Suara.com - Suasana di depan Kantor Bupati Pati memanas. Ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat tumpah ruah ke jalan, menyatukan suara dalam satu tuntutan utama: mendesak Bupati Pati, Sudewo, untuk turun dari jabatannya.
Gerakan massa yang masif ini bukan sekadar protes lokal, melainkan telah menjadi sorotan nasional, memicu perdebatan sengit di kalangan anak muda dan netizen tentang akuntabilitas dan gaya kepemimpinan pejabat publik.
Aksi yang dijuluki "Gerakan Rakyat Pati Menggugat" ini menjadi puncak dari akumulasi kekecewaan publik terhadap serangkaian kebijakan dan pernyataan Sudewo yang dinilai kontroversial dan jauh dari kepentingan rakyat.
Akar Masalah: Kebijakan Kontroversial dan Dugaan Arogansi
Pemicu utama demo besar ini adalah beberapa kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat luas, terutama para petani dan nelayan yang menjadi tulang punggung ekonomi Pati.
Namun, yang lebih menyulut emosi publik adalah gaya komunikasi dan sikap Bupati Sudewo yang dianggap arogan dan meremehkan aspirasi warga.
Dalam salah satu foto yang viral di media sosial, terlihat jelas bagaimana barisan massa membentangkan spanduk-spanduk berisi kecaman.
Salah satu kutipan yang paling banyak dibagikan dari sebuah unggahan di Instagram berbunyi:
"Ketika pemimpin sudah tak lagi berpihak pada rakyatnya, maka hanya ada satu kata: Lawan!"
Baca Juga: Rakyat Pati Demo Besar-besaran Hari Ini, Ribuan Aparat Terjun Mengamankan
Kalimat ini seolah menjadi pemantik yang menyatukan energi perlawanan warga.
Mereka merasa suara dan keluhan mereka selama ini tidak pernah didengar, bahkan kerap kali diabaikan dengan pernyataan yang dianggap menyepelekan.
Preseden Buruk: Jika Sudewo Tak Lengser, Pejabat Arogan Lain Akan Lahir
Fenomena demo Pati ini dengan cepat meluas menjadi diskursus nasional, terutama setelah munculnya komentar seorang netizen yang viral di Twitter. Ia menyatakan:
"Kasus Pati ini harus kita kawal bersama. Jika Bupati Sudewo dengan segala arogansinya bisa tetap nyaman di kursinya, ini akan menjadi preseden buruk. Akan lahir 'Sudewo-Sudewo' baru di daerah lain yang merasa bisa bertindak semena-mena tanpa konsekuensi," tulisnya dikutip Rabu (13/8/2025).
Pernyataan ini mendapat ribuan retweet dan likes, menunjukkan adanya keresahan kolektif yang lebih besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Lebih 'Merdeka' di Balai Kota, Pramono Anung Blak-blakan: Jujur, Enak Jadi Gubernur
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?