Pelaku tidak hanya membunuh Arya, tetapi juga meluangkan waktu untuk membangun narasi palsu di tempat kejadian perkara (TKP) dengan harapan dapat mengelabui penyelidikan awal.
Kedua, dan yang paling mengerikan, adalah hipotesis "kejahatan simbolik". Lakban yang secara harfiah membungkam mulut dan menutup wajah korban bisa jadi memiliki makna ganda.
Apakah pelaku ingin mengirim pesan bahwa Arya dibunuh karena informasi yang ia miliki? Sebagai seorang diplomat, profesi Arya sangat lekat dengan akses terhadap data dan informasi sensitif, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Lakban kuning industrial—yang sulit ditemukan dan lekatnya luar biasa—mengindikasikan premeditasi tingkat tinggi.
Pelaku bukan orang yang bertindak gegabah karena emosi sesaat. Ia merencanakan, membawa peralatan spesifik, dan mengeksekusi kejahatannya dengan dingin.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: informasi apa yang berusaha "ditutup" atau "direkatkan" oleh pelaku dengan lakban tersebut? Apakah kematian Arya berhubungan dengan pekerjaannya di dunia diplomasi?
Teori ini mengubah perspektif kasus dari sekadar tindak kriminal biasa menjadi sesuatu yang berpotensi jauh lebih besar dan terorganisir.
Polisi kini tidak hanya berhadapan dengan pencarian seorang pembunuh, tetapi juga harus menyelami latar belakang profesional korban, menelusuri komunikasi terakhirnya, dan mencari tahu apakah ada benang merah antara tugasnya sebagai abdi negara dengan akhir hidupnya yang tragis.
Misteri lakban kuning ini menjadi kunci pembuka, menantang aparat untuk mengungkap motif yang mungkin lebih gelap dari yang terlihat di permukaan.
Baca Juga: Kematian Diplomat Arya Daru Masih Misteri, Bambang Widjojanto: Mulut Dilakban Simbol Pembungkaman
Berita Terkait
-
Kematian Diplomat Arya Daru Masih Misteri, Bambang Widjojanto: Mulut Dilakban Simbol Pembungkaman
-
Eks Kabareskrim Bedah CCTV Kos Arya Daru: Ada Blind Spot dan Sikap Aneh Penjaga
-
Kriminolog Curigai Adanya Rekayasa Bunuh Diri di Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Arya Daru Pangayunan
-
Seminggu Berlalu, Kasus Kematian Diplomat Muda Arya Daru Mandek? Ini Kata Polda Metro Jaya
-
Kematian Arya Daru Pangayunan: Video Call Terakhir Jadi Petunjuk? Istri Ungkap Hal Janggal Ini
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
Terkini
-
Nasib Eko Patrio dan Uya Kuya di DPR RI Masih Menggantung, Waketum PAN Bilang Begini
-
Polisi Usut Kasus Keracunan Massal di NTB: Siswa Mendadak Muntah hingga Mual usai Santap MBG
-
Prabowo di Depan Tumpukan Uang Rp13 Triliun: Renovasi 8.000 Sekolah, Jangan Zalimi Rakyat Kecil
-
Mantan Kapolres Ngada Fajar Widyadharma Hadapi Vonis, DPR Desak Hukuman Maksimal
-
Dorong Investasi Hijau, Menteri LH Siap Cabut Sanksi Ekowisata di Puncak Bogor
-
Roy Suryo Tuding KPU Otak Konspirasi Jahat, Siapkan 'Karpet Merah' Loloskan Gibran
-
Profil Ainul Yakin: Komisaris Transjakarta dan Ahli Menag yang Ancam 'Gorok Leher' Pengkritik Ulama
-
Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, ICJR: KUHAP Lemah, Kriminalisasi Makin Ganas!
-
Dokter Tifa Kuliti Gaya Pidato Rektor UGM di Depan Jokowi: Terlalu Genit, Ganjen, Tak Berwibawa!
-
KPK Bidik Rekan Hergun, Diduga Ikut Kecipratan Duit Panas Korupsi CSR BI-OJK, Siapa Dia?