News / Metropolitan
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:37 WIB
Ilustrasi mikroplastik di hujan [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • BMKG menegaskan temuan mikroplastik di air hujan Jakarta tidak selalu berasal dari sumber lokal, melainkan bisa terbawa angin dari daerah lain melalui proses transportasi polutan.
  • Fenomena ini dipengaruhi arah angin, pembakaran sampah, dan emisi bahan bakar yang menghasilkan partikel halus di atmosfer.
  • BRIN mencatat mikroplastik kini telah ditemukan di udara 18 kota di Indonesia, menjadi pengingat penting akan dampak penggunaan plastik yang berlebihan.

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menanggapi temuan mikroplastik pada air hujan di Jakarta. 

Lembaga tersebut menjelaskan, keberadaan partikel kecil itu tidak selalu berarti berasal dari aktivitas di Ibu Kota, melainkan bisa terbawa dari wilayah lain melalui fenomena yang disebut pollutant transport atau perpindahan polutan oleh angin.

Fungsional Madya Meteorologi dan Geofisika BMKG, Dwi Atmoko, mengatakan arah angin memiliki peran penting dalam perpindahan polutan di atmosfer. 

Dalam kondisi musim kemarau seperti sekarang, angin dominan bertiup dari timur hingga tenggara sehingga partikel dari wilayah di arah tersebut bisa terbawa menuju Jakarta.

"Perlu dipahami bahwa mikroplastik di suatu daerah tidak selalu berasal dari daerah itu sendiri. Fenomena ini disebut transportasi polutan (pollutant transport) di mana partikel-partikel polutan terbawa angin dari satu wilayah ke wilayah lain," kata Dwi dalam diskusi di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Ia menjelaskan, secara geografis Indonesia yang berada di garis ekuator menerima paparan radiasi matahari cukup tinggi. Kondisi panas pada musim kemarau sering memicu pembakaran sampah terbuka, yang menghasilkan partikel halus di udara termasuk mikroplastik.

"Dari proses itulah, asap dan partikel mikroplastik hasil pembakaran naik ke atmosfer, lalu terbawa oleh angin ke wilayah lain," ujarnya.

"Artinya, mikroplastik yang ditemukan di Jakarta bisa saja berasal dari wilayah lain, atau sebaliknya, partikel dari Jakarta terbawa angin ke daerah lain," lanjut Dwi.

Lebih jauh, Dwi menyebut sektor transportasi masih menjadi penyumbang terbesar polutan di kawasan Jabodetabek. Partikel mikroplastik itu, katanya, tidak berhenti di udara. 

Baca Juga: Hujan Mikroplastik, Bukti Krisis Lingkungan Kini Menyentuh Tubuh Kita

Karena Indonesia beriklim tropis dengan tingkat pembentukan awan yang tinggi, mikroplastik dapat kembali ke permukaan bumi melalui hujan maupun deposisi kering.

Menurut Dwi, setiap proses pembakaran bahan bakar fosil juga berpotensi menghasilkan aerosol atau partikel kecil yang bisa menjadi medium bagi mikroplastik.

"Kesimpulannya, mikroplastik dapat dianggap bagian dari aerosol, partikel kecil di atmosfer yang terus bergerak, berpindah, dan akhirnya turun ke bumi melalui hujan atau deposisi kering," jelasnya.

Sementara, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova mengatakan sejak 2022, mikroplastik telah ditemukan di berbagai ekosistem di Indonesia, mulai dari sungai, sedimen, hingga udara di kawasan permukiman.

"Sejak 2022, kami sudah melaporkan bahwa mikroplastik ditemukan di berbagai ekosistem mulai dari sungai, sedimen, hingga udara di sekitar pemukiman," urai Reza.

Penelitian BRIN kini telah diperluas ke 18 kota besar dan kecil dengan pengambilan sampel terakhir pada Juni–Juli 2025. Hasil sementara menunjukkan seluruh sampel udara yang diteliti mengandung mikroplastik dalam berbagai ukuran.

Load More