- Buku dipilih sebagai simbol perlawanan karena sering dijadikan barang bukti dalam kasus kriminalisasi aktivis.
- Kebijakan yang lahir belakangan ini dinilai lebih banyak simbolis.
- Meski DPR sedang dalam masa reses, massa menilai hal itu bukan alasan untuk menghindar dari aspirasi rakyat.
Suara.com - Berbeda dengan demo biasanya, aksi yang dilakukan koalisi masyarakat sipil hingga mahasiswa kali ini diwarnai dengan kegiatan lain yang unik, dikemas dalam rapat dengar pendapat warga dengan tujuan merepresentasikan.
Buku dipilih sebagai simbol perlawanan karena sering dijadikan barang bukti dalam kasus kriminalisasi aktivis.
“Pemerintah takut terhadap ilmu pengetahuan, takut terhadap buku, dianggap radikal atau penghasutan. Kami ingin menunjukkan bahwa cara melawan itu banyak, salah satunya dengan membaca,” kata Ketua BEM UI Zayyid Sulthan Rahman di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta (6/10/2025).
Aksi ini juga disebut inklusif, terbuka untuk masyarakat umum, bukan hanya mahasiswa.
Beberapa elemen yang bergabung antara lain Serikat Mahasiswa Indonesia, Serikat Pekerja Kampus, hingga kelompok lingkungan Extinction Rebellion.
Dari Universitas Indonesia, massa aksi diperkirakan sekitar 70 orang.
Poster-poster yang dibentangkan semakin menegaskan pesan aksi beberapa tulisannya adalah: “Penyitaan buku adalah tanda ketakutan negara pada pengetahuan”.
Kemudian “Lawan Kriminalisasi: Protes adalah Hak!”, “Ku bisa tenggelam di lautan, aku bisa diracun di MBG” dan “Reset Indonesia”.
Massa juga menyoroti lemahnya keseriusan pemerintah dalam mereformasi institusi kepolisian, Dewan Perwakilm Rakyat (DPR), dan partai politik.
Baca Juga: Sukses KKL, Mahasiswa Fakultas Hukum dan Komunikasi Belajar Langsung dari Industri Hingga Praktisi
Kebijakan yang lahir belakangan ini dinilai lebih banyak simbolis, seperti kenaikan tunjangan DPR, sementara isu-isu krusial seperti ketenagakerjaan, pendidikan, hingga program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih bermasalah.
“Aksi ini ingin menyimbolkan keseriusan kami. Kami mengawal isu-isu itu tidak main-main, dan tidak berhenti pada simbolisasi saja,” kata Ketua BEM UI.
Meski DPR sedang dalam masa reses, massa menilai hal itu bukan alasan untuk menghindar dari aspirasi rakyat.
Mereka bahkan menggelar forum tandingan bernama “Rapat Dengar Pendapat Warga” (RDPW) untuk menampung suara masyarakat.
“Demokrasi itu tidak boleh terhalang birokrasi atau timeline institusi. Yang dibutuhkan hanya political will dari pejabat,” tegas Zayyid.
Aksi dengan konsep piknik protes ini direncanakan berlangsung hingga pukul 18.00 WIB.
Berita Terkait
-
Demo di DPR, Koalisi Sipil hingga Mahasiswa Desak Hentikan Represi dan Bebaskan Tahanan Politik
-
Demo BEM UI Hari Ini, Polisi Turunkan Ribuan Personel Tanpa Senjata Api
-
Dianggap Relate Dengan Kehidupan Mahasiswa, Apa Itu Sindrom Duck Syndrome?
-
Di Balik Rindu Rumah: Mengapa Mahasiswa Rantau Sering Alami Homesickness?
-
Sukses KKL, Mahasiswa Fakultas Hukum dan Komunikasi Belajar Langsung dari Industri Hingga Praktisi
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Rakor Kemendagri Bersama Pemda: Pengendalian Inflasi sampai Imbauan Evaluasi Kenaikan Harga
-
Cegah Pencatutan Nama Buat Korupsi, Kemenkum Wajibkan Verifikasi Pemilik Asli Perusahaan via Notaris
-
Siap Rekonsiliasi dengan Kubu Agus, Mardiono Sebut Akan Difasilitasi 'Orang-orang Baik', Siapa?
-
IETD 2025: Energi Bersih Bisa Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Bagaimana Caranya?
-
Berkaca dari Kasus Al-Khoziny, DPR Usulkan Pemerintah Beri Subsidi IMB untuk Pondok Pesantren
-
Susul Viral Tepuk Sakinah, Kini Heboh Tepuk Pajak dari Pegawai DJP
-
Di Depan Perwakilan Keluarga, Polisi Akui Belum Temukan HP Pribadi Arya Daru
-
Demo di DPR, Koalisi Sipil hingga Mahasiswa Desak Hentikan Represi dan Bebaskan Tahanan Politik
-
HUT ke-80 TNI di Monas Hasilkan 126,65 Ton Sampah!
-
Pemerintah Tegaskan Pasal 8 UU Pers Sudah Jamin Perlindungan Hukum bagi Wartawan