- TNI menegaskan kebijakan bebas aktif menjadi landasan pembelian alutsista dari negara manapun, termasuk rencana akuisisi jet tempur Chengdu J-10 dari China.
- Indonesia saat ini sangat bergantung pada armada jet tempur F-16 buatan AS.
- Analisis komparatif menunjukkan J-10 setara dengan F-16 generasi akhir, menegaskan modernisasi pertahanan udara Indonesia.
Suara.com - Isu rencana akuisisi jet tempur Chengdu J-10 buatan China oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI kembali mencuat, memicu spekulasi publik mengenai kemungkinan dampak hubungan militer strategis Indonesia, terutama dengan Amerika Serikat (AS).
Kekhawatiran ini cukup beralasan, mengingat Indonesia memiliki ketergantungan historis yang mendalam pada teknologi alutsista AS, seperti jet tempur F-16.
Menanggapi sinyal kuat pembelian J-10 yang disampaikan Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI, Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah, angkat bicara.
Ia menegaskan bahwa rencana pembelian pesawat tempur dari Tiongkok tersebut tidak akan mengganggu hubungan militer dengan mitra strategis manapun, termasuk AS.
"Adapun mengenai hubungan militer Indonesia dengan Amerika Serikat, TNI tetap menjalankan kerja sama pertahanan dengan seluruh mitra strategis secara baik, menjaga hubungan dengan keduanya secara proporsional," kata Freddy, dikutip via Antara.
Menurut Freddy, landasan utama yang memungkinkan Indonesia tetap menjalin kemitraan dengan seluruh negara, baik Barat maupun Timur, adalah sistem politik luar negeri bebas aktif.
Prinsip inilah yang memayungi TNI untuk terus membina hubungan baik dan memperkuat kerja sama militer, mulai dari latihan bersama, pertukaran prajurit, hingga transfer dan pertukaran teknologi alutsista.
Pernyataan ini muncul di tengah proses pengkajian intensif oleh TNI Angkatan Udara (AU) terhadap J-10, yang disebut oleh Kepala Biro Informasi Pertahanan Setjen Kemhan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, sebagai upaya mencari platform alutsista terbaik untuk memperkuat pertahanan udara.
J-10 vs F-16: Kompetitor Fighting Falcon
Baca Juga: IHSG Rontok di Sesi Pertama Perdagangan Selasa, Ini Pemicunya
Keputusan untuk melirik J-10 dari China memang secara strategis menarik, mengingat Indonesia telah lama menjadi operator utama jet tempur buatan AS. Alutsista buatan AS yang menjadi tulang punggung pertahanan udara Indonesia meliputi:
F-16 Fighting Falcon: Jet tempur multiperan yang dioperasikan TNI AU sejak era 1980-an, dan telah ditingkatkan (upgrade) beberapa kali. F-16 ini merupakan salah satu jet tempur andalan Blok Barat.
Helikopter dan Pesawat Angkut: Sejumlah armada angkut dan helikopter seperti Boeing 737 (untuk patroli maritim dan VVIP) hingga helikopter latih juga merupakan produk AS.
Sistem Senjata dan Radar: Sebagian besar sistem radar dan persenjataan udara-ke-udara modern TNI AU, seperti rudal AIM-120C-7, merupakan buatan AS.
Secara kemampuan, Chengdu J-10, khususnya varian J-10C, kerap disebut-sebut oleh analis militer sebagai pesawat tempur yang setara dengan versi canggih Lockheed Martin F-16.
Kedua jet ini memiliki ukuran dan daya dorong yang relatif seimbang sebagai pesawat multiperan. J-10 dilengkapi dengan canard fore plane dan teknologi fly by wire, yang membuatnya sangat lincah dalam pertempuran jarak dekat (dogfight).
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- Ke Mana Saja Rp26 Triliun Dana Transfer Pusat Mengalir di Sulawesi Selatan?
Pilihan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
-
Ironi di Kandang Sendiri: UMKM Wajib Sertifikasi Lengkap, Barang China Masuk Bebas?
Terkini
-
Gus Yahya Tolak Ultimatum Syuriyah PBNU, Tegaskan Tetap Jalankan Amanat Muktamar
-
Kejagung Telah Periksa Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu Terkait Dugaan Korupsi Pajak 20162020
-
Kejagung Telah Periksa Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu Terkait Dugaan Korupsi Pajak 20162020
-
Mendagri Dorong Daerah Kelola Sarpras Olahraga secara Profesional
-
Jalur Medan-Aceh Tamiang Mulai Normal, BNPB Pastikan Jaringan Listrik Bisa Segera Pulih
-
DPR Beri Lampu Hijau: Menteri PU dan Basarnas Silakan Pakai Dana Darurat untuk Bencana Sumatera
-
Pakar Hukum Desak Reformasi Polri Secara Radikal: Komisi III Harus Berani Berbenah Total
-
Kisah Pria Sampai Sewa Alat Berat Sendiri, Demi Temukan Jasad Ibu yang Tertimbun Longsor di Agam
-
Ratusan Nyawa Melayang, Mengapa Status Bencana Nasional Masih Menggantung?
-
Komisi III DPR: Reformasi Polri Harus Kultural, Bukan Struktural