News / Nasional
Selasa, 14 Oktober 2025 | 17:18 WIB
Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar (Cak Imin). (Suara.com/Lilis Varwati)
Baca 10 detik
  • Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar mengungkap masih adanya kesenjangan besar antar-pesantren di Indonesia.
  • Sebagian kecil pesantren sudah maju, namun mayoritas masih tertinggal dan dihuni santri dari keluarga miskin ekstrem.
  • Ia menilai perlunya kurikulum pemberdayaan agar lulusan pesantren tak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu mandiri sebagai pelaku usaha di masyarakat.

Suara.com - Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyoroti kesenjangan besar antar-pesantren di Indonesia. Ia menyebut sebagian pesantren sudah maju dan berorientasi pada pendidikan modern, namun sebagian besar lainnya masih jauh tertinggal.

“Di samping pesantren-pesantren yang maju, masih banyak pesantren yang amat sangat jauh dari kemajuan dan masih dalam ketertinggalan,” ujar Cak Imin dalam sambutan pada acara penandatangan MoU Sinergi Dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Pesantren di Kantor Kemenko PM, Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Cak Imin mengungkapkan, berdasarkan pemetaan Kemenko PM, sekitar 80 persen santri berasal dari keluarga miskin ekstrem atau desil satu dan desil dua yang berarti miskin.

Biaya pendidikan yang murah bahkan gratis, disebut Cak Imin, jadi salah satu faktor banyak anak dari kalangan ekonomi ke bawah memilih pesantren.

Menurutnya, kondisi tersebut menjadikan pesantren tetap menjadi pilihan utama masyarakat kecil yang mencari pendidikan sekaligus pembinaan moral.

Ia menilai kepercayaan masyarakat terhadap pesantren tetap tinggi meski fasilitas dan dukungan ekonomi sebagian pesantren masih minim.

“Pesantren tumbuh berkembang dan laku, bahkan selain itu mendapatkan kepercayaan yang total dari masyarakat untuk menitipkan anak didik mereka,” ujarnya.

Lebih lanjut, Muhaimin menyoroti fenomena banyak pesantren yang tidak menitikberatkan pendidikan pada ijazah, melainkan pada kemampuan hidup mandiri.

Namun, tidak adanya ijazah bisa jadi membuat lulusan pesantren kesulitan ketika melamar kerja sektor formal.

Baca Juga: Siapa Pemilik Pondok Pesantren Lirboyo? Ini Tokoh Paling Berpengaruh

Karena itu, ia menegaskan pentingnya pemerintah memperkuat kurikulum pemberdayaan di lingkungan pesantren. Tujuannya agar lulusan pesantren tak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu menjadi pelaku usaha di masyarakat.

"Kurikulum pemberdayaan menjadi bagian integral dari upaya kita membangun lulusan-lulusan pesantren yang siap bekerja sekaligus siap mandiri menjadi pelaku usaha yang menopang usaha masyarakat," katanya.

Load More