Suara.com - Polisi akhirnya membeberkan temuannya terkait teka-teki di balik kematian tragis diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP), yang ditemukan tewas di kamar kosnya pada 8 Juli 2025 lalu. Melalui serangkaian penyelidikan mendalam, pihak kepolisian bersama tim ahli membeberkan sejumlah fakta kunci yang mengarah pada satu kesimpulan.
Berikut adalah rangkuman fakta-fakta penting dari kasus kematian diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan yang menyita perhatian publik ini:
1. Kesimpulan Polisi: Meninggal Tanpa Keterlibatan Orang Lain
Setelah melakukan penyelidikan intensif dan memeriksa 24 saksi, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menyimpulkan tidak ada unsur pidana dalam kematian Arya Daru.
"Indikator kematian pada ADP ini meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra.
Kesimpulan ini didasarkan pada bukti-bukti kuat dan analisis para ahli. "Penyelidik juga menyimpulkan belum ditemukan adanya peristiwa pidana terhadap korban," tegasnya.
2. Penyebab Kematian: Mati Lemas Akibat Kekurangan Oksigen
Tim forensik dari RSCM yang melakukan autopsi menemukan penyebab pasti kematian sang diplomat. Meskipun ditemukan sejumlah luka lecet dan memar di wajah, leher, dan lengan, luka tersebut dipastikan terjadi saat korban masih hidup. Penyebab utamanya adalah kegagalan pernapasan.
"Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas," kata dr. G. Yoga Tohijiwa dari RSCM.
Baca Juga: 3 Keraguan Besar yang Bikin Vonis Bunuh Diri Arya Daru Ditolak Keluarga
3. Autopsi Psikologis: Pribadi Positif yang Memendam Tekanan Berat
Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) mengungkap sisi lain dari Arya Daru. Di lingkungan kerja, ia dikenal sebagai sosok yang sangat positif.
"Beliau bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, sangat diandalkan dan merupakan individu yang peduli terhadap lingkungannya," kata perwakilan Apsifor, Nathanael EJ Sumampouw.
Namun di balik itu, ia memendam tekanan berat dan kesulitan mengekspresikan emosi negatif.
"Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan," jelas Nathanael.
Terekam pula bahwa almarhum pernah berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara daring pada 2013 dan 2021.
4. Nihil Jejak Asing: Tak Ada DNA atau Sidik Jari Orang Lain
Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri memastikan tidak ada jejak orang lain di lokasi kejadian. Pemeriksaan di kamar kos korban tidak menemukan material biologi asing.
"Terhadap pemeriksaan yang kami lakukan, kami tidak menemukan adanya bercak darah, sperma atau material biologi yang ada di TKP," kata Ahli DNA Puslabfor Polri, Kompol Irfan Rofik.
Hal ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan sidik jari.
"Berdasarkan pemeriksaan sidik jari oleh Pusinafis Bareskrim Polri terhadap barang bukti berupa satu buah lakban kuning dan satu gelas kaca dari dalam kamar korban tidak ditemukan sidik jari orang lain selain korban," tambahnya.
5. Hasil Toksikologi: Hanya Ditemukan Obat Flu Biasa
Pemeriksaan toksikologi untuk menelusuri kemungkinan racun atau zat berbahaya juga memberikan hasil negatif. Tim Puslabfor hanya menemukan dua jenis zat umum dalam tubuh korban.
"Pada tubuh korban hanya ditemukan zat paracetamol dan chlorpheniramine. Hal ini sesuai dengan temuan barang bukti berupa obat-obatan yang ditemukan oleh penyelidik," kata Ahli Toksikologi, AKP Ade Laksono.
"Kombinasi kedua jenis senyawa tersebut biasa ditemukan pada obat flu dan demam yang umum beredar di pasaran," jelasnya.
6. Misteri Lakban Terungkap: Dibeli Bersama Istri
Salah satu bukti kunci, lakban kuning yang ditemukan melilit kepala korban, juga berhasil diidentifikasi asal-usulnya. Fakta ini menambah sisi tragis dari peristiwa tersebut. Menurut polisi, lakban tersebut bukanlah barang asing.
"Lakban yang ditemukan pada jenazah ADP adalah lakban yang dibeli korban bersama istrinya di salah satu toko di Yogyakarta pada akhir Juni 2025," ungkap Kompol Irfan Rofik.
7. Isu 'Bullying' Terbantahkan
Tim psikologi forensik juga menelusuri kemungkinan adanya perundungan atau 'bullying' di lingkungan kerja sebagai pemicu. Namun, temuan di lapangan justru menunjukkan hal sebaliknya.
"Mengenai 'bullying', kami mendapatkan data malah sebaliknya. Di lingkungan kerja yang bersangkutan dipersepsikan oleh atasan sebagai staf yang sangat bisa diandalkan," kata Nathanael.
Rekan-rekannya bahkan memandang almarhum sebagai kolega yang positif dan menjadi tempat bertanya.
Tag
Berita Terkait
- 
            
              3 Keraguan Besar yang Bikin Vonis Bunuh Diri Arya Daru Ditolak Keluarga
- 
            
              5 Kejanggalan Ini Bikin Keluarga Tolak Mentah-mentah Vonis Bunuh Diri Arya Daru
- 
            
              Tolak soal Bunuh Diri, Keluarga Arya Daru Tak Pernah dengar Keluhan Kerja selama jadi Diplomat Kemlu
- 
            
              Mengenal Burn Out yang Dialami Arya Daru: Kelelahan Mental dan Emosional, Jangan Dianggap Remeh!
- 
            
              Eks Wakapolri Ragukan Hasil Penyelidikan Arya Daru, Ini Alasannya
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
- 
            
              Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
- 
            
              Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
- 
            
              4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
- 
            
              Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
- 
            
              Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
- 
            
              Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
- 
            
              Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
- 
            
              Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD
- 
            
              Ketua DPD: GKR Emas Buktikan Pena Juga Bisa Jadi Alat Perjuangan Politik
- 
            
              Soeharto Jadi Pahlawan Nasional? Istana: Namanya Sudah Diusulkan, Tunggu Keputusan Presiden
- 
            
              Kemenag Petakan 80 Pesantren Berisiko Bangunan Runtuh, Susun Aturan Baru Demi Keselamatan Santri
- 
            
              Gubernur Bobby Nasution juga Siapkan Beasiswa untuk Atlet Berprestasi Popnas dan Peparpenas
- 
            
              Upah Buruh Naik Cuma Rp50 Ribu, Tunjangan DPR Ratusan Juta; Said Iqbal Sebut Akal-akalan Pemerintah