Suara.com - Pertemuan dua figur dari dunia yang berbeda, pentolan band rock legendaris Slank dengan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, membuka kembali kotak pandora tentang perlawanan di era paling represif dalam sejarah Indonesia.
Dalam obrolan mendalam di kanal YouTube Mahfud MD Official, terungkap strategi cerdik Slank dalam menyuarakan pemberontakan di tengah cengkeraman rezim Orde Baru.
Bimbim, drummer sekaligus pendiri Slank, secara terang-terangan mengakui bagaimana mereka harus memutar otak agar pesan perlawanan mereka sampai ke telinga publik tanpa terendus aparat sensor.
Lahir pada 1983, Slank sejak awal menahbiskan diri untuk "menyuarakan isi hati melalui lirik lagu yang bertema sosial, youth movement, politik, dan lingkungan hidup.".
Namun, menyuarakan kritik di era tersebut bukanlah perkara mudah. Bimbim pun membeberkan taktik 'kamuflase' lirik yang mereka gunakan.
Ia menjelaskan bahwa lirik-lirik Slank kerap dirancang dengan makna berlapis, sebuah siasat yang lahir dari kebutuhan.
"Terutama karena lahir di era Orde Baru yang mengharuskan berbicara secara tidak langsung," ungkap Bimbim dalam episode "Ruang Sahabat" tersebut.
Taktik lirik dengan makna ganda, bahkan tiga makna (double meaning, triple meaning) ini menjadi senjata utama mereka untuk mengkritik kekuasaan secara terselubung.
Strategi ini terbukti ampuh. Sejak album pertama mereka meledak pada 1990, lagu-lagu Slank menjadi anthem tidak resmi bagi para aktivis dan tokoh pro-demokrasi.
Baca Juga: Ivanka Slank: Kisruh Hak Cipta Penyanyi vs Pencipta Lagu Itu Gegara Undang-Undang yang Gak Jelas!
Mahfud MD sendiri mengaku telah lama menjadi pengagum, terkesan dengan "semangat perjuangan, dakwah, dan pembangunan karakter yang disuarakan Slank melalui musiknya.".
Bagi Mahfud, Slank lebih dari sekadar grup musik. Ia melihatnya sebagai sebuah gerakan yang tak pernah lelah bersuara.
Mahfud MD melihat Slank bukan hanya sebagai band, tetapi juga sebagai gerakan perubahan yang konsisten menyuarakan isu-isu sosial dan politik.
Konsistensi inilah yang membuat Slank tetap relevan puluhan tahun setelah reformasi bergulir. Jika dulu musuh utamanya adalah rezim otoriter, kini fokus kritik mereka tak pernah bergeser dari isu yang dianggap sebagai penyakit kronis bangsa: korupsi.
Ivanka, sang pembetot bass, dengan tegas menyatakan bahwa perjuangan belum usai.
"Masalah korupsi hingga kini masih sama dan Slank tidak akan lelah menyuarakannya," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?
-
SBY: Seni Bukan Hanya Indah, Tapi 'Senjata' Perdamaian dan Masa Depan Lebih Baik