News / Nasional
Minggu, 28 September 2025 | 14:33 WIB
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan. (Suara.com/Lilis)
Baca 10 detik
  • Pemerintah janji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis.
  • FSGI mencatat terdapat masalah serius dalam pelaksanaan MBG di 14 provinsi. 
  • Hampir 7.000 anak menjadi korban keracunan MBG. 

Suara.com - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, menyoroti rentetan kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis atau MBG. Ia menekankan tiga aspek krusial yang harus menjadi prioritas dalam evaluasi program: kebersihan, inovasi berbasis kearifan lokal, dan pemberdayaan ekonomi perempuan.

Veronica menegaskan bahwa penyediaan makanan untuk anak sekolah tidak hanya soal kandungan gizi, tetapi yang paling mendasar adalah keamanannya dari sisi kebersihan.

"Memberikan makanan bukan hanya soal protein, tapi juga memastikan airnya bersih. Tempat makanannya dicuci dengan bersih hingga proses penyajiannya akurat supaya tidak terjadi lagi keracunan," kata Veronica dalam keterangan resminya, Minggu (28/9/2025).

Inovasi Lokal dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Ia juga mengusulkan agar pelaksanaan program disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing, salah satunya melalui inovasi seperti "kebun komunitas bergizi". Menurutnya, pendekatan ini tidak hanya akan memastikan pasokan bahan baku yang jelas, tetapi juga dapat menciptakan ekosistem ekonomi baru bagi komunitas, terutama kaum ibu.

"Perempuan sebenarnya tidak perlu lagi diberdayakan karena sejak di rumah pun mereka telah berdaya... Paling penting adalah bagaimana struktur dan daerah mampu memberikan akses lebih luas kepada perempuan agar perekonomian dapat berjalan," ucap Veronica.

Sebagai informasi, program MBG menjadi sorotan tajam setelah ribuan kasus keracunan terjadi di berbagai daerah. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat adanya masalah serius di 14 provinsi, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Sulawesi dan Nusa Tenggara.

Beberapa temuan FSGI di lapangan antara lain:

  • Makanan yang disajikan sudah basi.
  • Ditemukannya belatung atau kecoa di dalam makanan.
  • Buah yang dibagikan busuk atau berkualitas sangat buruk (contoh: semangka setipis tisu).
  • Ratusan porsi makanan terbuang sia-sia setiap hari.
  • Orang tua siswa diminta untuk membawakan makanan sendiri sesuai instruksi sekolah.

Baca Juga: Awas Keracunan! BGN Buka Hotline Darurat Program Makan Bergizi Gratis, Catat Dua Nomor Penting Ini

Load More