News / Nasional
Selasa, 09 September 2025 | 18:05 WIB
Gedung DPR federal Nepal dibakar massa, di tengah gelombang protes ribuan Gen-Z yang menentang pemblokiran media sosial dan korupsi pemerintah. [X]
Baca 10 detik
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Ribuan Gen-Z Nepal turun ke jalan melakukan demonstrasi menentang pemerintahan korup, yang berujung pembakaran gedung DPR federal. Banyak dari demonstran mengaku terinspirasi dari para pemuda Indonesia.

Diberitakan Reuters, Selasa (9/9/2025), ibu kota Nepal, Kathmandu, berubah menjadi medan bentrok ketika aparat keamanan melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet ke arah ribuan demonstran muda.

Aksi massa yang dipicu pemblokiran media sosial dan korupsi pemerintah, memuncak dalam upaya menduduki gedung parlemen, memaksa pemerintah memberlakukan jam malam.

Pemicu amarah massa adalah keputusan kontroversial pemerintah pimpinan Perdana Menteri KP Sharma Oli pekan lalu, untuk mematikan akses ke platform media sosial populer seperti Facebook.

Dalih yang digunakan adalah kegagalan platform tersebut untuk mendaftar secara resmi dan menjamurnya akun palsu penyebar disinformasi serta ujaran kebencian.

Namun, kebijakan yang dianggap sebagai bentuk sensor modern itu sontak menyulut perlawanan.

Lautan massa yang didominasi pelajar berseragam dan aktivis muda membanjiri jalan-jalan utama, bergerak menuju jantung pemerintahan.

Lewat spanduk-spanduk bernada tajam, mereka menyuarakan pesan yang jelas: “Hentikan Korupsi, Bukan Media Sosial” dan “Kembalikan Kebebasan Berekspresi Kami.”

Situasi memanas ketika para pengunjuk rasa yang frustrasi mencoba merobohkan barikade kawat berduri yang melindungi kompleks parlemen. Tindakan ini dibalas dengan respons keras dari aparat.

Baca Juga: Mahasiswa Masih Demo di Depan Gedung DPR: Tuntaskan Tuntutan 17+8 hingga Adili Jokowi Menggema!

“Kami terpaksa menggunakan kekuatan terukur setelah demonstran mulai bertindak anarkis dan membahayakan keamanan,” ungkap Muktiram Rijal, seorang juru bicara pemerintah setempat, sambil menegaskan bahwa jam malam diberlakukan untuk memulihkan ketertiban.

Bagi para demonstran, pemblokiran media sosial hanyalah puncak gunung es dari masalah yang lebih besar: korupsi sistemik yang mereka yakini telah mengakar dalam pemerintahan.

Banyak yang merasa pemerintah gagal memenuhi janji untuk menciptakan tata kelola yang bersih dan kini menggunakan isu keamanan siber untuk membungkam kritik.

Pada media sosial X, seorang demonstran mengungkap sedikitnya satu orang tewas dan lainnya terluka ditembak polisi.

"Seperti di Indonesia, satu orang tewas, dan tiga lainnya kini terluka ditembak. Seluruh kekuatan untuk kita kamerad, hidup revolusi," kata demonstran tersebut.

Sementara diberitakan BBC Internasional, Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli akhirnya mengundurkan diri di tengah gelombang protes massal tersebut.

Load More