- Kemenangan China dalam tender proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung diduga kuat karena tidak adanya syarat jaminan APBN, sebuah syarat yang akhirnya dilanggar di tengah jalan
- Pengamat Ekonomi Anthony Budiawan mencurigai adanya "kamuflase" dalam proses tender
- Biaya pembangunan Whoosh per kilometer hampir tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan proyek sejenis di China
Suara.com - Polemik mega proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) kembali memanas dengan tudingan serius dari pengamat ekonomi, Anthony Budiawan. Ia menduga kuat adanya permainan di balik layar saat proses tender, yang akhirnya memenangkan China sebagai pelaksana proyek. Menurutnya, Jepang yang seharusnya menjadi pemenang tender sengaja dilibatkan hanya untuk mengatrol harga penawaran dari China.
Anthony Budiawan, yang juga mantan Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, secara blak-blakan mengungkapkan bahwa proposal yang diajukan Jepang pada awalnya jauh lebih menarik dibandingkan dengan proposal dari China. Namun, satu syarat krusial menjadi pembeda utama, Jepang meminta adanya jaminan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sementara China tidak.
"Penawaran Jepang lebih menarik, tetapi ada alasan-alasannya Jepang memberikan mewajibkan ada jaminan APBN pemerintah, dan China tidak,” kata Anthony dalam sebuah diskusi yang dikutip dari kanal YouTube INews Tv, Kamis (23/10/2025).
Faktor inilah yang kemudian menjadi kunci kemenangan China dalam perebutan proyek strategis nasional tersebut.
"Maka China diberikan. Konteksnya itu,” terang Anthony.
Ia menegaskan bahwa ketiadaan jaminan APBN merupakan faktor penentu yang seharusnya tidak bisa diubah di kemudian hari.
"Artinya tidak ada jaminan dari pemerintah, key factor untuk memenangkan China,” ujarnya.
Namun, dalam perjalanannya, proyek ini justru mendapatkan suntikan dana dari APBN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT KAI sebagai pimpinan konsorsium BUMN. Perubahan krusial inilah yang menurut Anthony mencederai proses tender awal. Jika syarat ini diubah, ia berpendapat bahwa Jepang seharusnya yang keluar sebagai pemenang.
“Artinya itu tidak boleh diubah. Kalau itu diubah, maka sebetulnya Jepang yang menang. Harusnya,” ucapnya.
Baca Juga: Akademisi Bongkar Dugaan Skandal Whoosh Era Jokowi: Proyek Molor, Anggaran Bengkak
Anthony bahkan mencurigai adanya kamuflase sejak awal untuk memenangkan China.
"Kalau diubah belakangan, maka artinya ini adalah kamuflase. Artinya awalnya aja Anda memenangkan, nanti kita ubahlah. Nanti saya kasih jaminanlah. Kan begitu,” terangnya.
Lebih jauh, ia menyoroti dugaan bahwa keikutsertaan Jepang dalam tender hanyalah strategi untuk membuat penawaran China terlihat lebih kompetitif.
“Jepang memang diikutkan di dalam tender Jakarta-Bandung, tetapi kemudian saya mencurigai bahwa Jepang diikutkan karena untuk mengatrol harga karena harga itu murah sekali,” jelasnya.
Menurutnya, tanpa kehadiran Jepang sebagai pembanding, harga yang ditawarkan China bisa jadi jauh lebih rendah.
“Dari Cina seharusnya murah, mungkin bisa 60 persennya. Nah, makanya Jepang diikutsertakan. Kesatu adalah memang harus ada tender dan kedua adalah memang untuk mengatrol harga,” sambungnya.
Berita Terkait
-
Akademisi Bongkar Dugaan Skandal Whoosh Era Jokowi: Proyek Molor, Anggaran Bengkak
-
Adian Napitupulu 'Sentil' Proyek Whoosh: Bongkar Biaya Bengkak, Siapa yang Negosiasi Awal?
-
Polemik Utang Hingga Dugaan Markup Whoosh, PDIP Tugaskan Fraksi Lakukan Kajian
-
Utang Kereta Cepat Whoosh Direstrukturisasi
-
Tak Perlu Tunggu Mahfud, KPK Endus Dugaan Korupsi Whoosh Anggaran Bengkak 3 Kali Lipat Disorot
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
- 5 Rekomendasi Mobil Tua Irit BBM, Ada yang Seharga Motor BeAT Bekas
Pilihan
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
-
7 Sepatu Lari Lokal untuk Mengatasi Cedera dan Pegal Kaki di Bawah 500 Ribu
-
Klaim Listrik di Aceh Pulih 93 Persen, PLN Minta Maaf: Kami Sampaikan Informasi Tidak Akurat!
-
TikTok Hadirkan Fitur Shared Feed untuk Tingkatkan Interaksi Pengguna
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun, Cabai Turun setelah Berhari-hari Melonjak
Terkini
-
Kebakaran Hebat di Cempaka Baru Jakpus, Korban Bertambah Jadi 20 Orang, Begini Kronologinya
-
Jakarta Bakal Dipantau 1.000 Kamera ETLE pada 2026, Sudah Siap Jadi Smart City?
-
Munas V IKAL Lemhannas Tetapkan Jenderal Dudung Jadi Ketum
-
BREAKING NEWS! Kebakaran Hebat di Cempaka Baru Jakpus, 7 Orang Tewas
-
Sri Sultan HB X: Melawan Korupsi Dimulai dari Perkelahian Batin Seorang Pejabat
-
Sinyal Kuat PAN: Pilkada Lewat DPRD Opsi Serius, Sebut Demokrasi Langsung Banyak Mudaratnya
-
Akademisi UGM Kritik Keras Kebijakan Pangan Prabowo-Gibran: Hukum dan HAM Diabaikan
-
PAN 'Tolak Halus' Ide Koalisi Permanen: Kami Sudah Tiga Kali Setia dengan Prabowo
-
FIAN Indonesia Nilai Setahun Pemerintahan Prabowo Gibran, Hak Atas Pangan Belum Jadi Prioritas
-
Belum Kering Luka Banjir, Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Aceh Siang Ini