Suara.com - Kehadiran mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi di acara reuni Fakultas Kehutanan angkatan 80 Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu (26/7/2025) hingga kini masih menjadi topik perbincangan hangat.
Pasalnya, pernyataan sejumlah rekan yang dulu satu angkatan dengan Jokowi mengundang tanda tanya besar. Salah satunya terkait jurusan di Fakultas Kehutanan UGM.
Menurut salah satu teman Jokowi yang hadir di reuni tersebut, Fakultas Kehutanan UGM tidak memiliki jurusan.
"Memang Kehutanan nggak ada jurusan. Siapa bilang ada jurusan, Kehutanan itu?" ucapnya.
Namun, pernyataan tersebut justru berbeda dari yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr.Sc, Guru Besar Pemuliaan Pohon Fakultas Kehutanan UGM.
Dalam video yang diunggah kembali oleh akun X @blank0429, terekam cuplikan video Prof. Naiem tentang sistem perkuliahan yang diterapkan di Fakultas Kehutanan UGM.
Mulanya, ia bercerita tentang sejarah Fakultas Kehutanan UGM dan kapan dirinya bergabung di dalam fakultas tersebut.
"Saya masuk Fakultas Kehutanan tahun 1973 dan menyelesaikan S1 di sini. Saya sekarang saya termasuk orang yang dituakan di Fakultas Kehutanan UGM. Fakultas Kehutanan UGM ini memiliki sejarah yang cukup panjang sebenarnya," ucap Prof. Naiem.
Menurut keterangannya, ternyata Fakultas Kehutanan awalnya adalah bagian dari Fakultas Pertanian. Perkuliahan di Fakultas Kehutanan sendiri baru dilaksanakan pada 1950. Prof. Naiem menjelaskan bahwa sebagian besar tenaga pengajar pun masih berasal dari Belanda.
Baca Juga: 'Partai Biru' Disebut Jadi Dalam Isu Ijazah Jokowi, Demokrat Ancam Tempuh Jalur Hukum
"Karena pada awalnya bergabung dengan Fakultas Pertanian bagian Kehutanan. Kemudian untuk Fakultas Kehutanan, itu mulai ada semacam perkuliahan itu dari tahun 1950 sampai tahun 1957. Tahun itu dosennya sebagian besar masih berasal dari Belanda yang masih tinggal di Jogja saat itu, mereka mengajar bidang Silvikultur, Perencanaan Hutan, dan Manajemen," jelas Prof. Naiem.
Fakultas tersebut sempat mengalami kekurangan tenaga pengajar karena dosen asal Belanda harus kembali ke tanah air mereka.
"Kemudian tahun 1962 sampai 1967, itu betul-betul Fakultas Kehutanan mengalami krisis yang luar biasa terutama krisis yang terkait dengan keberadaan dosen. Belanda saat itu didomplengi sekutu atau Belanda yang mendompleng sekutu melakukan pengecekan, maka pada saat itu sekutu tidak berhasil menguasai Indonesia dan akhirnya semua staf pengajar, peneliti-peneliti Belanda disuruh kembali ke tanah airnya di Belanda," sambung Prof. Naiem lagi.
Lebih lanjut, Prof. Naiem menjelaskan tentang sistem pendidikan di Fakultas Kehutanan UGM sejak 1950 yang kala itu masih menganut sistem bebas. Kemudian pada 1962, sistem pendidikan mengalami perubahan.
"Pada saat itu sistem pendidikan yang dianut adalah sistem bebas di tahun 1950 sampai 1957. Kemudian tahun 1962 sampai 1967 itu sistem bebas dengan adanya kenaikan kelas," tutur Prof. Naiem.
Menariknya, pada 1978 hingga 1998, Prof. Naiem mengatakan bahwa sistem pendidikan Fakultas Kehutanan UGM mengalami perubahan kembali dan kali ini, para mahasiswa diharuskan mengambil salah satu jurusan dari empat yang tersedia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
Terkini
-
Menkeu Purbaya Setuju Jokowi: Whoosh Bukan Cari Cuan, Tapi Ada 'PR' Besar!
-
MKD DPR Gelar Sidang Awal Polemik Sahroni hingga Uya Kuya Hari Ini, Tentukan Jadwal Pemanggilan
-
Belasan Anak Dikira Terlibat Kerusuhan di DPRD Cirebon, Menteri PPPA Ungkap Fakta Sebenarnya!
-
PAN Mau Jadikan Purbaya Cawapres? Popularitasnya Kalahkan Dedi Mulyadi dan Gibran
-
Jadi Tersangka Korupsi Hibah Pariwisata: Intip Kekayaan Eks Bupati Sleman Sri Purnomo, Tembus Rp12 M
-
Kabar Buruk Warga Bodetabek! Subsidi Transportasi Gratis Jakarta Cuma Buat KTP DKI
-
Pakai Sarung Tangan, Prabowo Ikut Musnahkan Barang Bukti Narkoba 214,84 Ton Senilai Rp29,37 Triliun
-
Menkeu Purbaya Masuk Bursa Cawapres Terkuat Kalahkan Dedi Mulyadi, PAN Malah Ragu Ajak Gabung?
-
Geger Mamberamo! Polisi Diserang Massa Pakai Parang dan Linggis, Tokoh Masyarakat Jadi Dalang?
-
Leher Ditebas usai Nyabu Bareng, Kronologi Berdarah Asep Bunuh Rekan di Jatinegara Jaktim