- "Jawa Spring", sebuah gelombang aksi massa yang berawal dari protes di Pati
- Pemerintah dan institusi negara diminta menerapkan kebijakan berbasis intelijen
- Boni memperingatkan adanya bahaya penyusup atau "penumpang gelap"
Suara.com - Analis politik senior, Boni Hargens, melontarkan peringatan keras terkait gelombang demonstrasi kolosal yang melanda berbagai kota di Indonesia. Menurutnya, aksi massa ini bukan sekadar luapan amarah sesaat, melainkan bisa menjadi cikal bakal dari sebuah gerakan masif yang ia sebut sebagai “Jawa Spring”.
Istilah ini sengaja ia adopsi dari "Arab Spring", fenomena gelombang demokratisasi besar-besaran yang mengguncang Timur Tengah pada dekade lalu. Boni melihat ada benang merah antara rentetan aksi saat ini dengan gerakan penolakan kenaikan pajak yang sebelumnya meletus di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
“Sejak peristiwa Pati, sebetulnya sudah terlihat ada potensi terjadinya gelombang aksi besar yang bisa melahirkan gerakan kolosal yang boleh kita sebut “Jawa Spring” (Musim Semi Jawa),” ujar Boni Hargens dalam rilis persnya, Minggu (31/8/2025).
Menurutnya, pemilihan Pati sebagai titik awal analisis bukan tanpa alasan. Ia mengingatkan bahwa wilayah tersebut memiliki DNA perlawanan dan sejarah pembangkangan terhadap rezim kolonial di masa lalu.
Boni khawatir, jika tidak dimitigasi dengan benar, sejarah perlawanan itu bisa terulang dalam konteks kekinian.
“Pati di tanah Jawa memiliki sejarah yang istimewa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka memulai pembangkangan terhadap rezim kolonial Belanda pada masa lalu. Kita tidak ingin itu terjadi di Indonesia hari ini,” ujar dia.
Untuk mencegah skenario terburuk, Boni mendesak seluruh institusi negara terkait untuk segera melakukan evaluasi mendalam dan menerapkan apa yang disebutnya sebagai “intelligence-led policy”.
Artinya, setiap kebijakan publik yang diambil harus berbasis pada data intelijen yang akurat dan objektif, bukan berdasarkan kepentingan sesaat.
Boni juga mengapresiasi sikap Presiden Prabowo Subianto yang meminta pejabat publik untuk rendah hati, serta mengingat kembali ekspresi kemarahan Wapres Gibran Rakabuming Raka saat melihat anggota DPR merayakan kenaikan tunjangan. Menurutnya, hal itu menunjukkan adanya kesadaran di level pimpinan eksekutif.
Baca Juga: Cium Bahaya Penumpang Gelap, Boni Hargens: Hindari Upaya Benturkan Rakyat dengan Aparat
“Kita harus jujur bahwa kontekstur gerakan rakyat hari ini menunjukkan bahwa ini bukan gerakan sentimentil yang dipicu oleh kemarahan sesaat melainkan sebuah ledakan dari akumulasi keresahan dan kemarahan yang berlangsung lama,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga memperingatkan adanya ancaman "penumpang gelap" atau free riders yang berpotensi menyusup ke dalam gerakan massa. Kelompok inilah yang menurutnya paling berbahaya karena memiliki agenda untuk membenturkan rakyat dengan aparat keamanan, yang dapat memicu bencana lebih besar.
Berita Terkait
-
Cium Bahaya Penumpang Gelap, Boni Hargens: Hindari Upaya Benturkan Rakyat dengan Aparat
-
Polda Metro Jaya Kerahkan 324 Personel dalam Patroli Skala Besar untuk Amankan Jakarta
-
Pesan Jay Idzes Soal Demonstrasi di Indonesia: Saling Jaga
-
Presiden Prabowo: Merusak Fasilitas Umum dan Menjarah Rumah Termasuk Pelanggaran Hukum
-
Kocak! Eks Persija Jakarta Dibully Netizen Dikira Ahmad Sahroni
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.626, Pasar Cari Petunjuk dari Risiko Global
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
Terkini
-
Ancaman Serius KLHK, Pemda Perusak Lingkungan Bakal 'Dihukum' Sanksi Berlapis
-
Banjir Sumatra Jadi Petaka, KLHK 'Obrak-abrik' Izin, Bakal Panggil Perusahaan Pekan Depan
-
Media Sustainability Forum 2025: Perkuat Daya Hidup Media Demi Topang Demokrasi
-
Golkar Semprot Cak Imin soal 'Tobat Nasuha': Anda Bukan Presiden, Cuma Menko!
-
Pakai Citra Satelit, Pemerintah Buru Terduga di Balik Kayu Gelondongan Banjir Sumatra
-
Evaluasi Bantuan Dilempar dari Heli, Panglima TNI Ubah Strategi Pakai Box CDS dan Payung Udara
-
Ngeri! Curah Hujan Jakarta Diprediksi Bakal Tembus 300 mm, Pramono: 200 Saja Pasti Sudah Banjir
-
Ketika Niat Baik Merusak Alam: Kisah di Balik Proyek Restorasi Mangrove yang Gagal
-
Heboh! Parkir di Polda Metro Jaya Berbayar, Ini Jawaban Resmi Polisi Soal Dasar Hukumnya
-
Waspada! Ratusan Pengungsi Banjir Sumatra Diserang Demam, Ini Biang Keroknya