Suara.com - Di tengah kabut misteri yang menyelimuti kematian tragis diplomat muda, Arya Daru Pangayunan, spekulasi liar mulai merebak di ruang publik digital.
Salah satu yang paling santer dibicarakan adalah kemungkinan adanya praktik autoerotic asphyxiation (AEA), sebuah aktivitas seksual menyimpang yang melibatkan pembatasan oksigen untuk mencapai kepuasan, yang berakhir fatal.
Namun, analisis tajam dari pakar seksologi Zoya Amirin dan kriminolog UI, Haniva Hasna, justru dengan tegas membantah teori ini. Dia menyebutnya tidak konsisten dan tidak didukung oleh bukti-bukti di tempat kejadian perkara (TKP).
Spekulasi ini muncul karena metode kematian yang tidak biasa. Namun, ketika para ahli membedah detailnya, teori "eksperimen pribadi yang gagal" ini justru runtuh. Ada sejumlah alasan kuat mengapa skenario ini sangat tidak mungkin terjadi.
1. Absennya "Paraphernalia" dan Bukti Aktivitas Seksual
Haniva menjelaskan bahwa sebuah skenario AEA akan selalu meninggalkan jejak spesifik. Jejak-jejak ini sama sekali tidak ditemukan di TKP kematian Arya.
"Kalau sampai netizen menyampaikan bahwa ini ada fetis-fetis tertentu, kita menemukan tidak di situ itu ada maaf, pelumas atau alat atau bahkan cairan tubuh. Karena ketika dia melakukan maaf masturbasi dengan cara seperti itu, berarti ada cairan tubuh yang tertinggal," ujar Haniva.
Selain itu, menurut Zoya Amirin parafernalia lain seperti materi pornografi yang relevan atau sex toys yang biasa digunakan dalam aktivitas semacam itu juga tidak dilaporkan keberadaannya. Absennya bukti-bukti pendukung ini menjadi pukulan telak pertama bagi teori fetish.
2. Lakban Industrial: Alat yang Salah untuk Skenario Fetish
Baca Juga: 4 Kejanggalan Kematian Diplomat Arya yang Bikin Kriminolog UI Tak Percaya Kasus Bunuh Diri
Poin paling krusial yang mematahkan teori ini adalah pemilihan "alat". Pelaku AEA, yang pada dasarnya tidak mencari kematian, akan menggunakan material yang mudah dilepaskan dalam keadaan darurat.
"Lalu biasanya mereka akan menggunakan tali atau plastik yang mudah untuk dilepas. Sementara lakban ini adalah lakban yang sangat lengket sehingga tidak mungkin kalau dipakai untuk fetis tertentu karena kemungkinan dia gagal untuk melepas itu menjadi sangat-sangat besar dan ini menjadi sesuatu yang sangat-sangat misteri untuk kita semua," kata Haniva.
Lakban industrial yang ditemukan pada jasad Arya adalah alat yang dirancang untuk merekat dengan sangat kuat. Ini adalah pilihan yang sama sekali tidak logis bagi seseorang yang membutuhkan jalan keluar cepat jika eksperimennya melampaui batas aman.
3. Nihilnya Mekanisme "Self-Rescue"
Konsep fundamental dalam praktik AEA adalah adanya mekanisme penyelamatan diri atau self-rescue. Pelaku harus bisa membebaskan diri mereka sendiri. Hierarki dalam aktivitas ini juga menjadi pertimbangan penting.
"Kalau orang sudah bermain lakban, dia biasanya melalui tahapan ikatan dulu ya. Mulai ikatan yang simpel, yang halus, yang soft sampai ke lakban-lakban itu sudah hierarkinya sudah paling tinggi. Dan kalau sampai hierarki yang paling tinggi dia tidak punya self rescue ini terlalu aneh menurut saya. tidak konsisten," papar Zoya
Tag
Berita Terkait
-
4 Kejanggalan Kematian Diplomat Arya yang Bikin Kriminolog UI Tak Percaya Kasus Bunuh Diri
-
Bukan Lakban Biasa yang Melilit Wajah Diplomat Arya: Ini Kejahatan Simbolik
-
Kematian Diplomat Arya Daru Masih Misteri, Bambang Widjojanto: Mulut Dilakban Simbol Pembungkaman
-
Eks Kabareskrim Bedah CCTV Kos Arya Daru: Ada Blind Spot dan Sikap Aneh Penjaga
-
Kriminolog Curigai Adanya Rekayasa Bunuh Diri di Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Arya Daru Pangayunan
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
4 Fakta Radiasi Cs-137 PT PMT Cikande: Pemilik Diduga WNA Kabur ke Luar Negeri?
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
Terkini
-
Makin Panas! Adukan Program Trans7, LBH GP Ansor Desak KPI Proses Laporan ke Mabes Polri, Mengapa?
-
Menhan Sebut Pesawat Tempur J-10 Chengdu Asal China Segera Terbang di Jakarta, TNI Bilang Begini
-
Pantau Gambut Kritik Keras Food Estate: Gagal Penuhi Pangan, Picu Kerusakan dan Konflik Agraria
-
Kasus Tertinggi, 1,9 Juta Warga di Jakarta Terkena ISPA, Cek Segera jika Anda Alami Gejala Ini!
-
Begini Cara Amar Zoni Edarkan Narkoba di Rutan Salemba, Sampai Dipindah ke Nusakambangan!
-
Dioper ke Lapas Super Maximum Security Nusakambangan, Ammar Zoni Berstatus Napi High Risk!
-
Kuasa Hukum PT WKM Nilai Dakwaan Jaksa Lemah, Sengketa Patok Tambang Dinilai Bukan Pidana
-
DPR Soroti Selisih Kerugian Negara Kasus Pertamina yang Diusut Kejagung: Jangan Bikin Publik Bingung
-
Wujudkan Mimpi Anak Bangsa, Pemkot Surabaya Kucurkan Rp71 Miliar untuk Beasiswa Pemuda Tangguh
-
Heboh Ekspresi Dheninda Chaerunnisa Diduga Ledek Pendemo, JJ Rizal: Muda Fisiknya tapi Pikiran Jompo