Suara.com - Tabir misteri yang menyelimuti kematian diplomat muda, Arya Daru Pangayunan, semakin dikoyak oleh analisis tajam pakar telematika, Abimanyu Wachjoewidajat.
Kali ini, sorotan diarahkan pada rantai bukti CCTV yang disajikan polisi, yang dinilainya tidak hanya "putus-putus" tetapi juga penuh dengan kontradiksi logika yang mencurigakan.
Abimanyu menguliti satu per satu "lubang hitam" dalam rekaman pergerakan korban, terutama saat berada di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) hingga pusat perbelanjaan.
Menurutnya, narasi visual yang disajikan polisi melompat-lompat secara tidak wajar, seolah ada bagian-bagian penting yang sengaja dihilangkan dari pandangan publik.
Misteri Perjalanan ke Rooftop: Tiba-tiba Muncul di Ujung Atap
Kejanggalan pertama dimulai dari perjalanan korban ke rooftop Kemenlu. Polisi menyebut korban naik melalui tangga darurat karena rooftop tidak bisa diakses via lift. Namun, Abimanyu menyoroti ketiadaan bukti pendukung untuk alur cerita ini.
"Elevator tersebut kalau aja di area yang sensitif itu (rooftop) ada kameranya berarti di elevator juga ada kameranya. Ada yang bisa membuktikan bahwa memang bersangkutan ada. Ini enggak ada ya," ujar Abimanyu dikutip dari Youtube Intens Investigasi.
Keanehan berlanjut. Tidak ada satu pun rekaman yang menunjukkan saat korban membuka pintu darurat atau melangkah keluar menuju area atap. Secara ajaib, rekaman baru muncul saat korban sudah berada di luar, di area paling kritis.
"Dan saat yang bersangkutan itu di rooftop keluar dari pintu fire exit-nya yang tempat tersebut juga tidak ada rekaman itu. Ya, tahu-tahu hanya pada saat dia lagi di luar mau loncat di area rooftop itu aja kameranya ada. Ini menjadi suatu tanda tanya," tegasnya.
Baca Juga: Kenapa Polisi Tak Mau Sebut Kematian Diplomat Arya Daru Bunuh Diri?
Bagi Abimanyu, ini adalah sebuah anomali besar. "Kenapa? Karena tidak ada kesinambungannya antara kamera-kamera yang lain dengan posisi dia yang tahu-tahu ada yang di atas ya."
Lubang hitam ini tidak berhenti di situ. Perjalanan korban turun dari rooftop, kembali ke lobi, hingga perjalanannya menuju sebuah toko untuk berbelanja, semuanya gelap tanpa bukti visual.
"saat dia ke toko, ke toko yang dia belanja sesuatu itu pun sebelum masuk toko mungkin dia akan lewat mall-nya dulu itu tidak pernah ada rekaman tersebut," ungkapnya.
Paradoks Privasi: Rooftop Sensitif Diobral, Lobi Umum Disembunyikan
Di sinilah Abimanyu melontarkan "pukulan" telak pada logika yang mungkin digunakan polisi untuk membenarkan ketiadaan rekaman, yaitu dalih menjaga privasi korban. Menurutnya, dalih ini justru menjadi bumerang yang memperlihatkan inkonsistensi paling fatal.
Polisi, kata Abimanyu, justru dengan mudahnya mempublikasikan rekaman di area rooftop Kemenlu, sebuah area yang seharusnya sangat privat dan sensitif dari sisi keamanan sebuah institusi negara.
Tag
Berita Terkait
-
Kenapa Polisi Tak Mau Sebut Kematian Diplomat Arya Daru Bunuh Diri?
-
Pakar Telematika Abimanyu: Ponsel Arya Daru Tidak Hilang!
-
Misteri Kematian Arya Daru: Pakar Kuliti Metodologi Investigasi Digital Polisi yang Cacat
-
Kasus Ditutup, Ini Celah yang Bisa Buka Lagi Misteri Kematian Diplomat Arya Daru
-
3 Fakta Kematian Arya Daru Bukan Bunuh Diri, Ini Penjelasan dari Keluarga Korban
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Partai Ummat Kritik Pramono Anung, Sebut Kebijakan Jakarta Tak Berpihak Wong Cilik
-
BMKG: Puncak Musim Hujan Dimulai November, Berlangsung Lebih Lama hingga Februari 2026
-
Lewat Aklamasi, Budi Arie Lanjut Pimpin Projo 2025-2030
-
Anak Menteri Keuangan Yudo Sadewa Kembali Viral, Kali Ini Diduga Sindir Gibran Lewat Postingan Satir
-
Investment Outlook 2025 Redefining Value: Investment Strategy in the Age of Innovation
-
Ini Cerita Aqsa Syauqi Peraih DPD Award 2025 Kategori Pembangunan Sosial & Kesehatan
-
Dihadang Sopir Angkot, Layanan Mikrotrans PulogadungKampung Rambutan Disetop Sementara
-
Amstrong sembiring: Jelang Akhir Tahun 2025 Negeri Ini Jadi Lautan Persoalan Hukum
-
Wacana Tarif Transjakarta Naik, DPRD Sebut Warga Jakarta Sudah Mampu Bayar Lebih dari Rp 3.500
-
Ritual Persembahan Berujung Petaka, 9 Umat Tewas Terinjak-injak di Kuil India