News / Nasional
Senin, 22 September 2025 | 12:00 WIB
Riady Foundation melalui program STEM Indonesia Cerdas menyelenggarakan kegiatan Makerspace Professional Development pada 19–20 September 2025 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta. (Dok: STEM)

Suara.com - Riady Foundation melalui program STEM Indonesia Cerdas menyelenggarakan kegiatan Makerspace Professional Development pada 19–20 September 2025 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta.

Program ini merupakan tindak lanjut dari peluncuran STEM Indonesia Cerdas pada 28 Mei 2025, sekaligus upaya untuk memperkuat kapasitas guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM) yang kontekstual, kreatif, dan relevan dengan kebutuhan keterampilan abad ke-21.

Dewan Pembina Riady Foundation yang juga inisiator Gerakan STEM Indonesia Cerdas, Dr. Stephanie Riady, M.Ed., mengatakan STEM bukan sekadar tentang rumus, robot, atau laboratorium. STEM adalah pola pikir. “STEM mengajarkan anak-anak kita untuk berani bertanya sebelum menjawab, mencari solusi sebelum menyerah, dan berkolaborasi sebelum berkompetisi,” kata Stephanie.

Lebih dari sekadar keterampilan teknis, kata Stephanie, STEM menanamkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, membaca pola, dan mengambil keputusan berbasis data. STEM adalah literasi abad ini, yang akan menentukan daya saing generasi bangsa ini di masa depan.

“STEM Indonesia Cerdas sendiri hadir sebagai inisiatif untuk menjawab tantangan peningkatan kualitas pendidikan Indonesia yang tidak hanya menekankan teori, tetapi juga mengedepankan pengalaman belajar praktis,” kata Stephanie.

Program ini mendorong penguasaan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi yang menjadi syarat utama generasi muda dalam menghadapi perubahan zaman.

Dalam pelatihan dua hari ini, sebanyak 74 guru sekolah dan madrasah di sekitar Jabodetabek akan mendapat pengenalan dan pembekalan konsep Ruang Karya, sebuah pendekatan makerspace yang mengintegrasikan teori dan praktik melalui kegiatan berbasis proyek sederhana, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan nyata siswa.

Dengan pendampingan langsung dari Koordinator Makerspace, Calum Walker, sebagai narasumber, peserta diharapkan tidak hanya memahami konsep, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang dapat segera diterapkan di kelas.

“Melalui kegiatan ini kami ingin menghadirkan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi guru, sehingga mereka bisa menularkan semangat inovasi kepada para siswa. Harapannya, sekolah-sekolah di Indonesia semakin siap melahirkan generasi yang adaptif, kreatif, dan tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan,” ujar Dorita Setiawan, Ph.D., Direktur STEM Indonesia Cerdas.

Baca Juga: Beda Pendidikan Gibran Vs Subhan Palal yang Gugat Ijazah Wapres

Selain membekali guru, indikator keberhasilan kegiatan ini juga akan terlihat dari implementasi nyata hasil pelatihan di sekolah atau madrasah masing-masing.

Guru peserta diharapkan mampu merancang pembelajaran berbasis proyek yang lebih relevan dengan keterampilan abad ke-21, sehingga berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa.

Dorita mengatakan bahwa konsep ini juga akan disebarkan dan diimplementasikan ke sekolah-sekolah di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah. ”Dapat ditekankan bahwa keterbatasan fasilitas tidak menjadi masalah, dan tidak menghalangi kreativitas, namun penguatan kapasitas guru menjadi kuncinya,” katanya.

Riady Foundation melalui STEM Indonesia Cerdas terus berkomitmen untuk menghadirkan terobosan dalam pendidikan Indonesia. Dengan kolaborasi berbagai pihak, kegiatan Makerspace Professional Development diharapkan menjadi langkah nyata dalam memperkuat kualitas guru dan mencetak peserta didik yang siap bersaing di tingkat global.

Pelita Harapan Group (PHG) sebagai unit filantropi Riady Foundation sudah melakukan asesmen Makerspace yang melibatkan 8.000 anak di seluruh jaringan sekolah PHG. Dan hasilnya menunjukkan bahwa terlepas dari kepemilikan fasilitas Makerspace, ketika guru memahami konsep STEM, lebih dari 80 persen murid tetap dapat belajar dan menikmati pembelajaran STEM dengan baik.

PHG memiliki jaringan yang mencakup 61 sekolah, tidak hanya di kota-kota besar tapi juga daerah-daerah pelosok di seluruh tanah air.***

Load More