Suara.com - Panggung upacara kenegaraan HUT Kemerdekaan RI ke-80 pada 17 Agustus mendatang berpotensi menyajikan drama politik tingkat tinggi.
Di saat Presiden Prabowo Subianto dinilai tengah memainkan manuver cerdas untuk merangkul lawan-lawan politiknya, muncul prediksi mengejutkan: Joko Widodo (Jokowi) kemungkinan besar tidak akan hadir di upacara kenegaraan HUT ke-80 RI di Istana Merdeka.
Analisis tajam ini dilontarkan oleh pengamat politik dan pertahanan, Selamat Ginting, yang melihat adanya strategi besar di balik langkah-langkah hukum dan politik yang diambil Prabowo belakangan ini, yang puncaknya akan terlihat di panggung Istana.
Amnesti dan Abolisi Sebagai Alat Politik Prabowo
Menurut Ginting, langkah Prabowo yang diperkirakan akan memberikan pengampunan hukum kepada tokoh-tokoh dari kubu lawan, seperti Hasto Kristiyanto dari PDIP dan Tom Lembong dari kubu Anies Baswedan, bukanlah sekadar tindakan hukum biasa. Ini adalah sebuah bidak catur politik yang dimainkan dengan sangat cermat.
"Ini dalam konteks politik ini kan jelas bahwa amnesti, abolisi, grasi atau rehabilitasi hukum itu juga sebagai alat untuk mencapai tujuan politik," ungkap Selamat Ginting dikutip dari Youtube Forum Keadilan TV.
Tujuannya, kata dia, sangat jelas. Prabowo sedang membangun citra dan memperkuat posisinya menjelang momen krusial 17 Agustus.
"Jadi ada tujuan ada tujuan politik yang ingin dicapai Prabowo dalam kasus pemberian amnesti dan abolisi ini termasuk pada 17 Agustus nanti kan dalam rangka 17 Agustus," ujar dia.
Dengan "menyelamatkan" figur-figur sentral dari kekuatan politik yang berseberangan, Prabowo secara efektif menempatkan dirinya sebagai negarawan yang melampaui sekat-sekat persaingan.
Baca Juga: Bahlil Temui Prabowo, Idrus Marham: Presiden Tak Akan Pecah Belah Golkar
"Tentu saja pertama memperkuat posisi tawar politiknya itu menjadi semakin tinggi terhadap lawan-lawan politiknya yang artinya tidak selalu sejalan, tapi Prabowo dianggap pahlawan terutama oleh PDIP, oleh kelompok Anis kan juga pahlawan karena menyelamatkan kan," analisis Ginting.
Ginting menyoroti bagaimana Prabowo secara sengaja membiarkan proses hukum terhadap tokoh-tokoh tersebut berjalan hingga mencapai titik tertentu sebelum ia turun tangan. Ini menciptakan pesan psikologis yang kuat.
"Kalau mau sebenarnya sebelum proses ee hukum terhadap ee Tom Lembong kan bisa dia lakukan tapi menunggu vonis itu keluar kan. tunggu vonis itu keluar artinya dalam kasus Hasto itu lu tuh salah gitu tapi gua maafkan," jelasnya.
Meskipun dalam praktiknya proses hukum seperti kasus Tom Lembong masih berada di tingkat pertama dan memiliki jalan panjang untuk banding, narasi yang terbentuk di publik adalah Prabowo sebagai sosok pemaaf yang berkuasa.
"Ini kan karena ingin memperkuat posisi politiknya otomatis Prabowo kuat," tambahnya.
Efek Domino: Megawati Hadir, Jokowi 'Tenggelam'
Tag
Berita Terkait
-
Bahlil Temui Prabowo, Idrus Marham: Presiden Tak Akan Pecah Belah Golkar
-
Di Balik Makan Siang Gibran dan Dasco: Sinyal Politik Redam Isu Keretakan dan Pemakzulan
-
Misteri Pertemuan Bahlil dan Prabowo: Isu Munaslub Golkar Ditepis, Namun Gestur Berbicara Lain
-
Kode Keras dari Gibran? Analis Ungkap Pesan Rahasia di Balik Foto Makan Siang dengan Dasco
-
Puan Maharani Lempar Kode Keras, Sebut Ada Kejutan Sekjen Baru PDIP: Hasto Gagal Comeback?
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
Terkini
-
UMP 2026 Dinilai Tak Layak, Pemprov DKI Susun Strategi Redam Gejolak Buruh
-
KPK Hentikan Kasus Korupsi Nikel Rp2,7 T Konawe Utara, Padahal Sudah Ada Tersangka
-
Ketika Guru Ikut Menertawakan Disabilitas: Apa yang Salah dalam Pendidikan Kita?
-
Diprotes Buruh, Pemprov DKI Pertahankan UMP Jakarta 2026 Rp 5,7 Juta
-
Belum Dievakuasi, Begini Penampakan Mobil yang Tertimpa Reruntuhan Bangunan Parkir di Koja
-
KPK Telusuri Mobil Milik Pemkab Toli-toli Bisa Berada di Rumah Kajari HSU
-
Tak Cukup Bukti, KPK Hentikan Penyidikan Kasus Dugaan Korupsi Izin Tambang Nikel Konawe Utara
-
Geger Kabar Selebgram Ayu Aulia Dilantik di Kemhan, Jenderal TNI Turun Tangan Beri Klarifikasi
-
Jaksa Agung Rotasi 68 Pejabat, Sejumlah Kajari yang Pernah Terseret Dugaan Korupsi Ikut Dimutasi
-
Geger! Teror Penyiraman Air Keras oleh OTK di Pulogadung, Aspal Sampai Berasap