Suara.com - Budayawan Sujiwo Tejo melontarkan kritik pedas terhadap pemerintah yang dinilainya terlalu reaktif dan ketakutan terhadap berbagai simbol perlawanan rakyat, salah satunya adalah bendera anime One Piece yang kerap dipasang di truk-truk.
Menurutnya, ketakutan tersebut bukanlah cerminan kekuatan, melainkan sebuah gejala trauma kolektif.
Pandangan tajam ini ia sampaikan dalam sebuah diskusi di podcast Kanal SA.
Sujiwo Tejo menyoroti bagaimana pemerintah bisa begitu sensitif pada hal-hal simbolik seperti gambar kartun, musik, atau lukisan, namun di sisi lain seringkali abai pada aturan yang lebih fundamental.
Ia menganalogikan fobia simbol ini layaknya trauma personal yang mendalam.
Respons berlebihan pemerintah, kata dia, mirip dengan reaksi seseorang yang memiliki pengalaman buruk di masa lalu.
"Seseorang yang memiliki trauma terhadap sesuatu, misalnya bau jengkol atau suara sirene, akan bereaksi berlebihan ketika teringat kembali pada simbol tersebut," jelas Sujiwo Tejo.
Menurutnya, fenomena ini tidak berdiri sendiri. Ketakutan tersebut bisa jadi merupakan cerminan dari trauma masyarakat yang lebih besar terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah di masa lalu, yang pada akhirnya melahirkan ketidakpercayaan atau distrust society.
Ini adalah cermin dari hubungan yang tidak sehat antara penguasa dan warganya.
Baca Juga: Deddy Corbuzier: Bendera One Piece Silahkan, Asal..
Lebih lanjut, Mbah Tejo, sapaan akrabnya, menyoroti inkonsistensi yang ironis. Di satu sisi, simbol sederhana seperti marka jalan sering dilanggar dan disepelekan, bahkan sampai perlu dipasangi beton agar dipatuhi.
Namun di sisi lain, simbol imajinatif seperti bendera kelompok bajak laut Topi Jerami dalam anime One Piece justru dianggap sebagai ancaman serius yang harus ditangani.
Ia pun membedah alasan mengapa bendera One Piece bisa menjadi simbol perlawanan yang begitu kuat dan dianggap menakutkan bagi sebagian pihak.
Menurutnya, bendera itu kini bukan lagi sekadar gambar, melainkan telah dimuati oleh emosi dan kekecewaan masyarakat.
Ia juga memahami mengapa bendera One Piece bisa menjadi simbol perlawanan yang menakutkan bagi sebagian pihak.
Sujiwo Tejo berpendapat bahwa bendera tersebut dimuati oleh kekesalan masyarakat bawah, seperti para sopir truk yang merasa terancam oleh kebijakan "overdimensi over muatan" (odol).
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Mardiono Ungkap Kericuhan di Muktamar X PPP Akibatkan Korban Luka yang Dilarikan ke Rumah Sakit
-
Muktamar X PPP: Mardiono Akui Konflik Internal Jadi Biang Kegagalan di Pemilu 2024
-
Baru Hari Pertama Muktamar X PPP, Mardiono Sudah Menang Secara Aklamasi
-
Solid! Suara dari Ujung Barat dan Timur Indonesia Kompak Pilih Mardiono di Muktamar X PPP
-
Bukan Kader, tapi Provokator? PPP Curiga Ada Penyusup yang Tunggangi Kericuhan Muktamar X
-
15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok
-
Bobby Nasution Minta Mitigasi Dini Banjir Bandang Bahorok
-
Prabowo Akui Keracunan MBG Masalah Besar, Minta Tak Dipolitisasi
-
Di Panggung Muktamar, Mardiono Minta Maaf dan Akui Gagal Bawa PPP Lolos ke Parlemen
-
Anggota TNI Ngamuk di Gowa, Kapuspen TNI: Kami akan Perkuat Pengawasan!