News / Internasional
Selasa, 23 September 2025 | 11:21 WIB
Presiden Prabowo Subianto saat berpidato di KTT PBB. (Antara)
Baca 10 detik
  • Mikrofon Presiden Prabowo Subianto mati di akhir pidatonya di KTT PBB bukan karena masalah teknis atau perlakuan khusus
  • Meskipun terjadi insiden mikrofon, Menteri Luar Negeri Sugiono memastikan seluruh pesan penting Presiden Prabowo terkait dukungan kemerdekaan Palestina tersampaikan
  • Insiden serupa juga dialami Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, menegaskan bahwa pembatasan waktu pidato yang ketat adalah standar operasional dalam forum PBB

Suara.com - Sebuah insiden tak terduga mewarnai pidato Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Solusi Dua Negara terkait Palestina yang berlangsung di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, pada Senin (22/9/2025). Mikrofon yang digunakan Presiden Prabowo mendadak mati di menit-menit terakhir pidatonya, memaksa Kepala Negara untuk menyelesaikan penyampaian pesannya dengan suara yang lebih lantang.

Kejadian ini sontak menjadi perbincangan hangat, baik di kalangan delegasi maupun di media sosial. Namun, Menteri Luar Negeri Sugiono dengan sigap memberikan klarifikasi, memastikan bahwa insiden tersebut bukanlah masalah teknis ataupun perlakuan khusus terhadap Indonesia. Menurut Sugiono, seluruh pesan penting yang ingin disampaikan Presiden Prabowo tetap tersampaikan dengan jelas kepada audiens global.

"Saya kira intinya semua sudah disampaikan," kata Sugiono saat memberikan pengarahan media di Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) New York, Amerika Serikat, pada hari yang sama.

Sugiono menjelaskan bahwa insiden mati mikrofon tersebut merupakan bagian dari prosedur standar yang berlaku di forum PBB. Setiap kepala negara yang berpidato di KTT tersebut mendapatkan alokasi waktu yang ketat, yakni lima menit.

Mikrofon secara otomatis akan nonaktif begitu batas waktu yang ditentukan habis. Presiden Prabowo, kata Sugiono, berbicara sedikit lebih lama dari alokasi waktu yang diberikan, sehingga mikrofonnya terputus menjelang akhir pidato.

"Presiden Prabowo berbicara sedikit lebih lama dari alokasi waktu, sehingga mikrofon terputus menjelang akhir pidato," tambah Sugiono sebagaimana dilansir Antara.

Dia menegaskan bahwa hal ini bukan perlakuan diskriminatif terhadap Indonesia. Aturan pembatasan waktu ini berlaku universal untuk seluruh negara peserta, kecuali Prancis yang memang mendapat pengecualian waktu lebih lama pada sesi pembukaan.

Meskipun mikrofon mati, Sugiono meyakinkan bahwa bagian akhir pidato Presiden Prabowo tetap terdengar oleh audiens. Hal ini berarti seluruh poin penting yang disampaikan Indonesia, terutama terkait isu Palestina, telah tersampaikan dengan baik dalam batas waktu yang diberikan. "Saya kira semua pesan sudah tersampaikan," ucapnya, mengulangi keyakinannya.

Insiden serupa ternyata tidak hanya dialami oleh Presiden Prabowo. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang berpidato di urutan kedua dalam agenda yang sama, juga diketahui mengalami mati mikrofon.
Direktorat Komunikasi Turki merespons kejadian tersebut dengan penjelasan yang senada, yakni mikrofon terputus secara otomatis apabila sambutan diberikan melampaui batas waktu lima menit. Hal ini semakin memperkuat bahwa insiden tersebut adalah prosedur standar PBB, bukan insiden yang ditujukan secara spesifik kepada pemimpin negara tertentu.

Baca Juga: Aman New York: Biaya Menginap Capai Rp 400 Juta, Ini Profil Hotel Elit di AS

Dalam pidatonya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan dukungan teguh Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina. Ia juga mengungkapkan keprihatinan mendalam atas tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza, yang telah merenggut banyak korban jiwa dan menyebabkan penderitaan tak terhingga.

Presiden Prabowo mengutuk keras segala bentuk kekerasan yang menargetkan warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak, serta ancaman kelaparan dan bencana kemanusiaan yang terjadi di depan mata dunia.

Presiden Prabowo menegaskan bahwa tanggung jawab historis masyarakat internasional tidak hanya menyangkut masa depan Palestina, tetapi juga masa depan Israel dan kredibilitas PBB itu sendiri sebagai organisasi penjaga perdamaian dunia.

Sebagai bentuk komitmen nyata, Presiden Prabowo juga menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian, termasuk dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian jika diperlukan. Pidato ini menggarisbawahi posisi konsisten Indonesia dalam mendukung solusi damai dan keadilan bagi Palestina.

Load More