Suara.com - Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), satu-satunya subspesies harimau yang tersisa di Indonesia, masih berada dalam bayang-bayang kepunahan.
Meski statusnya kritis menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN), harimau ini terus kehilangan habitat akibat ekspansi perkebunan, pembukaan tambang, dan pembangunan infrastruktur yang menembus jantung hutan Sumatra.
Alih fungsi lahan tidak hanya mempersempit ruang jelajah harimau, tapi juga meningkatkan potensi konflik dengan manusia karena satwa ini terdorong masuk ke wilayah pemukiman atau ladang masyarakat.
Di Bengkulu, kondisi ini terasa nyata. Kawasan Seblat yang menjadi salah satu kantong habitat harimau Sumatra di provinsi ini terus mengalami tekanan dari berbagai arah.
Aktivitas manusia di sekitar hutan, termasuk perburuan liar dan pemasangan jerat, menjadi ancaman harian.
Dalam beberapa tahun terakhir, laporan tentang harimau yang masuk desa dan bahkan ditembak warga menunjukkan bahwa batas antara ruang hidup manusia dan satwa semakin kabur.
Masalah tak berhenti di situ. Penegakan hukum terhadap pelaku perburuan masih lemah, sementara perdagangan bagian tubuh harimau di pasar gelap terus berlangsung.
Meski kampanye perlindungan harimau sudah berjalan bertahun-tahun, masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya menjaga spesies kunci ini bagi ekosistem hutan.
Namun di tengah ancaman tersebut, ada secercah harapan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung bersama sejumlah mitra mencatat peningkatan populasi harimau Sumatra di wilayah ini.
Baca Juga: Fakta-fakta Kasus Anak Bunuh Ibu Kandung saat Salat di Bengkulu: Ngaku Kesurupan hingga Pelaku ODGJ?
Data monitoring terbaru menunjukkan keberadaan 42 individu di bentang alam Bengkulu, terutama di kawasan Seblat.
Kenaikan jumlah ini menjadi sinyal penting. Tapi tanpa upaya konservasi yang konsisten dan melibatkan banyak pihak, peningkatan itu bisa cepat tergerus.
Sebab menjaga populasi harimau bukan hanya soal menyelamatkan satu spesies, tapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan hutan yang menopang kehidupan manusia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pengamat: Dasco Punya Potensi Ubah Wajah DPR Jadi Lebih 'Ramah Gen Z'
-
Cuma Minta Maaf Usai Ditemukan Polisi, Kejanggalan di Balik Hilangnya Bima Permana Putra
-
YLBHI Kritik Keras Penempatan TNI di Gedung DPR: Semakin Jauhkan Wakil Rakyat dengan Masyarakat!
-
Babak Baru Perang Lawan Pencucian Uang: Prabowo 'Upgrade' Komite TPPU Tunjuk Yusril Jadi Ketua
-
Serikat Petani: Program 3 Juta Rumah Akan Gampang Dilaksanakan kalau Reforma Agraria Dilaksanakan
-
Pramono Anung Targetkan Setiap Kelurahan di DKI Punya Sekolah Lansia: Ini Alasannya
-
Prabowo Teken Inpres Soal Pembangunan Kampung Haji Indonesia di Mekah, Begini Isinya
-
Pernyataan Terkini Kejagung Soal Dugaan Korupsi Tol Cawang-Pluit Seret Anak 'Raja Tol' Jusuf Hamka
-
Papua Mencekam, OTK Bersenjata Serbu Proyek Vital, Ekskavator Jalan Trans Nabire-Timika Dibakar
-
Jejak 'Uang Haram' Zarof Ricar Terendus, Aset Baru Rp 35 M Atas Nama Anak Ikut Disita