Suara.com - Sirene darurat untuk persatuan bangsa seolah meraung kencang. Rentetan kasus intoleransi yang meledak di berbagai daerah, mulai dari Pemalang, Depok, Sukabumi, hingga Padang menjadi bukti nyata bahwa ada sesuatu yang retak dalam tenun kebangsaan kita.
Merespons krisis ini, aktivis kemanusiaan Alissa Qotrunnada Wahid angkat bicara dengan nada tegas. Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Direktur Nasional Jaringan Gusdurian ini mengajak seluruh elemen bangsa untuk berhenti basa-basi dan secara konkret meredam api intoleransi yang mengancam Indonesia.
Menurut Alissa, tantangan terbesar Indonesia saat ini adalah mengelola keberagaman di tengah gempuran politik identitas dan pemahaman keagamaan yang kian eksklusif. Hal ini melahirkan sebuah mentalitas berbahaya menang-menangan.
Ia memperingatkan bahwa fanatisme kelompok yang selalu ingin memaksakan kepentingannya sendiri adalah racun bagi persatuan. Sikap ini secara perlahan menggerus empati dan membangun tembok kecurigaan antarwarga.
“Sikap ini memicu kecurigaan, nir-empati, dan menganggap kelompok lain sebagai musuh, yang pada akhirnya dapat menghancurkan persatuan bangsa,” kata Alissa dilansir dari Antara, Sabtu 2 Agustus 2025.
Di era digital, penyakit ini menyebar lebih cepat. Ujaran kebencian, caci maki, dan provokasi oleh pihak-pihak ekstrem, termasuk para buzzer, dengan mudah ditemukan di media sosial.
Alissa mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terpancing dan ikut dalam pusaran kebencian tersebut.
Salah satu sorotan paling tajam dari Alissa ditujukan kepada aparat penegak hukum. Ia mengkritik praktik penegakan hukum yang sering kali berpihak pada kehendak kelompok mayoritas dengan dalih menjaga harmoni sosial.
Menurut dia, penegakan hukum dengan berdasarkan mengikuti kehendak kelompok mayoritas demi menjaga harmoni sosial perlu dicermati secara seksama, sebab praktik tersebut justru mengabaikan hak-hak setara yang dimiliki kelompok minoritas.
Baca Juga: Butir-Butir Pancasila Ada Berapa? Pahami dan Ketahui Cara Mengamalkannya Dalam Hidup
“Ini menjadi akar masalah dalam konflik pendirian rumah ibadah yang dialami kelompok minoritas di berbagai daerah, baik kelompok Muslim di wilayah mayoritas non-Muslim maupun sebaliknya,” ujar Alissa.
Menguatnya Politik Identitas, Mengedepankan kepentingan kelompok di atas kepentingan nasional.
Kembali ke DNA Bangsa, Pancasila Bukan Sekadar Jargon
Lantas, apa solusinya? Alissa mengajak bangsa ini untuk kembali mengingat DNA aslinya. Ia mengutip pesan mendalam dari sang ayah, Gus Dur "yang sama jangan dibedakan, yang beda jangan disama-samakan". Sebuah pengingat untuk menghargai perbedaan tanpa harus memaksakan pandangan.
Namun, ia juga menekankan sisi lain dari persatuan. "Namun pada saat yang sama, kita juga tidak boleh melupakan bahwa di antara kelompok-kelompok yang berbeda itu, kita terikat oleh satu jiwa, yaitu nasionalisme," ujarnya.
Untuk itu, Alissa menyerukan agar Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila tidak lagi diperlakukan sebagai jargon kosong atau pajangan dinding.
Tag
Berita Terkait
-
Butir-Butir Pancasila Ada Berapa? Pahami dan Ketahui Cara Mengamalkannya Dalam Hidup
-
Isi Lengkap 7 Butir-Butir Pancasila Sila ke-1 dan Contoh Pengamalannya
-
Link Download 45 Butir-Butir Pancasila PDF, Ini Panduan Lengkap dan Contoh Pengamalannya Sehari-hari
-
5 Babak Drama Viral Ketua Ormas PP Bogor, Dari Putus Cinta Kini Perang Laporan Polisi
-
Babak Baru Drama Viral Ketua Pemuda Pancasila Bogor: Tak Cukup di Medsos, Kini Saling Lapor Polisi
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Anak Menteri Keuangan Yudo Sadewa Kembali Viral, Kali Ini Diduga Sindir Gibran Lewat Postingan Satir
-
Investment Outlook 2025 Redefining Value: Investment Strategy in the Age of Innovation
-
Ini Cerita Aqsa Syauqi Peraih DPD Award 2025 Kategori Pembangunan Sosial & Kesehatan
-
Dihadang Sopir Angkot, Layanan Mikrotrans PulogadungKampung Rambutan Disetop Sementara
-
Amstrong sembiring: Jelang Akhir Tahun 2025 Negeri Ini Jadi Lautan Persoalan Hukum
-
Wacana Tarif Transjakarta Naik, DPRD Sebut Warga Jakarta Sudah Mampu Bayar Lebih dari Rp 3.500
-
Ritual Persembahan Berujung Petaka, 9 Umat Tewas Terinjak-injak di Kuil India
-
Gelar Pangeran Andrew Dicabut Gegara Pelecehan Seksual, Keluarga Giuffre Beri Respon Sinis
-
Pengamat: Jaksa Hanya Melaksanakan Penetapan Hakim di Kasus Nenny Karawang
-
Gagal Dimakzulkan, Bupati Pati Sudewo Ajak Lawan Politik Bersatu: Tidak Boleh Euforia