- Presiden Prabowo Subianto memerintahkan seluruh dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) wajib memiliki alat uji (test kit)
- Data resmi dari Badan Gizi Nasional mengungkap ada 70 insiden keracunan massal yang menimpa 5.914 penerima manfaat
- Penyebab utama keracunan adalah kontaminasi berbagai bakteri berbahaya seperti E. coli dan Salmonella pada makanan
Suara.com - Program ambisius Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi andalan Presiden Prabowo Subianto tercoreng oleh insiden keracunan massal yang menimpa ribuan anak dan ibu hamil di seluruh Indonesia. Merespons krisis ini, Presiden Prabowo memerintahkan semua dapur yang memasok program ini untuk secara ketat memiliki alat uji (test kit) guna mengetes makanan sebelum didistribusikan.
Perintah tegas ini menjadi bagian dari prosedur standar operasional (SOP) baru yang wajib dipatuhi oleh seluruh satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG). Langkah ini diambil setelah terungkapnya data mengejutkan: lebih dari 5.900 penerima manfaat menjadi korban keracunan sejak program ini diluncurkan.
Dalam pidatonya di sebuah acara partai politik di Jakarta, Senin (29/9/2025), Prabowo tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya atas insiden yang disebutnya sebagai "penyimpangan" serius ini.
"Jadi, saudara-saudara, 30 juta (penerima) kita bangga, kita risau masih ada (kasus keracunan), makanya kita tertibkan semua SPPG, semua dapur MBG. Kita sudah bikin SOP, semua alat harus dicuci pakai alat modern, dan tidak terlalu mahal untuk membersihkan, untuk membunuh semua bakteri. Kita juga perintahkan semua dapur harus punya test kit, alat uji, sebelum distribusi harus diuji dulu semua, dan langkah preventif lainnya," kata Presiden Prabowo sebagaimana dilansir Antara.
Prabowo mengumumkan bahwa per hari ini, program MBG telah menjangkau 30 juta orang, sebuah pencapaian signifikan. Namun, kebanggaan itu dibayangi oleh kesedihan mendalam akibat kegagalan dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan. Ia mengakui adanya dilema antara kecepatan ekspansi program dengan risiko penyimpangan yang lebih besar.
"Kita mengerti 30 juta suatu prestasi, tetapi ingat sasaran kita masih jauh, sasaran kita adalah 82 juta penerima manfaat. 30 juta, kita boleh bangga, tetapi saya sebagai Presiden masih-masih sangat sedih karena masih 50 juta anak-anak dan ibu hamil menunggu. Namun, kita tidak bisa paksakan untuk lebih cepat. Sekarang saja, bisa terjadi penyimpangan. Bayangkan kalau kita paksakan dengan secepatnya mungkin penyimpangan atau kekurangan bisa terjadi lebih dari itu," ujar Presiden.
Data dari Badan Gizi Nasional yang dirilis minggu lalu melukiskan gambaran suram dari "penyimpangan" tersebut. Sepanjang periode Januari hingga September 2025, tercatat ada 70 insiden keamanan pangan, termasuk keracunan, yang berdampak pada 5.914 penerima MBG.
Sebaran kasusnya pun merata di seluruh Indonesia. Wilayah Jawa menjadi yang terparah dengan 41 kasus yang memakan 3.610 korban. Disusul oleh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara dengan 20 kasus (997 korban), serta wilayah Sumatera dengan 9 kasus (1.307 korban).
Penyebab utama dari puluhan kasus keracunan ini adalah kontaminasi bakteri berbahaya. Hasil uji laboratorium menemukan adanya bakteri E. coli pada air, nasi, tahu, dan ayam.
Selain itu, ditemukan juga Staphylococcus aureus pada tempe dan bakso, Salmonella pada ayam, telur, dan sayur, serta Bacillus cereus pada menu mie. Sumber air yang terkontaminasi bakteri Coliform, PB, Klebsiella, dan Proteus juga menjadi biang keladi.
Baca Juga: JPPI Ungkap 3 Masalah Fundamental Program MBG, Desak Reformasi Badan Gizi Nasional
Berita Terkait
-
Gaji Tukang Masak MBG dan Pencuci Piring Nampan MBG: Bisa Capai 5 Jutaan?
-
Apa Itu SPPG dalam Program Makan Bergizi Gratis? Intip Tugas dan Gajinya
-
JPPI Ungkap 3 Masalah Fundamental Program MBG, Desak Reformasi Badan Gizi Nasional
-
Ngaku Tak Dendam, Prabowo Blak-blakan: Anies yang Bantu Aku Menang karena Emak-emak Kasihan
-
Chef Arnold Ngamuk Lihat Kebersihan Dapur MBG, Kebanyakan Ngonten Ketimbang Jaga Makanan
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Malam Tahun Baru 2026 Jalur Puncak Berlaku Car Free Night, Cek Jadwal Penyekatannya di Sini
-
Rilis Akhir Tahun 2025 Polda Riau: Kejahatan Anjlok, Perang Lawan Perusak Lingkungan Makin Sengit
-
Rekaman Tengah Malam Viral, Bongkar Aktivitas Truk Kayu di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Kadinsos Samosir Jadi Tersangka Korupsi Bantuan Korban Banjir Bandang, Rugikan Negara Rp 516 Juta!
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!