-
KontraS mempertanyakan usulan gelar pahlawan nasional untuk mantan presiden Soeharto.
-
Soeharto dinilai tidak memiliki integritas moral dan kebijakannya telah melanggar HAM.
-
Pemberian gelar dianggap akan mencederai keadilan dan memori para korban Orde Baru.
Suara.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mempertanyakan dasar moral dan integritas pemerintah yang memasukkan nama mantan presiden Soeharto dalam daftar calon pahlawan nasional tahun 2025. Menurut KontraS, penganugerahan gelar tersebut justru akan mencederai nilai kemanusiaan dan keadilan.
“Pemberian gelar pahlawan adalah penghargaan tertinggi di republik ini, sehingga prosesnya wajib dilakukan secara terbuka dan transparan,” kata Kepala Divisi Hukum KontraS, Andrie Yunus, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (4/11/2024).
Ia menegaskan, penilaian seorang pahlawan tidak cukup hanya memenuhi syarat administratif. Prosesnya harus melibatkan partisipasi publik yang bermakna.
“Kami menilai Soeharto tidak memenuhi syarat sebagai pahlawan nasional. Kebijakannya bertolak belakang dengan nilai kemanusiaan, keadilan, dan kerakyatan yang menjadi asas penting dalam pemberian tanda kehormatan,” ujar Andrie.
Andrie menyoroti bahwa Soeharto tidak memiliki integritas moral dan keteladanan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 huruf B Undang-Undang tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Kehormatan. Sebaliknya, selama berkuasa, Soeharto dinilai menggunakan kekuasaannya untuk menekan rakyat melalui kebijakan yang sarat kekerasan dan pelanggaran HAM.
"Yang kami lihat, ketika ia berkuasa, kewenangannya ia turunkan ke dalam kebijakan dengan pendekatan keamanan yang eksesnya menimbulkan kekerasan dan pelanggaran HAM," kritik Andrie.
KontraS menilai, jika pemerintah tetap melanjutkan usulan ini tanpa refleksi kritis atas sejarah, hal itu tidak hanya akan mencoreng martabat penghargaan negara, tetapi juga mengkhianati memori para korban pelanggaran HAM di masa Orde Baru.
"Apa yang menjadi dasar ia memiliki integritas moral dan keteladanan? Kami rasa tidak ada satu pun yang bisa diambil dari sosok Soeharto," pungkas Andrie.
Baca Juga: Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Api Persatuan Indonesia
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres