News / Nasional
Selasa, 30 September 2025 | 08:13 WIB
Potret Monumen Pancasila Sakti - Dimana G30S/PKI Terjadi. (Dok. Kemdikbud)
Baca 10 detik
  •  Jessica mengetahui G30S/PKI sebagai gerakan tahun 1965 yang diwarnai upaya kudeta.
  •  Para siswa merasa pembelajaran G30S/PKI di sekolah masih terbilang kurang mendalam.
  • Ryanira menuturkan, bahwa dari pelajaran yang didapat di sekolah hanya menceritakan kronologi dari kejadian G30S/PKI.

Menariknya, ia menyadari adanya peran propaganda yang dimainkan pemerintah Orde Baru di masa lalu, sebuah kesadaran yang juga diungkapkan oleh gurunya.

“Guruku juga sempat bilang kalau dulu peristiwa ini dipakai sebagai propaganda pemerintah Orde Baru lewat film yang diputar tiap tahun,” katanya.

Film Pengkhianatan G30S/PKI besutan Arifin C. Noer memang menjadi sumber informasi kedua terbanyak bagi anak muda setelah buku pelajaran.

Pada masa Orde Baru, film ini menjadi tontonan wajib tahunan yang efektif menanamkan narasi tunggal versi pemerintah.

Namun, bagi Gen Z, film tersebut kini ditonton dengan kacamata yang lebih kritis, bahkan menjadi objek diskusi dan candaan di media sosial.

Kesadaran akan adanya versi sejarah lain membuat peristiwa ini semakin menarik bagi mereka.

Rahmadani Al-qowiyyu Nabilah, siswi lainnya, bahkan menyinggung adanya teori konspirasi yang melibatkan Soeharto, yang tidak pernah ia dapatkan dari buku teks resmi.

“Beberapa sumber menyebutkan bahwa ada versi sejarah G30S/PKI yang berbeda dari yang diajarkan di sekolah. Beberapa teori konspirasi menyebutkan bahwa Soeharto mungkin terlibat dalam perencanaan peristiwa tersebut untuk merebut kekuasaan dari Soekarno,” ungkap Rahmadani.

Hal ini sejalan dengan pandangan generasi muda lainnya yang merasa perlu ada pembahasan dari sudut pandang lain, termasuk dari sisi komunisme itu sendiri, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

Baca Juga: Futsal dan Leadership Skills Gen Z

Daya Tarik Misteri

Bagi Gen Z, G30S/PKI bukan hanya tentang masa lalu. Ryanira melihat daya tariknya pada misteri yang belum terpecahkan.

"Ceritanya masih banyak versi, masih misteri siapa dalang dibalik semua ini, dan pengaruhnya ke politik sekarang tuh masih kerasa banget, kayak misalnya kalo ada perbedaan pendapat pasti dituduh jadi komunis dan lain-lain," jelasnya.

Stigma komunis yang masih kerap digunakan sebagai senjata politik hingga hari ini menjadi bukti nyata bahwa dampak peristiwa 1965 belum sepenuhnya usai.

Sementara di lain sisi, Nha Ryanti lebih tertarik pada aspek media dan pembentukan opini publik.

“Sebagai Generasi muda atau Gen Z, aku tertarik bagaimana media waktu itu dipakai untuk mengatur cara orang melihat sejarah, soalnya beda banget sama sekarang yang infonya bisa lebih terbuka lewat internet,” ujarnya.

Load More