Suara.com - Kekeringan yang melanda Amerika Serikat bagian barat daya kini dianggap sebagai yang terparah dalam sedikitnya 1.200 tahun terakhir.
Penelitian terbaru menyebut aktivitas manusia sebagai penyebab utama yang membuat kondisi ini terus berlanjut.
Wilayah ini telah mengalami masa kering berkepanjangan sejak awal 2000-an, yang semula diyakini sebagai bagian dari siklus alami Osilasi Dekadal Pasifik (PDO). Siklus ini biasanya beralih antara fase basah dan kering setiap beberapa dekade.
Namun, studi yang dipublikasikan di jurnal Nature menemukan bahwa sejak 1950-an, PDO telah sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca dan perubahan pola atmosfer akibat ulah manusia. Akibatnya, fase basah yang seharusnya terjadi tertahan, membuat kekeringan mengunci wilayah tersebut.
Dampaknya terasa luas. Dua waduk terbesar di AS, Danau Mead dan Powell, mengalami penurunan permukaan air hingga rekor terendah, mengancam pasokan air bagi lebih dari 40 juta orang di tujuh negara bagian yang bergantung pada Sungai Colorado.
Sengketa hukum terkait hak penggunaan air semakin memanas, sementara sektor pertanian dan ekosistem alami tertekan hebat.
Para ilmuwan menemukan pola serupa dalam catatan geologis sekitar 6.000 tahun lalu, ketika periode suhu tinggi memicu kekeringan luas di Barat Daya dan wilayah tropis seperti Amazon.
Mereka memperingatkan bahwa tren ini bisa menjadi “normal baru” di abad ini, dan bahkan sedikit perlambatan arus laut Atlantik dapat memperburuk pengeringan di kawasan tropis.
Penelitian ini menjadi peringatan penting bahwa pemanasan global tidak hanya memengaruhi suhu, tetapi juga mengganggu pola cuaca jangka panjang.
Baca Juga: Penjualan KFC dan Pizza Hut Anjlok di Amerika, Gara-gara Efek Boikot?
Para peneliti mendorong upaya adaptasi yang mencakup manajemen air lebih ketat, kebijakan pertanian yang menyesuaikan iklim kering, dan sistem prediksi kekeringan yang lebih akurat.
Tanpa penurunan signifikan emisi global, para ahli menilai risiko kekeringan ekstrem akan meningkat, dengan implikasi serius bagi ketahanan pangan, ekonomi, dan kehidupan jutaan orang.
Penulis: Muhammad Ryan Sabiti
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Erick Thohir Bongkar Anggaran Kemenpora 'Seret': Cuma Bisa Kirim 120 Atlet ke SEA Games?
-
Kurir Gagalkan Penipuan Modus Paket Kosong, Pelaku Panik Langsung Kabur
-
Curhat Ahli Gizi Program MBG: Buat Siklus Menu Sehat Ujung-ujungnya Gak Terpakai
-
Presiden Prabowo Sebut Kesalahan Sistem Jadi Penyebab Kebocoran Anggaran Negara
-
Game-Changer Transportasi Jakarta: Stasiun KRL Karet dan BNI City Jadi Satu!
-
Ingin Benahi Masalah Keracunan MBG, Prabowo Minta Ompreng Dicuci Ultraviolet hingga Lakukan Ini
-
Gedung Bundar Siapkan 'Amunisi' untuk Patahkan Gugatan Praperadilan Nadiem Makarim
-
Waspada! 2 Ruas Jalan di Jakarta Barat Terendam: Ketinggian Air Capai...
-
Viral SPBU Shell Pasang Spanduk 'Pijat Refleksi Rp1000/Menit', Imbas BBM Kosong
-
Tok! Lulusan SMA Tetap Bisa Jadi Presiden, MK Tolak Gugatan Syarat Capres-Cawapres Minimal Sarjana