Suara.com - Pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Raja Juli Antoni, menjadi sorotan selepas demo ricuh yang terjadi di beberapa wilayah.
Raja Juli Antoni mengklaim adanya upaya sistematis oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan hoaks dengan tujuan mengadu domba Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Raja Juli Antoni, dalam kapasitasnya sebagai tokoh PSI, menyoroti fenomena penyebaran hoaks yang menurutnya sengaja dirancang untuk menciptakan ketegangan antara dua figur politik sentral tersebut.
"Mas Kaesang memberikan pesan ke saya, tadi sudah rilis ya, tadi kan Mas Kaesang membuat rilis bahwa di tengah hiruk pikuk dan masalah yang dihadapi ini di medsos yang cukup dibanjiri banyak pihak yang mencoba mengadu domba antara Pak Prabowo dengan Jokowi termasuk Mas Gibran dan PSI," kata Raja Juli dikutip Rabu (3/9/2025)
"Jadi Mas Kaesang sudah sampaikan bahwa itu adalah hoaks," tambah Raja Juli.
Klaim ini muncul di tengah berbagai narasi dan interpretasi publik terkait transisi kekuasaan dan potensi koalisi politik.
Dengan menyatakan adanya pihak yang ingin mengadu domba, Raja Juli secara tidak langsung mengindikasikan adanya motif politik di balik penyebaran informasi palsu tersebut.
Adanya upaya membenturkan Jokowi dan Prabowo ini memang bukan hal baru dalam lanskap politik Indonesia.
Sejak Pilpres 2014 dan 2019, narasi polarisasi seringkali digunakan untuk memecah belah dukungan publik.
Baca Juga: Prabowo Jenguk Korban Demo Ricuh di RS Polri, Janjikan Motor Baru dan Carikan Pacar
Namun, dalam konteks saat ini, di mana Prabowo akan melanjutkan estafet kepemimpinan dari Jokowi, upaya adu domba ini menjadi lebih krusial.
Jika berhasil, hal ini dapat mengganggu stabilitas politik dan menghambat proses transisi yang mulus.
Mungkinkah Ada Pihak yang Ingin Melemahkan Pemerintah Prabowo?
Pertanyaan besar yang muncul dari pernyataan Raja Juli adalah, apakah memang ada pihak yang ingin melemahkan pemerintah Prabowo dengan cara membuat provokasi, termasuk saat demo-demo yang terjadi belakangan ini?
Ada beberapa perspektif untuk menganalisis kemungkinan ini:
1. Motif Politik Oposisi atau Pesaing: Dalam setiap kontestasi politik, selalu ada pihak yang tidak puas dengan hasil akhir.
Berita Terkait
Terpopuler
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Sambut HLN Ke-80, PLN Berbagi Terang Untuk Masyarakat di Berbagai Daerah
-
Setahun Prabowo-Gibran, Ray Rangkuti Soroti MBG yang Dipaksakan
-
Akhirnya Lega! Proyek Galian di Jalan TB Simatupang Selesai Lebih Awal, Lalu Lintas Kembali Normal
-
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, WALHI Sebut Indonesia Gelap Semakin Nyata
-
Kasus Bullying Menimpa Timothy, Mendikti Saintek Hubungi Rektor Udayana Bicara Sanksi DO Pelaku?
-
Ray Rangkuti: Serbuan Massa ke DPR Bukti Gagalnya Politik Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran
-
Selain Ucapkan Ultah, Ini Tujuan Bahlil Sambangi Kediaman Prabowo di Kertanegara
-
Karena Faktor Ini, Ray Rangkuti Sebut Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran Semrawut
-
Komnas HAM Desak Pemerintah Hentikan Pendekatan Militer di Papua: Kekerasan Bukan Solusi
-
Ditanya Siapa Menteri Kena Tegur Prabowo, Bahlil: Saya Setiap Dipanggil Pasti Ditegur...