- Masyarakat sipil menegaskan penolakan terhadap impunitas, kriminalisasi, dan upaya penghapusan sejarah.
- Negara justru kerap menyingkirkan suara korban dan memoles wajah pelaku.
- Mereka juga menyoroti manipulasi sejarah yang berpotensi menghapus jejak penting gerakan perempuan.
Suara.com - Aksi Kamisan kembali digelar untuk ke-880 kalinya di depan Istana Merdeka, Jakarta. Aksi kali ini digelar tiga hari menjelang peringatan hari ulang tahun ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dalam aksi tersebut, masyarakat sipil menegaskan penolakan terhadap impunitas, kriminalisasi, dan upaya penghapusan sejarah.
Lebih dari dua juta orang disebut pernah menjadi korban penahanan, penyiksaan, hingga penghilangan paksa dalam sejarah kelam bangsa.
Namun, alih-alih menghadirkan keadilan, negara justru kerap menyingkirkan suara korban dan memoles wajah pelaku.
“Seolah sejarah hanya milik mereka yang berkuasa, bukan milik mereka yang menderita. Tanpa keberanian untuk mengingat luka, bangsa ini hanya akan mewariskan trauma,” tegas salah satu orator dalam Aksi Kamisan, Kamis (2/10/2025).
Dalam pernyataan sikap, orator tersebut menyampaikan lima tuntutan utama:
- Mengadili pelaku tragedi Kanjuruhan, termasuk aparat keamanan yang bertanggung jawab secara komando.
- Mendesak Jaksa Agung menindaklanjuti berkas penyelidikan Komnas HAM terkait tragedi 1965–1966 serta pelanggaran HAM berat lainnya sesuai Pasal 21 ayat 3 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
- Kepada kepolisian, Kepada Kapolri, menghentikan kriminalisasi dan segera membebaskan aktivis, mahasiswa, serta warga yang ditangkap sewenang-wenang.
- Kepada Presiden, menghentikan proyek penulisan ulang sejarah dan menolak pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto, karena dinilai melanggengkan impunitas dan mengaburkan fakta sejarah.
- Penyelidikan pro justitia komnas ham, kepada komnas ham, atas kasus dugaan berat HAM, termasuk kasus pembunuhan Munir Said Thalib harus ditentukan secara independen dan tidak boleh di intervensi oleh siapa pun.
Selain itu, salah satu peserta aksi bernama Ocha, secara khusus menyoroti manipulasi sejarah yang berpotensi menghapus jejak penting gerakan perempuan.
Ocha menilai pemerintah berusaha menghapus jejak penting gerakan perempuan.
“Terkait penulisan sejarah baru, banyak hal yang dihapus. Contohnya kongres perempuan, padahal itu salah satu titik awal gerakan perempuan Indonesia," jelas Ocha.
Baca Juga: Prabowo Pamer Kekuatan Puluhan Kapal Perang, Jet Tempur, dan Pasukan Khusus di HUT TNI ke-80
"Sampai sekarang pun kita sebagai perempuan masih belum merdeka, belum mendapatkan hak sepenuhnya, tapi mau dihapus oleh pemerintah,” tambahnya.
Ia menegaskan, kritiknya ditujukan langsung kepada pemerintah, Presiden Prabowo, serta aparat TNI yang disebutnya tidak menunjukkan empati.
“Saya mengutuk keras kepada pemerintah, kepada Prabowo, juga kepada bapak-ibu TNI yang lalu lalang di sini dengan sangat nirempati. Semoga mereka semua cepat sadar,” kata dia dengan nada emosional.
Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena
Berita Terkait
-
Prabowo Bakal Teken Perpres Tata Kelola MBG, Puan: Jangan Sampai MBG Bermasalah Lagi di Lapangan
-
Ramai Kasus Keracunan, Melanie Subono Luncurkan Program 'MBG Gak Beracun'
-
Di Atas KRI Radjiman, Prabowo Anugerahkan Pangkat Kehormatan dan Bintang Yudha Dharma Pratama
-
Marak Kasus Keracunan MBG, Gus Miftah: Programnya Super Bagus, yang Salah Dievaluasi Bukan Dihapus
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
Kalibata Terendam Setengah Meter, Warga Terjebak, Anak Sekolah Terpaksa 'Nyeker' Terjang Banjir
-
Dongkrak Investasi, Gubernur Ahmad Luthfi Minta Perbanyak Gelar Forum Bisnis
-
Plot Twist Kasus Curanmor Cengkareng: Dituduh Maling Gegara Baju, 6 Pria Malah Positif Sabu
-
Kemenko Kumham Imipas Gelar Rapat, Bahas Implementasi KUHP hingga Penyelesaian Overstay Tahanan
-
MK Larang Polisi Aktif Rangkap Jabatan Sipil, Menkum: Yang Sudah Terlanjur Tak Perlu Mundur
-
Bebas Berkat Amnesti Prabowo, KPK Ungkap Momen Hasto Kristiyanto Cocokkan Nomor Tahanan
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 18 November 2025: Hujan di Sebagian Besar Wilayah
-
Menteri P2MI: Ada 352 Ribu Lowongan Kerja di Luar Negeri, Baru 20 Persen WNI yang Lamar
-
Pramono Sebut Harimau Kurus Viral di Ragunan Miliknya: Mungkin Kangen Sama Saya
-
Menpan RB Siap Patuhi Putusan MK: Polisi Aktif Wajib Mundur dari Jabatan Sipil, Tak Ada Celah Lagi