruhi. Kalau helikopter kami jatuh karena cuaca buruk, apa kalian akan ganti rugi?" bunyi komentar netizen yang membela.
Sementara komentar lain menyindir polemik yang seharusnya tidak perlu diperdebatkan.
"Memangnya masih perlu diperdebatkan? Kalau seseorang jatuh 150 meter lalu 600 meter, ya wajar saja kalau akhirnya meninggal, bukan?" sahut yang lain.
Kepala Basarnas NTB, Mohammad Syafii, mengatakan bahwa tim sudah menjelaskan kendala kepada keluarga korban. Cuaca buruk membuat helikopter tak bisa digunakan.
Evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki selama enam jam menuruni medan curam. "Kami menghadapi situasi yang sangat sulit," ucapnya.
Jenazah Juliana telah dipulangkan ke Brasil pada 1 Juli dan dimakamkan di Niteroi pada 4 Juli.
Ayah mendiang, Manoel Marins, menyatakan kematian anaknya sebagai kegagalan sistem.
Baca Juga: Profil Ali Musthofa Pemandu Juliana Marins, Pertama Kali Mendaki Rinjani Kelas 5 SD
"Indonesia adalah negara yang hidup dari pariwisata, tapi fasilitas daruratnya sangat buruk. Ini bentuk pengabaian terhadap nyawa manusia," ujarnya.
Tragedi ini menjadi pengingat keras akan risiko wisata ekstrem dan perlunya peningkatan infrastruktur penyelamatan di destinasi alam populer seperti Rinjani.
Namun di sisi lain, perdebatan sengit netizen juga menyoroti bagaimana tragedi bisa menjadi bahan politisasi dan saling serang antar netizen lintas negara.
Kontributor : Chusnul Chotimah
Berita Terkait
-
Profil Ali Musthofa Pemandu Juliana Marins, Pertama Kali Mendaki Rinjani Kelas 5 SD
-
Indonesia Terancam Digugat Brasil Buntut Tragedi Rinjani, Keamanan Wisata Kita Dipertaruhkan?
-
Gugatan Keluarga Juliana Marins: Babak Baru Kasus Kematian di Rinjani dan Respons Indonesia
-
Dewi Anjani: Kisah Cinta, Pertapaan, dan Kekuatan Mistis di Balik Keindahan Gunung Rinjani
-
Ngambek 'Dicuekin' Kepala Basarnas, Anggota Komisi V DPR Ini Pilih Diam
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Sekolah Rakyat di Situbondo Tetap Jalan 2026, Bupati Tegaskan Tidak Sepi Peminat
-
Terkunci dalam Kamar Saat Kebakaran, Pria ODGJ Tewas di Tambora
-
Bahasa Inggris Jadi Mapel Wajib SD-SMA Mulai 2027, Kemendikdasmen Siapkan Pelatihan Guru Massal
-
Komisi XIII DPR Dorong Kasus Konflik TPL di Danau Toba Dibawa ke Pansus Agraria
-
Jakpro Siapkan Kajian Teknis Perpanjangan Rute LRT Jakarta ke JIS dan PIK 2
-
'Apapun Putusannya, Kami Hormati,' Sikap Kejagung di Ujung Sidang Praperadilan Nadiem Makarim
-
Detik-detik Gempa Dahsyat di Filipina, Alarm Tsunami Aktif Buat Sulut dan Papua
-
Menko Zulkifli Hasan Panen Ayam Petelur, Apresiasi PNM Bangun Ketahanan Pangan Desa
-
Seskab Teddy Sampaikan Santunan dari Prabowo untuk Keluarga Prajurit yang Gugur Jelang HUT ke-80 TNI
-
Terungkap! Ini 'Dosa' Eks Kajari Jakbar yang Bikin Jabatannya Lenyap