Suara.com - Panggung politik Indonesia kembali memanas, dan kali ini sorotan tertuju pada langkah tak terduga dari Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
Dalam Kongres PSI di Solo, Jokowi dengan tegas menyatakan, dirinya akan memberi dukungan penuh terhadap PSI.
Ia pun mengaku akan bekerja keras untuk PSI yang diketuai oleh anak bungsunya, Kaesang Pangarep.
"Saya akan full mendukung PSI. Oleh sebab itu, saya akan bekerja keras untuk PSI," dikutip dari laman resmi PSI, Senin (21/7/2025).
Pernyataan ini sontak memicu spekulasi liar di kalangan anak muda dan pemerhati politik.
Apa sebenarnya rencana besar Jokowi? Apakah ini sinyal bahwa ia akan menjadi nakhoda baru bagi partai berlambang gajah tersebut, dan apa artinya ini untuk peta politik 2029? Mari kita bedah lebih dalam.
Jokowi di PSI: Sudah Resmi "Log In" atau Sekadar Anggota Kehormatan?
Pertanyaan pertama yang langsung muncul: apakah Jokowi sudah resmi menjadi kader atau bahkan menduduki posisi strategis seperti Dewan Pembina di PSI? Hingga saat ini, jawabannya masih abu-abu.
Meskipun kehadirannya di kongres yang digelar di Graha Saba Buana, gedung milik keluarganya, dan pidatonya yang berapi-api seolah menjadi sinyal kuat, belum ada pengumuman resmi.
Baca Juga: Hotman Blak-blakan Dukung Revisi KUHAP: Pengacara Cuma Jadi Patung, Lihat Saja Pengacara Jokowi!
Kaesang Pangarep, sang Ketua Umum PSI yang juga putra bungsunya, mengaku bahwa penetapan posisi Dewan Pembina bukanlah wewenangnya.
Jokowi sendiri memilih untuk tidak banyak bicara saat dikonfirmasi mengenai isu ini.
Namun, para analis politik meyakini bahwa manuver ini lebih dari sekadar dukungan biasa.
Direktur Arus Survei Indonesia (ASI), Ali Rif'an, menyebut pidato Jokowi semakin mengasosiasikan dirinya sebagai bagian dari PSI, sebuah langkah yang diyakini akan mendongkrak popularitas partai secara signifikan.
Jadi, formal atau tidak, "Jokowi Effect" sudah jelas menjadi bahan bakar utama PSI ke depan.
Belajar dari SBY? Skenario Jokowi Membesarkan PSI
Langkah Jokowi ini mengingatkan publik pada strategi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi figur sentral dan berhasil membesarkan Partai Demokrat.
Analis melihat adanya paralel, di mana PSI sangat membutuhkan figur kuat seperti Jokowi untuk memberikan dampak elektoral yang masif.
Jokowi tampaknya tidak main-main. Ia tidak hanya memberi dukungan moral, tetapi juga cetak biru (blueprint) yang jelas untuk PSI:
Strukturisasi Mesin Partai: Jokowi berpesan agar struktur partai diselesaikan hingga ke tingkat desa paling lambat akhir 2027.
Target Agresif 2029: Ia memprediksi PSI bisa melipatgandakan perolehan kursi legislatif hingga tiga kali lipat pada Pemilu 2029, dengan syarat perencanaan yang matang dimulai dari sekarang.
Visi Jangka Panjang: Jokowi bahkan punya feeling bahwa PSI akan menjadi partai yang benar-benar besar dan kuat pada tahun 2034.
Ini bukan sekadar wacana. Ini adalah arahan strategis dari seorang politisi berpengalaman yang tahu persis bagaimana cara kerja mesin politik di lapangan.
Peta Jalan Politik Jokowi Menuju 2029
Dukungan penuh Jokowi pada PSI yang kini dipimpin Kaesang adalah sebuah manuver politik jangka panjang yang sangat diperhitungkan.
Ini bukan lagi tentang Jokowi sebagai individu, tetapi tentang membangun sebuah warisan (legacy) politik baru melalui kendaraan yang lebih segar dan bisa ia bentuk.
Beberapa skenario yang mungkin terjadi:
Menjadi King Maker: Tanpa harus memegang jabatan resmi di PSI, pengaruh dan arahan Jokowi akan menjadi penentu arah kebijakan partai.
Membangun Dinasti Politik: Langkah ini memperkuat posisi politik keluarga Jokowi, dengan Gibran di kursi wakil presiden dan Kaesang menakhodai partai yang didukung penuh olehnya.
Mengamankan Pengaruh: Dengan 'kendaraan' politik sendiri, Jokowi dapat memastikan pengaruhnya tetap relevan dan kebijakannya di masa lalu terus terjaga pasca-lengser.
Analis bahkan memprediksi bahwa Pemilu 2029 bisa menjadi ajang pertarungan antar 'anak mantan presiden', menjadikan aliansi Jokowi-PSI ini sebagai salah satu poros kekuatan utama.
Langkah Jokowi untuk 'bekerja keras' bagi PSI adalah sebuah deklarasi bahwa ia belum akan pensiun dari panggung politik.
Sebaliknya, ia sedang memulai babak baru sebagai seorang negarawan yang juga seorang ahli strategi ulung.
Peta politik Indonesia menuju 2029 dan 2034 dipastikan akan semakin dinamis dan penuh kejutan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Bukan Lagi Isu, Hujan Mikroplastik Resmi Mengguyur Jakarta dan Sekitarnya
-
Heboh Dugaan Korupsi Rp237 M, Aliansi Santri Nusantara Desak KPK-Kejagung Tangkap Gus Yazid
-
Terungkap di Rekonstruksi! Ini Ucapan Pilu Suami Setelah Kelaminnya Dipotong Istri di Jakbar
-
Kena 'PHP' Pemerintah? KPK Bongkar Janji Palsu Pencabutan Izin Tambang Raja Ampat
-
Ketua DPD RI Serahkan Bantuan Alsintan dan Benih Jagung, Dorong Ketahanan Pangan di Padang Jaya
-
KPK Ungkap Arso Sadewo Beri SGD 500 Ribu ke Eks Dirut PGN Hendi Prio Santoso
-
KPK Tahan Komisaris Utama PT IAE Arso Sadewo Terkait Dugaan Korupsi Jual Beli Gas PGN
-
Alasan Kesehatan, Hakim Kabulkan Permohonan Anak Riza Chalid untuk Pindah Tahanan
-
Pelaku Pembakaran Istri di Jatinegara Tertangkap Setelah Buron Seminggu!