Suara.com - Kritikan pedas kembali dilayangkan terkait carut-marut penempatan pejabat di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, secara blak-blakan membongkar praktik yang dinilainya merusak, menyebut BUMN kini telah berubah menjadi 'kuburan massal' bagi kaum profesional.
Dalam diskusi panas di Podcast Forum Keadilan TV, Said Didu menyoroti fenomena penunjukan pejabat yang didasarkan pada loyalitas buta dan kepentingan politik, bukan lagi kompetensi.
Ia melontarkan sindiran tajam yang diduga menyasar kondisi terkini di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Poin paling menusuk dari analisis Said Didu adalah ketika ia mengungkap adanya praktik "penjilatan dan pembohongan" demi sebuah jabatan. Ia bahkan memberi contoh nyata yang membuat publik terhenyak.
Menurutnya, praktik ini akan "mengubur bangsa dan membuat prestasi serta keahlian menjadi tidak penting".
Said Didu tak ragu mencontohkan bagaimana individu yang pada masa lalu dikenal sebagai "pemaki-maki Prabowo" kini justru berbalik arah dan berhasil mendapatkan posisi strategis setelah melakukan "penjilatan".
Fenomena ini, baginya, adalah gambaran suram betapa integritas dan rekam jejak profesional telah dikesampingkan demi imbalan politik sesaat.
Prinsip Utama Dilanggar: 'Orang Sukses vs Tim Sukses'
Said Didu, yang pernah memimpin tim evaluasi pemilihan direksi dan komisaris BUMN, menegaskan prinsip fundamental yang seharusnya dipegang teguh. Baginya, yang pantas menduduki kursi strategis perusahaan pelat merah adalah "orang sukses, bukan tim sukses".
Baca Juga: Said Didu: Isu Ijazah Jokowi Hanya Pintu Gerbang, 'Air Bah' Siap Gulung Dinasti dan 9 Kasus Besar
"Relawan dianggap sebagai orang yang tidak punya pekerjaan," ungkapnya dengan lugas, sembari menegaskan bahwa politisi yang gagal dalam kontestasi politik pun seharusnya tidak diberi 'hadiah hiburan' berupa jabatan di BUMN.
Menurutnya, praktik semacam ini hanya akan melahirkan lingkaran pejabat yang tidak kompeten dan merugikan negara.
Dampak dari penempatan pejabat yang asal-asalan ini, menurut Said Didu, sangat fatal dan sudah terlihat.
Ia menyebutkan bahwa hal ini telah menyebabkan "BUMN bangkrut, orang-orang profesional pergi, dan BUMN menjadi 'kuburan massal profesionalisme'". Peringatan ini menjadi alarm keras tentang potensi erosi kualitas sumber daya manusia dan kerugian finansial masif yang mengancam aset-aset vital negara.
Meskipun sempat ada harapan bahwa era kepemimpinan Prabowo akan membawa angin segar, Said Didu mengaku belum melihat perubahan signifikan ke arah profesionalisme, khususnya untuk pos-pos komisaris.
Ia lantas membuat perbandingan yang menampar dengan kondisi di era Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, di mana profesionalisme diklaim menjadi prioritas utama.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
Pilihan
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
-
Penipuan Pencairan Dana Hibah SAL, BSI: Itu Hoaks
Terkini
-
Perkuat Newsroom di Era Digital, Local Media Community, Suara.com dan Google Gelar TOT AI Jurnalis
-
DPR Buka Revisi UU Kehutanan, Soroti Tata Kelola Hutan hingga Dana Reboisasi yang Melenceng
-
Peringati Hari HAM, Pemimpin Adat Papua Laporkan Perusahaan Perusak Lingkungan ke Mabes Polri
-
Pasang Badan Lindungi Warga dari Runtuhan Kaca, Kapolsek Kemayoran Dilarikan ke Meja Operasi
-
Ribuan Aparat Gabungan Amankan Aksi Buruh Gebrak di Jakarta Peringati Hari HAM Sedunia
-
Moncong Truk Trailer Ringsek 'Cium' Separator Busway Daan Mogot, Jalur TransJakarta Sempat Tertutup
-
Pura-pura Bayar Utang, Pemuda di Karawang Tega Tusuk Pasutri Lalu Sembunyi di Plafon
-
Kemenpar Klarifikasi Isu Larang Airbnb, Ini Fakta Terkait Penataan OTA di Bali
-
Dukcapil Bantu Warga Terdampak Banjir di Sumatera untuk Segera Dapatkan Layanan Adminduk
-
Digitalisasi Adminduk Selamatkan Triliunan Dana Bansos, Mendagri: Dukcapil Harus Lebih Agresif!