-
- Fragmentasi hutan di Indonesia memicu lonjakan konflik manusia–satwa liar.
- Para ahli menilai tata ruang perlu direvisi dengan mempertimbangkan koridor alami satwa.
- Koeksistensi manusia dan satwa bisa dibangun lewat ekowisata dan pertanian ramah lingkungan.
Suara.com - Kerusakan dan fragmentasi hutan di Indonesia kini mencapai titik yang mengkhawatirkan. Hutan yang dulu rimba dan menjadi rumah bagi satwa liar kini terbelah menjadi potongan-potongan kecil akibat pembukaan lahan dan pembangunan jalan serta permukiman.
Menurut para ahli, kondisi ini mendorong konflik manusia–satwa liar ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Fragmentasi lebih berbahaya daripada sekadar pengurangan luas hutan,” ujar Prof. Hendra Gunawan, Peneliti Ahli Utama Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati BRIN, saat ditemui di KST Soekarno, Cibinong, Selasa, 21 Oktober 2025.
Hendra menjelaskan bahwa predator besar seperti harimau dan macan membutuhkan wilayah luas untuk hidup dan berburu.
Data BRIN mencatat setidaknya 137 insiden konflik manusia–satwa liar terjadi di 14 kabupaten/kota di Sumatera Barat sepanjang 2005–2023. Sebagian besar kawasan itu sudah mengalami fragmentasi hutan yang parah.
Baru-baru ini, dua kejadian viral memperkuat peringatan itu. Seekor macan tutul jawa masuk ke sebuah hotel di Bandung, sementara harimau sumatra terlihat berkeliaran di area kantor BRIN di Agam.
“Kalau mereka muncul di kebun, jalan, bahkan hotel, itu tanda mereka terpaksa keluar untuk bertahan hidup,” ujarnya.
Menurut Hendra, satwa liar seperti macan tutul mudah kehilangan orientasi di lingkungan buatan. “Bagi macan tutul, pepohonan adalah referensi visualnya. Begitu ia masuk ke bangunan beton tanpa vegetasi, ia kehilangan arah dan bisa panik,” jelasnya.
Ia menegaskan, peta ruang Indonesia perlu digambar ulang dengan cara pandang ekologi.
Baca Juga: Jabodetabek Darurat Lingkungan, Menteri LH: Semua Sungai Tercemar!
Rancangan tata ruang tak boleh hanya memuat jalan raya dan kawasan industri, tapi juga koridor satwa yang menghubungkan hutan-hutan terpisah. Tanpa koneksi antarhabitat, satwa akan terus tersesat ke dunia manusia.
Hendra menambahkan, mencegah konflik tak cukup dengan pagar dan patroli. Diperlukan empat langkah kunci: menghindari pertemuan langsung, memitigasi dampak konflik, menumbuhkan toleransi, serta membangun koeksistensi yang saling menguntungkan — misalnya lewat ekowisata komunitas atau pertanian ramah satwa.
“Kalau masyarakat bisa melihat harimau bukan sebagai ancaman, tapi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem, kita bisa hidup berdampingan dengan damai,” ujarnya.
Fenomena ini menjadi alarm ekologis bagi Indonesia.
“Harimau bukan musuh kita, mereka adalah cermin dari kesehatan hutan. Jika harimau hilang, itu artinya ekosistem kita runtuh. Menjaga harimau berarti menjaga masa depan kita sendiri,” tutup Hendra.
Penulis: Muhammad Ryan Sabiti
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
Terkini
-
Usai Ancam Pecat Anak Buah jika Ngibul soal Dana Ngendap, KDM: Saya jadi Gak Enak Nih
-
Survei IDSIGH Ungkap Kinerja Gibran Stabil Sepanjang Tahun Pertama
-
Kemen PPPA: Kasus Kekerasan Santri di Malang Tunjukkan Lemahnya Perlindungan Anak di Pesantren
-
Suami Pembakar Istri di Otista Ternyata Residivis, Ancaman Hukuman Ance Diperberat!
-
Imbas Dana Transfer ke Jakarta Dipangkas Rp15 Triliun, Pembangunan Rusun hingga GOR Terancam Ditunda
-
Menkum Spill Tipis-tipis Nama Ketua Dewan Pembina PSI: Habis Huruf J Huruf E
-
Dilaporkan ke KPK, Ketua Bawaslu Bagja Bantah Korupsi Rp12,14 Miliar Terkait Proyek Renovasi Gedung
-
Data BI Patahkan Tudingan Purbaya soal Dana Nganggur Rp4,1 T, KDM: Jangan Ada Lagi Pernyataan Keliru
-
Kapan Sahroni hingga Uya Kuya Disidang? Dasco: Rabu 29 Oktober
-
Kasir Alfamart Diperkosa Atasan hingga Tewas, Liciknya Heryanto Demi Hilangkan Jejak Pembunuhan Dini