News / Nasional
Rabu, 24 September 2025 | 11:55 WIB
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Krisna Septiningrum (tengah) usai kegiatan konferensi internasional, Rabu (24/9/2025). (Suara.com/Irwan Febri)
Baca 10 detik
  • IPF menggelar konferensi internasional di Yogyakarta membahas inovasi kemasan berkelanjutan untuk mendukung ekonomi sirkular.

  • Kemenperin menegaskan dukungan melalui pembinaan dan kebijakan bagi industri kemasan.

  • ExxonMobil, Dow, Danone, dan Unilever berbagi praktik sirkular, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.

Suara.com - Federasi Pengemasan Indonesia (Indonesian Packaging Federation/IPF) sukses menggelar International Conference on Packaging in the Circular Economy: Best Approach for Sustainable Business di Yogyakarta pada 24–25 September 2025.

Acara ini mempertemukan beragam pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan pemerintah, lembaga internasional, akademisi, asosiasi, hingga pelaku industri, untuk membahas strategi inovasi kemasan dalam mendukung peta jalan menuju ekonomi sirkular Indonesia.

Diskusi ini menjadi semakin relevan seiring komitmen pemerintah menuju target net zero emission, di mana sektor kemasan menghadapi tantangan besar dari sisi regulasi, teknologi, hingga dinamika pasar.

Selama dua hari pelaksanaan, konferensi menghadirkan sejumlah pejabat tinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Kehadiran organisasi internasional seperti UNIDO Indonesia dan World Packaging Organisation (WPO) turut memperkuat bobot forum ini.

Lebih dari 20 narasumber dari berbagai latar belakang tampil sebagai pembicara, termasuk pemain global seperti ExxonMobil, Dow Chemical, DIC, serta produsen mesin kemasan internasional.

Sementara itu, merek besar seperti Danone dan Unilever berbagi pengalaman tentang inisiatif mereka mengintegrasikan sampah plastik ke dalam rantai pasok material, sebuah langkah yang menunjukkan praktik nyata dari prinsip ekonomi sirkular.

Selain dukungan industri, kalangan akademisi dan asosiasi juga menegaskan bahwa perubahan ke arah keberlanjutan sudah mulai terlihat nyata.

Kolaborasi antara pemilik merek, produsen, peritel, regulator, hingga peneliti diyakini menjadi kunci percepatan implementasi kemasan ramah lingkungan di Indonesia.

Baca Juga: Nasib Subsidi Motor Listrik Menggantung, Menperin: 'Tanya Saja ke Lapangan Banteng!'

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Krisna Septiningrum, menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong transformasi ini.

"Kami dari pemerintah sangat mendukung kegiatan ini. Apalagi ini berkaitan dengan salah satu di kami itu sirkular ekonomi ya. Kami membutuhkan support yang luar biasa dari IPF," kata Krisna.

Ia menambahkan, pihaknya akan mengambil peran pembinaan bagi industri kemasan yang menjadi bagian dari binaan Kemenperin.

"Sebenarnya kami ke arah pembinaan, terhadap industri-industri packagingnya. Karena kebetulan industri packaging di bawah binaan kami. Jadi nanti kami akan support yang bisa kami dilakukan, misal kebijakan supaya terwujudnya sirkuler ekonomi ini untuk industri packaging untuk hulu dan hilir," imbuhnya.

Dengan hasil yang dicapai dalam konferensi ini, IPF optimistis bahwa kemitraan lintas sektor akan mempercepat adopsi praktik berkelanjutan, mulai dari pengurangan limbah, perpanjangan siklus hidup produk, hingga terbukanya peluang model bisnis baru.

Forum ini pun menjadi momentum penting bagi Indonesia dan Asia dalam merancang masa depan kemasan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Load More