- Pasukan elite Kopassus dijuluki The Blue Jeans Soldiers.
- Mereka menjalankan operasi intelijen rahasia di Timor Timur.
- Para prajurit bertugas sebagai sukarelawan tanpa pengakuan negara.
Suara.com - Foto sosok pria bertopi koboi di ruang kerja Prabowo Subianto saat dirinya masih menjadi Menteri Pertahanan RI, mengusik rasa penasaran publik.
Pasalnya, potret lelaki nyentrik itu berada di jajaran tokoh-tokoh militer kenamaan Indonesia seperti Jenderal LB Moerdani dan Jenderal M Yusuf.
Lalu siapakah dia? Ternyata itu adalah foto Kolonel Infanteri Dading Kalbuadi, tokoh legendaris Kopassus.
Ketika kehebatan Komando Pasukan Khusus atau Kopassus diakui dunia, salah satu bab paling menegangkan dalam sejarah mereka justru ditulis tanpa mengenakan seragam kebanggaan.
Ini adalah kisah The Blue Jeans Soldiers, tim elite yang menyusup ke jantung Timor Timur (sekarang Timor Leste) dengan penampilan layaknya warga sipil.
Operasi ini tak lepas dari peran sentral seorang komandan lapangan legendaris, Kolonel Inf Dading Kalbuadi.
Ia menjadi tokoh kunci dalam Operasi Seroja, salah satu operasi militer terbesar yang pernah dilancarkan Indonesia.
Jauh sebelum invasi terbuka dimulai, Kolonel Dading memimpin sebuah tim dari RPKAD (sekarang Kopassus) untuk melakukan infiltrasi, sebuah misi intelijen tempur yang sangat berisiko.
Menanggalkan Loreng, Memakai Jins Biru
Baca Juga: Giliran Gen Z Timor Leste Demo! Dipicu Pembelian Toyota Prado untuk Anggota DPR
Kemampuan infiltrasi atau menyusup ke wilayah lawan tanpa terdeteksi adalah keahlian utama prajurit Kopassus.
Kemampuan ini diuji hingga batas maksimal dalam misi di Timor Timur.
Alih-alih loreng kebanggaan dan baret merah, pasukan di bawah komando Dading Kalbuadi masuk ke wilayah konflik hanya dengan pakaian sipil.
Seledang kain khas Timor dan topi lokal menjadi pelengkap penyamaran mereka.
Misi ini digerakkan oleh Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) yang kala itu dipimpin oleh tokoh intelijen agresif, Mayjen Benny Moerdani.
Meskipun belum ada perintah resmi untuk operasi militer, Benny secara diam-diam telah menyusupkan personel intelijennya.
Mereka tergabung dalam tim-tim kecil yang diberi sandi "Nanggala", di bawah organisasi Pasukan Sandiyudha (Kopassandha).
Julukan ikonik The Blue Jeans Soldiers lahir dari pemandangan yang tak lazim di medan perang.
Para prajurit Komando ini lebih sering terlihat mengenakan celana blue jins dan kaus oblong.
Gaya bertempur yang terkesan sangar tapi santai ini, sebagaimana dicatat oleh Hendro Subroto dalam bukunya Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur (1996), membuat mereka dijuluki demikian.
Misi Berisiko Tinggi dengan Status Sukarelawan
Tugas utama Kolonel Dading dan anak buahnya adalah memasuki Timor Timur sebagai sukarelawan, tanpa identitas militer sama sekali.
Konsekuensinya sangat berat: jika mereka tertangkap atau gugur dalam bentrokan senjata, negara tidak akan mengakui mereka. Status mereka adalah relawan, hilang tanpa jejak resmi.
Penyamaran yang dilakukan pun sangat total. Sekitar 250 personel Parako (Pasukan Para Komando) dikirim ke perbatasan NTT-Timor Timur dengan menyamar sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Senjata api yang mereka bawa disembunyikan dalam karung-karung bertuliskan ‘alat-alat pertanian’.
Untuk menjaga kerahasiaan, tim Nanggala dipersenjatai dengan senjata non-organik TNI, seperti senapan serbu AK-47 dan Rocket Launcher (RL).
Bahkan dukungan udara pun dilakukan secara terselubung. Para penerbang militer yang menerbangkan pesawat sipil Pelita Air Service atau Dirgantara Air Service mengenakan seragam pilot komersial, namun di samping kursi mereka selalu siaga senapan serbu G-3 atau AK-47.
Setelah operasi militer terbuka digelar, The Blue Jeans Soldiers tidak berhenti bertugas.
Mereka terus mempertahankan gaya khas mereka sambil memburu milisi Fretilin yang melarikan diri ke hutan dan pegunungan.
Kelompok Fretilin yang dikenal sebagai "Kribo Hutan" karena rambutnya yang khas, menjadi target perburuan pasukan elite yang tetap setia dengan celana jinsnya di tengah belantara Timor Timur.
Tag
Berita Terkait
-
Giliran Gen Z Timor Leste Demo! Dipicu Pembelian Toyota Prado untuk Anggota DPR
-
Sejarah Peci dan Penggunaannya di Berbagai Daerah di Indonesia
-
'Jakarta Is Coming', Teror Kode di Dinding Jalanan Chile Jelang Kudeta Berdarah
-
Sejarah Nepal: Dari Kerajaan Kuno Hingga Republik Modern
-
Futsal di Era Digital: Dari Lapangan ke Layar Sosial Media
Terpopuler
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
Terkini
-
Dari Molotov Sampai Dispenser Jarahan, Jadi Barang Bukti Polisi Tangkap 16 Perusuh Demo Jakarta
-
BBM di SPBU Swasta Langka, Menteri Bahlil: Kolaborasi Saja dengan Pertamina
-
Polisi Tetapkan 16 Perusak di Demo Jakarta Jadi Tersangka, Polda Metro: Ada Anak di Bawah Umur
-
Skandal 600 Ribu Rekening: Penerima Bansos Ketahuan Main Judi Online, Kemensos Ancam Cabut Bantuan
-
Misteri Foto Detik-Detik Eksekusi Letkol Untung, Bagaimana Bisa Dimiliki AFP?
-
Kebijakan Baru Impor BBM Ancam Iklim Investasi, Target Ekonomi Prabowo Bisa Ambyar
-
Apresiasi Mendagri untuk Komisi II atas Dukungan terhadap Program Kinerja Kemendagri 2026
-
Penjelasan Lengkap Menkominfo Soal Video Presiden di Bioskop: Transparansi atau Propaganda?
-
Nasib 16 Calon Hakim Agung Ditentukan Besok, Komisi III DPR Gelar Rapat Pleno
-
Bukan karena Isu Ijazah Palsu, KPU Beberkan Alasan Data Capres Dirahasiakan